3rd : Smile, Tears and a Hug

399 76 9
                                    

Bel tanda istirahat berbunyi membuat beberapa siswa diam-diam menghela nafas lega dan bersorak girang karena sebentar lagi cacing-cacing di perut mereka yang sejak tadi berbunyi akan segera diam dan mereka bisa mengisi perut dengan makanan di kantin.

"Berhubung sudah jam istirahat pelajaran kita cukupkan. Minggu depan bawa bahan dan alat praktikum yang akan kita gunakan untuk pendalaman materi hari ini".

"Baik bu, terimakasih"

Setelah guru yang mengajar keluar kelas, serentak para siswa segera membereskan buku dan peralatan tulis, memasukkannya ke dalam tas dan melangkah keluar kelas.

"Kyu, kami mau ke kantin. Ikut?". Tanya Jihoon yang kini berbalik menghadap meja Junkyu yang tepat dibelakangnya.

Sementara Jeongwoo yang duduknya berjarak 2 meja dengan keduanya memilih berdiri di depan pintu kelas. Agaknya masih ragu menghampiri Junkyu seperti biasa karena si murid baru, Junghwan kini duduk tepat di bangku belakang sahabat koalanya itu.

Junkyu mengeluarkan kotak bekal dari dalam tasnya sembari tersenyum, "Maaf ya Ji, Woo kali ini gak ikut lagi, mama bawain bekal soalnya"

Jihoon mengangguk mengerti, "Oke gak papa Kyu. Mau nitip sesuatu gak di kantin? Nanti Ji beliin"

"Emm boleh deh Ji, susu kotak rasa cokelat satu ya"

"Siap, kami ke kantin dulu ya"

Junkyu mengangguk sembari tersenyum. Netranya lalu beralih ke kotak makan didepannya. Menghela nafas pelan lalu tangan seputih susu miliknya perlahan membuka tutup kotak makan.

Lengkungan indah di bibirnya belum juga luntur, namun ada yang berbeda dari senyumannya kali ini. Netranya terpaku pada isi dalam kotak makan siangnya, tak menyadari jika seorang siswa yang duduk tepat dibelakangnya tengah menatap lurus punggungnya.

"Sandwich isi tuna pedas? Ini makanan kesukaannya-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sandwich isi tuna pedas? Ini makanan kesukaannya-

Mama bahkan terus ingat, tapi apa mama ingat kalau Junkyu tidak bisa makan ini?". Ujarnya lirih sembari menatap hampa.

Dadanya mulai sesak dan netranya mulai diselimuti air mata yang siap tumpah kapan saja. Banyak pertanyaan yang hinggap di kepalanya, kapan mama ingat semuanya?, kapan semua akan baik-baik saja? kapan mama sadar jika ia Junkyu bukan saudaranya? kapan ia bisa tersenyum dengan benar saat mengingat keluarga? bagaimana aku bisa memperbaiki semuanya?

Namun, ia belum menemukan satu jawabanpun.

Namun, ia belum menemukan satu jawabanpun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ESEDENSIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang