Bak Malaikat-18

32 3 0
                                    

Met pagiii, eh masih dini hari ya. Apa kabar kalian? Kangen sama Zyliah enggak nih? Iya bener, bakal lanjut update demi kalian para penggemar. Happy reading ^^

•••

Makanan yang dimasak oleh Zyliah tidak ada yang mencurigakan, bahkan rasanya enak, tetapi Esteban masih belum benar-benar terbiasa dengan makanan manusia pun hanya mencicipi sesendok. Desy hampir saja mengajak Esteban bicara, tetapi pria tampan sahabat Zyliah itu bangkit terburu-buru, menatap Zyliah sekilas dan berlari ke kamar mandi.

"Dia kenapa?" tanya Desy menengok Esteban dari meja makan.

"Mungkin masuk angin, jadi ya begitulah."

"Pantaslah, tak mungkin kalau dia tak menyukai masakanmu. Masakanmu itu adalah makanan paling enak yang pernah aku makan!"

Zyliah hanya tersenyum, menyudahi sarapannya karena menghampiri Esteban. Ia mengetuk pintu kamar mandi dua kali, sahabat Zyliah muncul dengan wajah memerah, Zyliah memegang perut Esteban, cahaya merah tua berpendar sebentar dan menghilang kemudian, seolah merasuk ke dalam tubuhnya. Esteban bernapas lega dan tak merasa mual lagi.

'Makanan yang kumakan sesampai di sini sudah membuatku sedikit sakit, sekarang makin sakit. Sialan!'

'Harusnya kau tak memaksa. Tubuhmu ternyata membentengi diri dari makanan yang tak pernah kaumakan sebelumnya.'

'Apa dia curiga?'

'Awalnya. Kurasa tak akan curiga berlebih. Istirahatlah, aku mau pergi. Harus mengantar pesanan agar para manusia di Bumi merasa kita seperti mereka, punya kesibukan.'

'Tidak, tidak. Jangan pergi sendirian, Zyliah. Tak aman.'

Desy yang tak mendengar apa pun, menjadi ingin tahu dan menghampiri keduanya. "Kau tidak apa? Apakah itu serius, kalau begitu apa perlu kupanggil ambulans?"

"Tidak, tidak apa. Aku sudah jauh lebih baik, bahkan bisa antarkan pesanan kalian."

Desy kaget karena hanya dirinya dan Zyliah yang tahu perihal pesanan pelanggan. "Oh, kau tahu juga soal itu? Kukira hanya kami berdua yang tahu."

Esteban tak menjawab, hanya menyunggingkan senyum dan keluar dari kamar mandi. Zyliah tetap bersikeras meminta untuk diam di rumah sementara dirinya dan Desy yang mengantar pesanan, hanya di seberang gedung saja, tak terlalu jauh juga. Esteban gusar berbaring di sofa ruang tamu mini flat Zyliah, bukan karena tak empuk, tetapi mengkhawatirkan keselamatan Zyliah, mereka para kacung Xyz tak akan begitu saja melepas dirinya 'kan?

Esteban bangkit, membuka pintu utama dan melongok ke lorong, kosong. Ia menutupnya kembali lalu merebahkan diri, tak berapa lama bangun demi melihat ke luar jendela. Di luar hanya ada kegiatan para manusia yang seperti tidak pernah selesai. Wanita dan pria berjalan terburu-buru, bak dikejar waktu. Esteban menyerah, melempar tubuhnya di sofa empuk lagi, membiarkan diri tak melakukan apa pun selain menunggu.

•••

Pesanan salah satu pelanggan setelah pindahan yang mendadak sudah diantar. Harusnya mereka masih bersantai, tetapi Desy tampak bosan jadi Zyliah menerima pesanan itu. Desy senang karena usahanya dengan Zyliah berjalan lancar, hingga obrolan mereka menjadi sedikit berat, soal hewan peliharaan yang Zyliah adopsi menghilang dan apartemen porak poranda itu masih menjadi misteri. Meski Zyliah meyakinkan Desy jika mereka tak akan diminta ganti rugi soal bangunan yang rusak, tetapi keberadaan Cuko belum ada titik temu.

Zyliah mengajak Desy untuk ke swalayan terdekat membeli bahan makanan, wanita bukan manusia itu baru saja menghubungi Esteban jika mampir dahulu ke swalayan sebelum pulang. Tanpa disadari oleh Desy, Zyliah memberi kabar pada Esteban melalui gelang yang melingkar di pergelangan tangannya, bukan melalui ponsel seperti manusia pada umumnya.

Desy mengambil keranjang belanja, swalayan yang mereka datangi cukup lengkap, Zyliah membebaskan teman satu tempat tinggalnya di Bumi untuk memilih apa pun yang dibutuhkan. Desy merasa senang bukan main, sebab selama menjadi gelandangan, hanya bisa menikmati apa pun bekas orang lain di bak sampah. Desy meraih botol sabun cuci muka berwarna merah muda, menunjukkannya pada Zyliah.

"Apa benar aku boleh beli ini?"

"Belilah apa yang Kakak inginkan, butuh apa ambil saja. Kakak juga butuh krim wajah kan?" Zyliah mengambil salah satu produk kecantikan dan menaruhnya di keranjang belanja. "buat Kak Desy."

Desy mengambil produk tersebut dan melihat harganya di rak etalase, harga tertera di sana membuatnya cukup terperangah. "Tidak, tidak! Harganya mahal."

Zyliah tertawa tertahan mendengar ucapan Desy, "Kakak sudah bekerja keras dalam usaha ini, sudah sepantasnya Kak Desy mendapatkan hal yang baik-baik dan lebih dari ini."

Desy menatap Zyliah penuh haru, lalu berganti pada produk kecantikan yang dipilihkan Zyliah. "Benar begitu? Kenapa kau baik sekali padaku, kau seperti malaikat, Zy."

"Beli yang lain juga, seperti pembalut, sabun, bedak, cemilan buat Kak Desy. Ambil saja, jangan khawatirkan soal berapa harganya. Oke," kata Zyliah sebelum meninggalkan Desy berkeliling lorong swalayan.

Desy tersenyum sepeninggal Zyliah, memilih produk untuk keperluan pribadinya lagi, benar ia pernah diminta Zyliah seperti ini sebelumnya, tetapi tak akan menyangka jika ia ada hak dari hasil kerja keras mereka. Zyliah berkeliling lorong demi lorong, mengambil sebotol yougurt, meminumnya sembari melihat-lihat barang yang sekiranya ia butuhkan.

Zyliah berbelok ke lorong yang berlawanan dengan Desy, berhenti pada deretan rak susu dan memilih salah satunya untuk diberikan pada Desy. Wanita mantan gelandangan itu adalah manusia butuh bantuan, jelas serba kekurangan dalam waktu yang lama, sementara dirinya hidup serba kecukupan di Saveta. Zyliah mencari sosok Desy, menemukannya di ujung lorong tersenyum ke arahnya. Akan tetapi, senyuman Desy memudar kala netranya berpindah pandangan bersamaan dengan seseorang yang berlari ke arah mereka dengan tujuan buruk.

Zyliah meragu membawa Desy pindah ke tempat lain menggunakan bakatnya, juga akan beda jadinya dan membuat gempar karena kegiatan itu jelas direkam kamera pengawas. Sialnya, Desy bergerak maju dan menjadi tameng atas penyerangan yang seharusnya tertuju pada Zyliah. Zyliah melongo atas penikaman itu, sekuat tenaga tak menggunakan bakatnya di depan banyak manusia, terlebih lagi di depan Desy, yang berujung penyesalannya.

Zyliah menghempaskan tubuh pria berjaket hodke hitam hingga ambruk menimpa freezer-freezer es krim dan dinding kaca swalayan hingga sedikit penyok, sambil berteriak atas kekhawatiran dirinya pada keadaan perut Desy yang tertancap belati. Semua orang yang ada di swalayan panik dan berkerumun, salah satu di antara merena menelepon ambulans.

"Kau ... tidak appha kan?" tanya Desy lemah.

"Kakak jangan banyak bicara, please." Zyliah menangis menjadi sandaran tubuh Desy yang ambruk.

Desy tersenyum menatap Zyliah, "Jangan nangis, aku baik-baik saja."

Zyliah menjerit ketika melihat tangan Desy yang akan menyentuh wajahnya lemas di udara. Ia merasa deja vu dengan hal ini, seolah kejadian Gerald yang terluka padah terulang kembali. Zyliah hanya bisa menangis serta merasa tak berguna, terkungkung karena tak bisa melindungi Desy dari serangan orang yang terlewat kurang ajar. Mereka tak melepas pria berhodie pelaku penyerangan Desy, sementara Zyliah dan Desg dibawa ambulans menuju rumah sakit terdekat.

To be continued . . .











AbsquatulateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang