Prolog

15.2K 957 87
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.
Allahumma Sholli 'Ala Sayyida Muhammad♡

- Jember, 23 Februari 2022 -

Sebelum baca ceritanya, absen dulu dong bisa sampe ke sini jalur apa? hihi.

Maaf kalau di dalam cerita banyak typo atau kesalahan yang lain.
Fyi, cerita ini murni ya karangan fiksi author. Ya, meskipun ada scene dikit yang diadopsi dari kisah real life-nya Author").

Jangan sungkan kasih saran, ya.

Big thanks to all❤️

Semoga suka🤩🤗

Semoga suka🤩🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

Author POV

"Bapak, Ibuk, kulo mboten purun mondok, kulo pengen teng griyo mawon sareng bapak kaleh ibuk," ucap seorang gadis berumur 12 tahun yang sedang menangis meminta belas kasih dari orangtuanya.
(Bapak, ibu, saya tidak mau mondok, saya ingin di rumah saja bersama bapak dan ibu)

Gadis itu merengek memegang tangan ibunya, dengan air mata yang terus mengalir ia tidak berhenti menyampaikan permintaannya. Dia tidak malu meskipun di tempatnya berdiri juga banyak orang yang lalu lalang, dan ternyata hal yang sama pun juga tengah terjadi. Banyak santri baru seperti si gadis juga tengah menangis pada orang tuanya.

Orang tua si gadis itu hanya diam, hingga beberapa menit kemudian, si ibu gadis membujuk suaminya untuk menuruti permintaan anak sulungnya itu. Akan tetapi, si suami dengan tenangnya hanya tersenyum, ia memeluk putrinya sembari berkata, "Bukannya bapak gak sayang sama kamu, Nak, bukan. Bapak cuma ingin anak perempuan bapak kelak akan menjadi wanita yang sholehah, yang nantinya bisa menjadi wanita sukses dan hebat. Ilmu bapak dan ibu saja tidak cukup untuk mendidikmu, Nak.

“Dan bapak yakin, di sini kamu akan mendapatkan pendidikan terutama pendidikan akhlaq dan adab yang lebih. Bapak dan ibu tidak akan meninggalkanmu, bapak dan ibu tetap membersamaimu meskipun hanya lewat doa. Ditata hatinya, Nak, in Syaa Allah bapak yakin kamu pasti betah di sini, bapak dan ibu akan sering menjengukmu di sini.”

"Dan satu lagi, kalau anak perempuan bapak ini pengen beli apapun itu, pasti bapak belikan, asal kamu betah di pondok," lanjut si ayah.

Selang beberapa detik, air mata gadis itu mengering, sesak di dadanya menghambur hilang. Plong!. Dia tenang setelah mendengar nasihat sang ayah. Dia melepas pelukan ayahnya lalu tersenyum.

"Kulo purun mondok, Pak, Buk, kulo kepengen dados anak sholehah, kulo kepengen membahagiakan ibuk kaleh bapak." Ucapan gadis kecil itu seketika membuat hati kedua orangtuanya bahagia, mereka sedikit tenang melepas kebersamaan bersama putri sulungnya itu.
(Saya mau mondok, Pak, Buk, saya mau jadi anak yang sholehah, saya ingin membahagiakan ibu dan bapak)

Selepas menenangkan dan mengantar putri sulung mereka kembali ke dalam pondok, kedua orang tua ini berjalan menjauh dari pesantren. Dalam langkah yang saling membersamai, tercipta suatu percakapan.

"Bapak yakin meninggalkan anak kita di sini?" tanya si istri, dia tidak tega membiarkan putrinya hidup tanpa kehadirannya dan sang suami.

"Bapak tidak meninggalkan putri kita, Buk, bapak hanya memondokkannya. Bapak melakukannya juga demi masa depan dia. Bapak yakin, di pondok inilah kelak anak kita sukses dan akan mendapatkan jodohnya." Perkataan pria paruh baya ini pun di-amin-kan oleh istrinya.

🍁🍁🍁

• HAPPY READING •

Biasa tapi Rumit ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang