chapter 19

6.2K 606 34
                                    

Cuaca siang hari itu terasa sangat terik hingga membuat orang-orang lebih memilih untuk diam didalam rumah masing-masing lalu menyalakan ac ditemani oleh segelas jus buah segar.

Berbeda dengan Xeon. Pria itu harus pergi meninjau langsung lokasi yang akan menjadi tempat pembangunan salah satu gedung barunya.

"Apakah sudah tidak ada masalah? Warga setempat tidak ada yang protes?" Tanya Xeon setelah mengamati sekitar.

Salah satu bawahannya mengangguk, "sudah pak. Warga sekitar justru terlihat sangat antusias dengan pembangunan mall disini."

Xeon mengangguk puas. Pria itu melangkahkan kakinya menuju salah satu sudut lalu mengamati jalanan yang dilalui oleh kendaraan.

Sepertinya tempat ini cukup strategis untuk pembangunan kali ini.

"Om ngapain berdiri disitu? Minggir, nanti Jevan ketauan."

Suara bisikan itu membuat Xeon celingak-celinguk mencari asal suara itu.

Pria itu sedikit terkejut ketika menemukan seorang remaja(?) Ah, tapi kenapa perawakan serta wajahnya lebih cocok seperti anak kecil?

Anak itu sedang berjongkok didekat semak-semak yang berada tepat disebelahnya.

Xeon ikut berjongkok, dia memperhatikan setiap inchi wajah remaja itu yang sudah terlihat berkeringat karena kelamaan ditimpa sinar matahari. Pipi bulatnya bahkan sudah bewarna kemerahan.

"Ngapain?" Tanya Xeon setelah puas memperhatikan anak itu.

Jevan menoleh setelah beberapa kali melihat keadaan sekitar.

"Jevan lagi ngumpet soalnya Jevan ngambek sama Agel. Abisnya Agel udah jatohin boneka Jevan ke selokan," cerita Jevan sambil menunjukkan sebuah boneka bewarna kuning yang terlihat kotor itu.

Xeon tersenyum. Anak ini mengingatkannya pada sosok putra bungsunya.

"Kenapa dipeluk begitu bonekanya? Kotor," tegur Xeon lalu menunjuk kearah baju Jevan yang ikut kotor.

Jevan cemberut lalu menggeleng pelan, "kalau gak Jevan peluk nanti chimmy nya kedinginan."

"Jevan?"

Jevan dan Xeon mendongak. Terlihat seorang remaja dengan garis wajah yang tegas serta memiliki tinggi yang menjulang.

"Agam!" Teriak Jevan antara kaget serta senang.

Agam memutari semak itu kemudian berhenti dibelakang Jevan. Sedangkan Xeon sudah berdiri ketika Agam menghampiri Jevan.

"Nakal hm?" Tanya Agam datar. Auranya begitu tak mengenakkan.

Jevan menggeleng cepat, "Jevan gak nakal. Jevan cuma lagi ngumpet," elaknya.

Agam diam. Remaja itu tetap menatap Jevan.

"Pulang," titahnya mutlak kemudian membantu Jevan berdiri.

Xeon cukup terkejut ketika melihat tinggi anak itu yang hanya mencapai pundaknya. Bahkan remaja yang bernama Agam tadi sudah mencapai telinganya.

"Agam... Liat, boneka Jevan kotor gara-gara Agel," adu Jevan.

Agam menghela nafasnya lalu mengangguk. Tangannya mengelus rambut Jevan dengan pelan.

"Nanti marahin. Sekarang pulang," ajak Agam sekali lagi.

Akhirnya Jevan mengangguk lalu merentangkan tangannya kearah Agam. Dengan segera Agam menggendong Jevan lalu menatap kearah Xeon yang sedari tadi menyimak.

"Om mau mampir ke rumah kami?"

∆∆∆

"Ya ampun Jevan, kamu kemana aja hah?! Dari tadi daddy sama yang lainnya cariin kamu,"omel seorang pria paruh baya saat melihat kedatangan Agam dengan Jevan.

Come BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang