W I B Part 12

6K 187 2
                                    

" Nona.. Kapan anda datang ?" Tanya Bibi Ely dengan expresi kaget.

" Baru saja, kenapa kaget gitu lihat aku ?" Tanya Flora penasaran.

" Tidak apa-apa Nona "

" Aku merindukanmu bi.." Kata Flora sambil merangkul Bibi Ely.

" Kakek di mana ?"

" Beliau.. Beliau... " Kata Bibi Ely ragu yang membuat Flora menyipitkan mata curiga.

" Kalian menyembunyikan sesuatu ??" Tanya Flora namun Bibi Ely hanya menunduk tidak menjawab. Dengan sigap Flora melangkahkan kakinya dengan cepat hingga sampai di depan kamar Kakeknya, dan dengan perlahan Flora membuka knop pintu kamar Kakeknya.

Di sana lah Kakeknya sedang terbaring lemah dengan selang infus menempel di lengannya. Flora hanya bisa membekap mulutnya tak percaya karena selama sebulan terakhir ini saat Flora menelpon Kakeknya, beliau selalu terdengar sehat bukan seperti yang dia lihat saat ini.

Perlahan Flora mendekati kakeknya dan duduk di samping Kakeknya berbaring.

" Kakek.... "
Hanya panggilan dan tangisan saja yang keluar dari bibir Flora sambil memeluk kakeknya dengan sayang.

" Cucuku.. " Sapa Kakek Flora yang terbangun karena tangisan Flora.

" Maafkan aku membangunkanmu kek.. " Jawab Flora sambil terus menangis.

Setelah Kakeknya bangun, mereka berdua berbicara bersama di taman belakang rumahnya.

" Kenapa Kakek tidak memberitahuku ?"

" Kakek hanya tidak ingin membuatmu khawatir "

Dengan iba Flora menatap Kakeknya yang duduk di kursi roda dengan selang infus yang masih tetap menyertainya. Flora teramat menyayangi Kakeknya, karena hanya Kakeknyalah orang tua yang ia punya saat ini, sejak anak-anak Flora sudah bersama dengan Kakeknya membuat Flora benar-benar sedih melihat keadaan Kakeknya yang selalu menjaga dan membahagaikan Flora dalam keadaan lemah seperti ini.

" Ada apa kamu datang kemari ? Mana suamimu ?"

" Aku sangat merindukan Kakek, dia di kantor tadi dia mengantarkanku kesini "

" Apa kamu bahagia ?"

Pertanyaan dari Kakeknya membuat Flora bertanya-tanya, karena seakan-akan Kakeknya tau tentang suatu hal tentang mereka.

" Ma'afkan Kakek Flora.. kalau apa yang Kakek lakukan selama ini membuatmu sedih tidak selalu membuatmu bahagia.."

Ucapan Kakeknya membuat dada Flora sesak, Flora yakin Kakeknya mengetahui sesuatu, dengan keras Flora menahan ledakan tangisnya namun ia tak sanggup lagi, perlahan Flora memangkukan kepalanya di pangkuan Kakeknya.

" Flora bahagia kek, sangat bahagia.... Bahkan mertua Flora memperlakukan Flora dengan sangat baik "

" Syukurlah kalau begitu..."

" Dan sekarang Flora sedang hamil kek, itu adalah kebahagiaan selanjutnya yang Tuhan kasih ke Flora, dan semua ini berkat Kakek.. "
Dengan tangis dan juga senyum Flora mengatakan itu semua agar Kakeknya tidak berpikiran bahwa Flora tidak bahagia.

" Kau hamil ?" Tanya Kakeknya tidak percaya.

" Iya kek, kakek akan punya cicit.. Jadi aku mohon jangan pernah bilang kalau Kakek tidak membahagiakanku lagi "

" Selamat nak, semoga kakek bisa melihat anakmu lahir dan semoga kamu selalu bahagia.. "

Perkataan Kakeknya membuat tangis Flora semakin kencang di pangkuan Kakeknya.

When I BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang