chapter 4

15.7K 1.4K 21
                                    

Xeon mengerti. Anak sulungnya itu memiliki ketakutan pada ketinggian. Akhirnya pria itu mengangkat tubuh Gara kedalam gendongannya. Dia menyembunyikan wajah Gara pada dada bidangnya.

"Jangan liat ke luar hm?" Bisik Xeon sambil mengelus punggung Gara.

Gara mengangguk sambil mencengkram jas yang dikenakan oleh Xeon.

"Kakak! Ntu mobilna panjang," pekik Gaga sambil menunjuk kearah bus yang terlihat seperti semut dari tempat mereka berdiri.

Gama mengikuti arah yang ditunjuk oleh Gaga. Mata anak itu ikut berbinar.

"Iya! Gama mau naik mobil panjang!"

"Itu namanya bis," info Xeon yang sedang mengamati tingkah kedua anaknya itu.

Gara yang kepo dengan takut-takut menolehkan kepalanya. Seketika dia memeluk tubuh Xeon semakin erat saat ternyata lift yang mereka naiki semakin tinggi. Jalanan yang biasanya terlihat luas dan besar kini terlihat sangat kecil.

"Kan udah ayah bilang jangan liat keluar," omel Xeon pada anak sulungnya itu.

Ting

Pintu lift dengan perlahan terbuka. Sosok sekretarisnya sudah menunggu didepan lift. Zoey mengamit kedua lengan anak bos nya itu atas perintah dari Xeon.

"Dimana dia menunggu?" Tanya Xeon sambil berjalan menuju ruangannya dengan Gara yang senantiasa berada didalam gendongannya.

"Tuan Fernandez berada didalam ruangan anda," ujar Zoey.

'Dion, kenapa disini kaca semua? Lantas bagaimana jika ada penyusup yang berhasil masuk? Apakah mereka bisa bersembunyi jika semuanya terbuat dari kaca?'

'Tuan, disini keamanannya ketat seperti ruangan anda. Dan lagi mereka pasti memiliki ruang rahasia untuk bersembunyi.'

'Benarkah? Tapi aku jadi punya pemikiran lain. Nanti aku ingin ruangan ku ditutup oleh kayu. Aku tidak ingin mengambil risiko jika ada seseorang yang menyerang disaat aku sedang bekerja. Dan juga jangan lupa untuk meletakkan pedang di bawah mejaku.'

Suara percakapan itu semakin terdengar jelas saat Xeon mulai dekat kearah ruangannya. Alis tebal pria itu berkerut ketika mendengar percakapan aneh antara dua orang itu.

Ceklek

Zoey membuka pintu ruangan Xeon.

Xeon tersenyum tipis saat melihat sosok pria berbadan tegap yang sedang duduk disalah satu Sofanya. Aura yang dikeluarkan oleh pria itu jujur saja membuat Xeon sedikit merasa segan. Apalagi ketika melihat cara duduk pria itu yang terlihat sangat anggun seperti bangsawan pada masa kuno.

"Maaf tuan Fernandez saya ter---"

"Lambat. Kau tau, jika hukum kerajaan de Gloria masih diterapkan maka kau sudah ku jatuhi hu---ppfft."

Xeon menatap aneh kearah Fernandez dan tangan kanannya itu. Apalagi ketika mulut Fernandez ditutup oleh bawahannya itu yang Xeon ketahui bernama Dion.

"Yang mu-- khem, tuan Fernandez, sudah berapa kali kukatakan jika kita sudah beda zaman. Jadi saya mohon bersikaplah seperti yang sudah pange--Tuan muda Andrian ajarkan," bisik Dion yang masih bisa didengar oleh Xeon.

Fernandez menatap dingin kearah Dion, "lancang! Siapa kau berani-beraninya menutup mulut kaisar ini?!"

Dion tertawa sumbang sambil melirik takut-takut kearah Xeon, Zoey dan tiga anak kecil yang sedari tadi terbengong melihat aksi tuannya itu.

"Ampun tuan, tuan saya sedang latihan drama untuk tampil di pentas sekolah putrinya," ujar Dion sambil membungkuk kearah Xeon.

Terdengar suara dengusan dari Fernandez. Pria itu melipat kedua tangannya di depan dada.

"Cepatlah mulai. Saya sudah ingin bermain dengan anak-anak saya," titah Fernandez.

Tubuh Xeon bergerak dengan sendirinya untuk duduk dihadapan Fernandez. Entahlah, menurut Xeon pria ini memiliki aura yang tidak biasa. Bahkan Xeon yang biasanya tidak bisa diatur bisa menurut dengan mudah saat Fernandez mengatakan sebuah titah.

"Zoey, bawa anak-anakku bermain. Dan pastikan untuk menjauhi Gara dari jendela," ujar Xeon sambil menurunkan tubuh Gara dari pangkuannya.

Dengan patuh Zoey membawa ketiga anak itu untuk bermain diluar ruangan.

"Anak-anakmu?" Tanya Fernandez setelah Zoey beserta ketiga anak Xeon meninggalkan ruangan.

Xeon mengangguk mengiyakan.

"Anak yang tadi kau gendong berpotensi untuk menjadi seorang kaisar. Anak yang berada disebelah kanan bawahan mu berpotensi menjadi seorang penasehat. Sedangkan anak yang berpipi bulat itu berpotensi untuk menjadi seorang kepala prajurit," kelakar Fernandez yang tidak bisa dimengerti dengan jelas oleh Xeon.

Dion menepuk keningnya saat melihat tuannya mulai kumat.

"Emm anu, maksud tuan Fernandez mereka bisa menggantikan posisi anda dengan baik ya seperti itu hehehe..." Jelas Dion dengan berantakan.

Xeon mengangguk meski belum mengerti sepenuhnya.

"Mereka memang membanggakan," ujar Xeon dengan senyum formalnya.

"Putra saya Andrian pun sama. Dia saya didik dengan ketat. Sedari kecil jika dia berbuat kesalahan maka akan saya suruh untuk berlatih peda---"

"Ah tuan! Bukankah nona Andreana bilang jika tuan tidak boleh lama?" Potong Dion sebelum Fernandez mulai meracau kemana-mana lagi.

Mendengar nama putrinya disebut membuat Fernandez langsung berhenti. Akhirnya pembicaraan mereka pun dimulai meski beberapa kali Fernandez melemparkan sebuah kalimat yang tidak bisa Xeon mengerti.

"Terima kasih tuan atas kerjasamanya," ujar Dion sekali lagi saat mereka sudah menyelesaikan pembicaranya.

Fernandez sendiri sudah berdiri didekat pintu. Pria itu terlihat tak sabaran untuk segera pulang.

"Dion cepatlah," sentak Fernandez tak sabaran.

"Ah iya, permisi tuan Xeon." Dion segera berlari untuk mengejar Fernandez yang sudah terlebih dahulu keluar.

'hey Dion, bukankah menarik jika disepanjang lorong ini diletakkan beberapa prajurit?'

'boleh saja tuan, tapi disini mereka semua dinamakan bodyguard.'

'benarkah? Kalau begitu siapkan pedang---"

'tuan, di zaman ini mereka semua sudah beralih untuk memakai pistol. Tidak ada yang mengenakan pedang lagi.'

'pistol? Apa itu pistol? Apa sejenis tombak?'

'pistol itu.................'

Xeon benar-benar tidak mengerti dengan Fernandez. Kenapa pria itu terlihat begitu aneh? Bahasa yang dia gunakan pun sangat formal.

Setelah keluar dari pemikirannya, Xeon segera mencari ketiga putranya. Pria itu menyusuri lorong untuk mencari keberadaan Zoey dan ketiga anaknya itu.

Akhirnya setelah berkeliling selama beberapa menit untuk mencari keberadaan ketiga anaknya Xeon bisa menemukan mereka sedang duduk di sofa dekat ruang rapat sambil meminum susu.

"Yayah!" Teriak Gaga semangat saat menemukan sosok Xeon yang sedang berjalan kearah mereka.

Xeon langsung tersenyum dan duduk setelah mengambil tubuh Gaga keatas pangkuannya.

"Pulang?" Tanya Xeon sambil menatap satu persatu anak-anaknya.

Uhuk

Uhuk

Uhuk

Xeon dengan segera mengelus punggung kecil Gaga setelah anak itu terbatuk. Xeon khawatir, anak bungsunya itu memiliki daya tahan tubuh yang lemah.

"Gaga gak apa-apa?" Tanya Xeon khawatir sambil menempelkan punggung tangannya ke jidat Gaga.

Gaga mengangguk lalu kembali meminum susunya.



See you....

Come BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang