chapter 17

5.5K 668 18
                                    

"Dokter! Dokter bisa ambil semua darah Gara asalkan adik Gara selamat," pinta Gara sambil menggenggam tangan dokter yang menangani Gaga.

Air matanya terus berurai tanpa kenal lelah.

Dokter itu tersenyum sambil mengelus rambut Gara, "dokter akan berusaha yang terbaik untuk adik Gara."

Gara mengangguk sambil mengalihkan pandangannya kedalam, dimana tubuh sang adik terbaring lemah dengan berbagai alat yang menempel pada tubuhnya.

"Kak..." Lirih Gama lalu memeluk tubuh Gara. Anak itu menumpahkan semua perasaannya dalam pelukan itu.

"Adik pasti selamat," bisik Gara.

"Gama tidak akan memaafkan pria itu jika terjadi sesuatu pada adik," gumam Gama dengan nada pelan. Namun masih bisa didengar oleh Gara.

Gara hanya diam sambil mengelus punggung Gama. Namun maniknya terus menyorot kearah dalam ruangan.

"Kenapa mereka mengincar adik? Padahal yang punya masalah adalah dia. Kita tidak ada hubungan apapun, kecuali keterikatan darah," Gama terus meracau dalam dekapan Gara.

"Pria itu bahkan tidak pernah mau mengurus kita. Tapi kenapa kita yang harus terkena dampak dari masalahnya?"

"Adik selalu membicarakan tentang pria itu. Tapi pria itu bahkan tidak datang disaat adik kritis seperti ini hiks..."

"Gama bahkan akan sangat bahagia jika adik melupakan pria itu lalu kita akan membawanya pergi dan memulai hidup baru, tanpa dia."

"Gama selalu tidak kuat ketika adik menangis saat membicarakan pria itu. Adik selalu berbicara betapa inginnya dia memeluk pria itu. Gama sampai bingung kak, bagaimana cara Gama memberitahunya jika semua keinginan dia itu adalah hal yang mustahil hiks..."

Gara mengusap air matanya dengan kasar saat mendengar untaian kata-kata yang terus dikeluarkan oleh Gama. Bibirnya bergetar dengan hati yang terasa semakin sesak..

"Gama Hiks... Gama ingin cepat dewasa supaya bisa menggantikan posisi pria itu dalam kehidupan Gaga...."

Xeon mencengkeram dadanya saat mendengar perkataan Gama. Pria itu menyenderkan tubuhnya pada dinding. Matanya terpejam guna memahan desakan air mata yang terus memaksa ingin dikeluarkan.

Kepalanya menunduk sebelum  kembali membuka matanya yang langsung disambut oleh aliran hangat dari dalam maniknya itu.

Tangannya mengusap kemejanya yang dipenuhi oleh darah Gaga. Dia bahkan masih ingat bagaimana kuatnya pelukan anak itu ketika Xeon baru menemukannya.

'Gaga yakin kalau yayah sayang sama Gaga,' lirih anak itu saat Xeon menggendongnya.

"Ayah selalu sayang sama Gaga," bisik Xeon setelah ingatan masa lalunya kembali terputar.

Pria itu mati-matian menahan isak tangisnya dengan menggigit bibir bagian bawahnya. Xeon tidak mau mengganggu Gaga yang masih terlelap diatas brankar.

Rasanya Xeon tidak akan pernah puas untuk mengucapkan kata maaf. Apalagi sebelum jiwa anak-anaknya bersatu kembali.

Mengingat hal itu membuat Xeon ragu, apakah ketika jiwa mereka sudah bersatu, mereka bisa menerimanya juga?

Xeon sadar, kesalahannya sangat besar. Tidak termaafkan. Apalagi dia tidak pernah meminta maaf pada mereka hingga ajal menjemput anak-anaknya itu.

Pasti mereka akan menghindarinya bukan?

Xeon merasakan sesak pada dadanya saat memikirkan hal itu.

Pria itu hanya terus menatap Gaga tanpa mengatakan apapun. Bahkan Xeon tak berani untuk sekedar menyentuh pipi Gaga. Dia takut, takut jika Gaga akan semakin merasakan sakit akibat ulahnya.

Come BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang