Not a story about Romeo and Juliet.
Hati-hati dengan sekitarmu, jangan mudah percaya siapapun bahkan dirimu sendiri.
Don't you dare bother me or you'll be the next!
Ige nareul deo mot ullindamyeon Nae gaseumeul deo tteollige mot handamyeon Eojjeom ireohge han beon jukgessji ama But what if that moment's right now Right now.
|| BTS-Black Swan. ||
~oOOo~
Suasana pagi ini begitu sepi, setelah kejadian yang sedikit menguras tenaga tadi malam hari ini Aleena kembali melakukan kegiatannya sehari-hari. Aleena tampak menikmati secangkir kopi di ruangannya, atensinya terfokus pada sebuah ipad di tangannya, matanya terus memperhatikan grafik-grafik yang tersusun rapi yang dihiasi dengan begitu banyak angka. Jari lentiknya terus menggulir untuk melihat perkembangan omzet perusahaannya yang terus meningkat tiap tahunnya, setidaknya hal itu sedikit membuat moodnya sedikit lebih baik dari kemarin.
Selepas kejadian kemarin, Aleena sama sekali tidak bisa tidur, kepalanya di penuhi dengan beberapa kejadian-kejadian yang terus terjadi belakangan ini. Dia tidak takut hanya saja dia begitu muak ingin sekali mencabik-cabik tubuh manusia yang sudah berani membunuh ibunya.
Tenggelam dengan kesibukannya, Aleena sampai tidak sadar kalau di ruangannya sekarang sudah ada kekasihnya yang entah sejak kapan sudah herdiri di sana.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aleena meletakkan ipadnya kemudian menegakkan badannya, melangkahkan kakinya mendekati Arthur. "Kenapa tiba-tiba datang ke sini?" tanya Aleena.
"Kenapa, apakah aku tidak boleh mendatangi kantor kekasihku sendiri? Lagian aku hanya bisa bertemu dengamu di sini," sahut Arthur, Aleena menangkap nada sindiran di kalimat yang dikeluarkan oleh Arthur.
"Are you okay?"
Arthur menghela napasnya membuang muka tidak menatap ke arah Aleena. "Aku benci mengatakan ini, aku mengetahui apa yang terjadi kemarin. Tidak bisakah kau lebih terbuka denganku?"
"Kau sudah mengetahuinya, aku harus memberitahumu apa lagi?" tanya Aleena mengerutkan dahinya.
"I want to know from your own mouth, Aleena."
"Aku tidak ingin membahasnya lagi."
Arthur menatap tajam ke arah Aleena. "Mau berapa orang lagi?" tanya Arthur membuat Aleena merasa bingung.
"Apa?"
"Kau sudah membunuh banyak orang Aleena, kau seharusnya tidak melakukan hal sama seperti pembunuh itu lakukan," ujar Arthur.
"Kita sudah pernah membahasnya kan? Aku akan melakukan apapun sampai kematian ibuku terbalaskan."
"Tapi tidak dengan membunuh banyak orang!" seru Arthur yang tanpa disadari meninggikan nada bicaranya.