"apakah kalian mau sekolah?" Tanya Xeon pada ketiga putranya.
Ketiga putra Xeon itu saling berpandangan, "apa itu sekolah?" Tanya Gama mewakili kedua saudaranya.
"Sekolah itu tempat dimana kalian mendapatkan ilmu baru. Nanti disana kalian juga akan dapat banyak teman baru," jelas Xeon seringan mungkin.
"Nanti kita juga belajal?" Tanya Gama lagi.
Xeon mengangguk sambil tersenyum, dia senang karena putranya bisa menangkap penjelasannya dengan tanggap.
Gama menggeleng, "Gama gak mau sekolah, soalnya Gama malas belajal," tolaknya.
Xeon tersenyum paksa sambil mengacak surai Gama.
"Di sekolah seru loh. Nanti ada ayunan, perosotan---"
"Gaga mo sekolah!" Pekik Gaga tiba-tiba saat mendengar penjabaran Xeon.
Gama menatap kearah Gaga dengan cemberut, "memangnya adik mau belajal? Kakak kasih tau ya, belajal itu susah. Nanti adik halus menghitung ketinggian pohon apel, telus menghitung kecepatan mobil, telus---"
"Gama. Itu baru dipelajari pas Gama udah besar. Kalau sekarang Gama belum belajar seperti itu," potong Xeon yang merasa perkataan Gama sudah melenceng begitu jauh kedepan. Dia juga takut jika anak bungsunya terpengaruh oleh ucapan Gama.
"Benelan? Tapi kemalin Gama liat itu di buku paman Leon," jawabnya sambil menatap penuh kebingungan kearah Xeon.
"Paman Leon kan udah besar. Kalau Gama masih kecil."
Gara hanya bisa menahan kantuknya ketika mendengar perdebatan antara ayah dan adiknya itu. Keduanya berbicara tentang dua hal yang berbeda dan menurut Gara itu merepotkan.
Gama akhirnya bungkam. Anak itu berakhir pasrah saat sang ayah sudah memutuskan untuk menyekolahkan mereka Minggu depan.
∆∆∆
"Jangan nakal. Nanti pulang sekolah ayah jemput. Ingat, jangan ikut sama orang asing," petuah Xeon sambil menatap satu persatu wajah anaknya.
Gara dan Gama mengangguk malas sedangkan Gaga mengangguk dengan antusias. Bahkan sedari tadi binar matanya begitu bersinar.
"Dadah yayah!" Pekik Gaga sambil melambaikan tangannya heboh saat Xeon meninggalkan kelas mereka.
Gama hanya menumpukan dagunya diatas lengannya malas. Matanya menatap tanpa minat kearah sekitar. Telinganya terasa berdenging saat di setiap sudut terdengar suara tangisan anak-anak.
Gama melirik kearah sang kakak yang duduk di depan tempat Gaga. Posisi bangku kelasnya memang membentuk persegi yang bisa diisi oleh 4 siswa dan Gara duduk seorang diri. Namun anak itu terlihat tidak terganggu oleh situasi sekitar. Dia sibuk membuka satu persatu lembar buku yang terdapat berbagai macam jenis hewan-hewan didalamnya.
Sedangkan sang adik sudah hilang entah kemana. Saat Gama cari ternyata anak itu sudah ikut bermain robot-robotan dengan anak-anak yang lain.
Gama hanya bisa menghela nafasnya pelan. Anak itu menenggelamkan wajahnya diatas meja.
Brak
"Hey kawan! Masih pagi udah tidul aja." Suara gebrakan meja diikuti teriakan semangat dari salah satu murid langsung membuat Gama mengangkat wajahnya.
Usut punya usut ternyata dia adalah teman sebangku Gara yang meletakkan tasnya dengan kasar diatas meja.
Gama menatap aneh kearah anak itu, "tas disimpan disana, bukan disini," infonya sambil menunjuk kearah loker yang berada di sudut ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back
Teen FictionRaxeon William Veregas adalah sosok ayah yang begitu buruk. Memiliki tiga anak kembar yang setiap hari selalu dia maki dan siksa hingga umur ketiga anaknya menginjak 17 tahun. Saat itulah mimpi terburuk Xeon datang. Anak sulung serta bungsunya tewas...