W I B Part 9

7.8K 192 0
                                    

Flora POV' •

Aku memang pernah berjanji akan melakukan apapun untuknya namun bukan begini,
Aku memang akan melakukan ini dengannya namun bukan dengan cara seperti ini,
Ini terlalu menyakitkan untukku, ini bukan bercinta sepasang suami istri karena suami tidak akan memperkosa istrinya sendiri.

Saat ini aku hanya bisa menangis dalam diam membelakangi dia setelah tadi dia berhasil memasuki ku dengan cara kasar dan melepaskan hasratnya. Seumur hidupku, aku tidak menyangka jika ini terjadi di malam pertamaku, entah dengan siapapun aku menikah, aku pastikan di malam pertama kami tidak akan langsung melakukan ini bahkan dengan cara kasar seperti Arvel, dan aku kira juga Arvel tidak akan sedikitpun menyentuhku , memang manusia dewasa bisa melakukan ini tanpa cinta tapi setidaknya tidak dengan cara menjijikan seperti ini. Aku benar-benar merasa menjadi wanita murahan. Sekali lagi aku tegaskan aku tidak menyangka Arvel melakukan ini kepadaku apalagi tadi dia menyebut nama Stefan. Stefan ?? Bahkan hubunganku dulu dengannya tidak sampai terlalu berlebihan, tapi kenapa Arvel mengatakan itu ? Ada apa sebenarnya ?

" Maafkan aku flora.. "
Aku merasakan pergerakan pada sisi tempat tidurku setelah Arvel lagi-lagi meminta maaf, dan sekarang dia tepat di bekalangku sambil mengusap lembut rambutku sedangkan aku lagi-lagi tidak menjawab ucapannya, aku sudah cukup lelah mendengar kata ma'af itu dan aku bukanlah Tuhan yang Maha Pema'af karena bagaimanapun juga aku manusia yang punya banyak kekurangan. Arvel terus mengusap lembut rambutku sambil sesekali mencium kepalaku sampai aku benar-benar tertidur karena terlalu lelah akibat pikiran kalut ini.

---

" Sayang apa kamu tidak enak badan ?" Tanya Mama saat aku membantunya menyiapkan sarapan.

" Emm.. Iya sepertinya aku kurang enak badan ma " Jawabku sambil menahan rasa nyeri di bagian sana, entah kenapa aku masih sedikit merasakan nyeri dan mual sendiri atas kejadian semalam.

" Sebaikknya kamu istirahat sayang, mungkin kamu kelelahan dengan pesta kemarin " kata Mama sambil mendekatiku dan menyuruhku duduk.

" Iya Sepertinya " jawabku singkat.

" Kamu masuk ke kamar saja, nanti sarapannya biar dianterin Bibi Anti, Arvel juga masih tidurkan ?" Tanya Mama dan aku hanya jawab dengan anggukan lalu menuruti perintah beliau untuk kembali ke kamar karena memang badanku menjadi sedikit tidak enak.

Sampai di depan pintu kamar bercat putih ini aku diam mematung menatapnya, antara ragu dan sungkan bertemu Arvel. Perlahan aku membuka knop pintu dan masuk, benar saja Arvel masih tertidur pulas.
Aku berjalan mengitari ranjang dan berdiri di depan jendela kaca besar.

" Jam berapa ini ?" Tanya Arvel dengan suara serak khas orang bangun tidur.

" Tujuh, apa kamu langsung mau sarapan ?" Tanyaku tanpa berbalik menatapnya.

" Nanti saja, dan.... Untuk kejadian semalam ku harap kau tak melebih-lebihkan " Kata Arvel dan seketika membuatku berbalik menghadapnya dan menatap dia tak percaya.

" Kau bilang aku jangan berlebihan ?! " Tanyaku dengan emosi.

" Iya, bagaimanpun juga aku suamimu jadi berhak atas itu " Jawab Arvel dengan entengnya.

Apa yang ada dipikirannya, kenapa dia menganggap semua ini dengan seperempat otaknya saja, apa dia tidak bisa berkata baik-baik lalu meminta ma'af di depanku bukan seperti yang sering dia lakukan meminta ma'af saat aku tak menatapnya.

" Seberhak apapun kamu atas ku tapi tidak dengan cara seperti semalam !" Kataku dengan sedikit membentaknya.

" Lalu aku harus melakukanmu dengan cara apa ?! " Jawab Arvel dengan nada sedikit meninggi.

" Apa kau tidak punya sedikitpun sikap lembut ?" Tanyaku lagi padanya dan ku lihat dia mengusap wajahnya dengan gusar.

" Kau memintaku lembut padamu ?! Kau lupa kalau aku tidak mencintaimu !! " Jawab Arvel dan perkataannya ini seperti sebuah batu besar yang menghantam hatiku. Aku lupa kenyataan itu, aku lupa kalau dia tidak mencintaiku. Tapi apa sedikitpun dia tidak memikirkan perasaanku, pelacur saja diperlakukan lembut oleh tuannya, lalu aku ??apa aku lebih buruk dari seorang pelacur karena aku mengharapkan sesuatu yang mustahil seperti pelacur meminta menikah dengan tuannya karena hamil sedangkan pelacur itu sudah tidur dengan banyak pria ? Miris benar-benar miris, aku hanya bisa tersenyum hambar memikirkan ini semua tanpa melanjutkan perdebatan dengan Arvel.

" Baiklah aku akan sedikit lembut denganmu kalau aku membutuhkan itu lagi " katanya sambil berlalu ke kamar mandi.
Akupun langsung luruh terduduk di karpet lembut di kamar ini sambil memandang kosong dan sedetik kemudian kristal bening langsung berkejar-kejaran membasahi ke dua pipiku.

~ Author POV' ~

" Permisi Nona, ada kiriman paket untuk anda " Kata seorang penjaga rumah sambil menyerahkan sebuah kotak kado merah dengan pita gold di atasnya.

" oh terima kasih pak " jawab Flora sambil menerimanya.
Dengan rasa penasaran Flora membukanya dan setelah itu Flora pingsan.

" Bagaimana keadaanya dokter ?" Tanya Mama dengan cemas.

" Dia hanya kelelahan nyonya, biarkan dia istirahat dan saya akan memberikan vitamin untuknya " Kata dokter pribadi keluarga Arvel setelah memeriksa Flora yang tengah pingsan.

Sedangkan Arvel yang melihat Flora pingsan dan menemukan kotak kado merah di sampingnya langsung menyimpan kotak itu karena dia cukup kaget dengan isinya.
Ada sedikit perasaan bersalah kepada Flora karena flora melihat sesuatu yang tak pantas ia lihat apalagi dengan surat singkat yang ada di dalamnya.

Kau tau dia hanya akan melakukan semua ini dengan cinta kepadaku.

' J'
Setelah membaca surat itu Arvel langsung menyingkirkan dan membakarnya.

" Jaga dia Ar sampai dia siuman, mama akan menyuruh Bibi Anti siapkan makanan untuk Flora " Kata Mama sambil keluar dari kamar Arvel.

Dalam diam Arvel menatap Flora dengan pandangan yang sulit diartikan.

" Kamu cantik, benar-benar cantik saat terlihat damai seperti ini " Kata Arvel sambil mengusap lembut kepala Flora.

" Tapi kau terlalu lemah masuk dalam hidupku " Sambung Arvel lagi.

Tiba-tiba dia teringat dengan inisial orang yang mengirim petaka tadi, J siapa lagi kalau bukan Jessica. Walaupun dengan sengaja wajah perempuan yang ada di foto bersamanya di malam gila itu diblur tapi Arvel mengetahui dengan jelas siapa dia apalagi inisial yang tertera, Arvel tidak menyangka jika Jessica benar-benar bertindak dengan cepat dan yang lebih tidak ia duga adalah respon Flora yang terlalu lemah menerima ini.

" Bahkan kamu sudah pernah merasakan sakit ini tapi kenapa kau begitu lemah ??" Tanya Arvel pada Flora sedangkan Flora tetap terlelap.
Lalu Arvel mengambil IPhone di sakunya dan menelpon sesorang.

" Besok kita ketemu " Kata Arvel singkat lalu memutuskan sambungannya.

When I BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang