Desy melihat daftar belanja di tangan kiri sambil memeriksa barang-barang yang sudah diambilnya. Ia membaca pelan seolah merapalkan mantera, merasa jika semua barang di daftar sudah dibeli pun antre di kasir bersama pengunjung lain. Hari ini tanggal muda, biasanya para pekerja baru mendapatkan gaji mereka bulan kemarin jadi, mereka membelanjakan uang itu untuk membeli bahan pokok. Tiga orang wanita di depannya menunggu troli besar berisi kebutuhan pokok, yang paling atas adalah sabun-sabun dan kantung sampah, bagian bawahnya adalah popok instan dan susu formula berbungkus-bungkus. Bagian bawah troli bahkan digunakan untuk botol-botol besar pewangi pakaian.
"Mungkinkah mereka bertiga mengasuh bayi kembar? Kenapa banyak sekali yang dibeli?" gerutu Desy melihat barang belanjaan mereka.
Orang-orang yang dibicarakan Desy sibuk mengobrol, paling depan asyik bertelepon, yang kedua sedang bicara dengan putrinya yahg berusia sekitar tujuh tahun dan di depan Desy sedang mengobrol lewat telepon video dengan seorang pria, suaminya mungkin? Desy tak pernah punya kekasih, sesama homeless sekalipun. Wajar jika sekarang ia melirik tak suka dengan sikap 'alay' wanita di depannya.
"Hei, kenapa kau memonyongkan bibirmu seperti itu padaku?" tanya wanita di depannya yang mendengar dengkusan Desy.
"Tidak, aku hanya mengeluhkan antrean yang panjang ini saja," jawab Desy.
Wanita di depannya mencibir, ingin rasanya Desy melakukan hal yang sama tapi, ia tak melakukannya sebab, tak mau menimbulkan keributan dan membuat Zyliah susah nantinya. Ia capai berdiri dan berjongkok di sisi troli, menatap bosan hal yang seperti ini. Ia ingat bahwa ada mainan baru yang diberikan Zyliah, yaitu benda pipih berwarna hitam untuk komunikasi mereka. Ia mengeluarkan telepon seluler dan menggeser menu, berhenti pada sebuah game yang laris didownload baru-baru ini, Wormyzone.io.
"Hei, Nona! Majukan trolimu!" seru orang lain di belakang.
Desy memajukan trolinya sambil berjongkok dan tetap bermain game. Bahu Desy tekan-tekan tak berapa lama hingga wanita itu harus mendongak dengan omelan sebab, mengganggunya bermain game.
"Apa, sih? Tuh, kan! Cacingnya mati!" seru Desy marah.
"Harusnya kami yang marah sebab kau belum menurunkan belanjaanmu di meja kasir, lalu kapan giliran kami? Lihat, antriannya masih panjang!"
Desy menengok ke balik wanita lebih tua darinya, benar di belakanh masih lebih dari lima antrean pun menyengir. "Maaf, maaf. Aku keasyikan main game sambil nunggu."
"Ya sudah, cepatlah!"
Desy menurunkan semua barang belanjaannya dan dengan sigap kasir serta asistennya membungkus semua belanjaan berdasarkan jenisnya. Desy menaruh bungkusan-bungkusan besar itu di troli dan mendorongnya ke luar supermarket, taksi yang hampir saja didapatnya ternyata didahului oleh orang lain. Desy memekik marah, menyumpahi orang yang menyerobotnya dan harus menunggu taksi datang menurunkan penumpang lebih dulu. Hampir saja ia 'meledak' namun, taksi berikutnya datang tak berapa lama, seorang pria berwajah tanpa ekspresi dan hanya meninggalkan sejumlah uang sampai sopirnha bertanya-tanya.
Desy selesai memasukkan barang di bagasi dan duduk sambil mengembuskan napas lelah. "Tolong cepatlah, Pak. Aku sudah lelah mau sampai rumah cepat-cepat."
"Oh, iya, Bu. Maaf, saya hanya masih tertegun sebab, penumpang sebelumnya memberi ongkos tiga kali lipat."
"Ya itu rezeki, Pak. Sudah, ayo!" Desy menata punggungnya di jok dan melihat bon belanja yang panjang. "banyak sekali yang dibeli Zyliah, semoga saja ini semua bener."
Zyliah menunggu di lantai utama, tahu jika barang bawaan Desy pasti akan banyak. Benar saja, Desy datang dengan banyak belanjaan berkantung-kantung dan dia membantu bawa ke lift. Desy bercerita jika ia lama datang karena antrean di kasir yang seperti ular dan saat pulang banyak yang menikungnya mendapatkan taksi. Desy hampir saja terlonjak kaget ketika melihat Zyliah membawa belanjaan berat itu tanpa merasa keberatan sama sekali. Zyliah berkata jika sudah biasa mengangkat barang bebrat, meski alasannya masuk akal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Absquatulate
Romance21+| Don't Copy My Story| Update Sebisanya Saat bertempur di angkasa Saveta, pesawat tempur milik Zyliah dan Gerrald menerima banyak tembakan sehingga mereka memutuskan untuk mundur memikirkan rencana selanjutnya. Akan tetapi, pesawat mereka masuk k...