Orang-orang mengabaikan bocah kecil yang berjalan terseok-seok di trotoar, ia berhenti beberapa kali sembari menyandarkan tubuhnya di bangunan menjulang tinggi. Wanita dan pria yang dilihatnya berpakaian rapi, berjalan cepat, membawa tas dan semua tampak sibuk dengan urusan masing-masing. Netra biru itu kembali memejam dan gelang di pergelangan tangannya masih menyala merah, meminta bantuan pada siapapun itu, entah pada makhluk Sang Kuasa paling hina sekalipun, ataukah kemungkinan diterima sinyal oleh sesama makhluk seperti dirinya.
Kakinya lelah bertumpu dan tubuh ringkih itu ambruk seketika. Noda-noda darah yang menempel di baju dihinggapi lalat, mereka doyan sekali menghisap cairan anyir. Netra biru itu mengerjab beberapa kali, bayangan kota yang padat kini makin memudar tergantikan dengan milkyway yang sering dilihatnya, kesadarannya hilang.
Di tempat lain, Esteban dan Zyliah melempar pandangan ke segala arah, bak kucing bingung mencari induknya. Esteban berinisiatif mencari sosok yang meminta tolong ke arah kirinya, sementara Zyliah ke arah berlawanan. Gelang di tangannya masih menyala, berharap banyak jika terus menyala sampai menemukan posisi di mana makhluk itu berada.
"Tidak! Tidak! Tidak! Jangan meredup sinyalnya!" Zyliah mulai panik karena sinyal yang ia tangkap mulai perlahan menghilang.
Hei, siapapun kau yang telah memanggil, tolong beri tahu titikmu ada di mana? Halo, halo jawab aku.
Hening.
Please, jawab aku bagaimanapun keadaanmu.
Aku di sini ....
Kau dengar aku 'kan? Kau di mana? Di sini di mana? Adakah ciri tempat itu seperti apa? Apa pun itu, jawablah.
... gedung tinggi, jalanan, tanah beraspal, orang-orang sibuk. Bangunannya terasa dingin.
"Astaga, suaranya terdengar begitu lemah. Apa yang terjadi padanya?" keluh Zyliah pada dirinya sendiri.
Siapapun kau, jangan menyerah dulu, aku dan kawanku akan menemukanmu, tolong beri tahu lebih detail lagi. Please ...
Ada patung manusia di atas bangunan tinggi menghadap matahari terbit
Zyliah mencoba mencari tempat yang ditunjukkan. Mereka ada di tengah kota, sulit segera menemukan tempat yang dimaksud. Zyliah menoleh ke semua arah, lalu berhenti, menunduk demi bicara dengan hatinya. Tak berapa lama, langkah Zyliah mulai menunjuk arah, ada beberapa bangunan yang mempunyai patung manusia di bagian atas, tak lupa menyisiri jalan demi jalan banyak dilewati orang-orang melakukan aktivitas.
Manik Zyliah membulat fokus kala melihat seorang anak kecil laki-laki tergeletak di samping bangunan terbuat dari marmer. Zyliah berlari kencang, berusaha tetap terlihat bak manusia pada umumnya, jikalau tidak mau menjadi pusat perhatian. Seorang wanita berkulit hitam, memakai jas dan tas warna senada menghampiri sosok anak kecil laki-laki yang tergeletak di paving.
"Hei, kau tidak apa-apa, Nak?" tanya wanita berkulit gelap itu tampak khawatir.
Tak ada sahutan maupun pergerakan dari anak kecil tersebut, membuat si Wanita memeriksa tubuhnya, terkejut ketika mendapati luka menganga dan mengeluarkan cairan anyir, netranya tampak membulat kala menemukan benda padat asing tersulur di balik daging. Sepasang tangan membawa outher merah muda menutupi luka pada anak kecil laki-laki itu.
"Dia adalah adik sepupu saya, Mam. Maaf, aku akan membawanya ke rumah sakit," kata Zyliah menggendong anak kecil laki-laki itu.
"Kau menemukannya, Zy!" seru Esteban yang datang segera.
Wanita berkulit negro itu tampak panik juga lega, sebab menurutnya anak kecil itu sudah menemukan keluarganya. "Ya, ya! Bawa dia ke rumah sakit, segera! Semoga Tuhan Yesus memberkatinya, amen."
KAMU SEDANG MEMBACA
Absquatulate
Romansa21+| Don't Copy My Story| Update Sebisanya Saat bertempur di angkasa Saveta, pesawat tempur milik Zyliah dan Gerrald menerima banyak tembakan sehingga mereka memutuskan untuk mundur memikirkan rencana selanjutnya. Akan tetapi, pesawat mereka masuk k...