“Aku yakin aku pasti bisa, karena aku percaya pada sabda-Nya, bahwa dalam setiap kesulitan pasti ada kemudahan.”
✿~Zahra Nurul Aidah~
🍁🍁🍁
Zahra POV
Auliafit11 menambambakan Histori Cinta Alea ke Auliafit11's Reading List.
Dheandara00 dan 111 lainnya memberikan vote untuk Bab 35.
Dua di antara banyak notifikasi lainnya dari akun wattpadku beberapa hari ini. Alhamdulillah, semenjak beberapa minggu yang lalu, aku selalu aktif di wattpad. Sehari aku bisa update cerita satu sampai tiga bab. Entah, rasanya dengan menulis perlahan aku bisa menyembuhkan lukaku, bisa menyembuhkan sakit hatiku.
Apalagi sekarang, ceritaku yang masih on going bab 35, sudah mendapat banyak mendapat dukungan dengan views hampir 1M. Sungguh di luar dugaanku, aku kira cerita ini akan sepi pembaca, tapi ternyata banyak yang tertarik dan suka, sebab katanya cerita yang kubuat memiliki alur yang hampir sama dengan kehidupan sebagian dari mereka yang membaca.
Aku menulis mencuri waktu senggang di antara jam mengaji, mengabdi, dan kuliah. Pun ketika malam untuk istirahat, terkadang masih kubuat untuk menyelesaikan tulisanku itu. Sebegitu cintanya aku pada cerita dan pembacaku, tanpa mereka aku siapa. Secara tidak langsung, support dan semangat dari pembaca membuatku selalu gencar untuk memberikan yang terbaik untuk mereka. Andai suatu saat aku bisa bertemu dengan mereka, akan kuungkapkan bahwa aku sangat menyayangi mereka.
“Zah, iki kan wis mari kabeh yo, gari ngenteni dijikuk karo seng nduwe, aku tak nang pondok sek yo diluk, luwe aku,” ucap Urbi, dia meringis sambil memegang perutnya.
(Zah, ini kan sudah selesai semua ya, tinggal nunggu diambil sama yang punya, aku ke pondok dulu bentar ya, lapar aku)Aku lantas mengiyakan ucapan Urbi, lalu kembali menata paket-paket laundry di lemari laundry, agar nanti lebih mudah dicari ketika ada yang mengambil. Sampai ketika aku merapikan paket laundry di lemari paling bawah, aku menemukan tumpukan baju koko, sarung, dan kaos dengan nota bernamakan Gus Ahmad.
Aku mengambil paket laundry Gus Ahmad yang sudah sedikit berdebu, mungkin sangking lama berada di sini. Dan ternyata benar, kulihat tanggal terimanya sudah hampir tiga bulan yang lalu. Aku pun mengelap plastiknya dan kembali menaruh paket tersebut.
Entah mengapa, pipiku tertarik untuk tersenyum saat mengingat kembali kenangan bersama beliau. Indah dan sangat bahagia, tapi hanya sesaat. Namun, beberapa detik kemudian, senyumku memudar ketika mengingat kembali kejadian undangan waktu itu. Ah, mungkin sekarang beliau tengah berbahagia dengan istrinya.
“Assalamualaikum.” Salam dari seseorang di depan tempat laundry.
“Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,” jawabku lantas berjalan ke depan.
Ternyata orang itu adalah Kang Abil, dia sudah rapi dengan kemeja batik, sarung, dan kopyah hitamnya. Sepertinya dia akan pergi bersama keluarga ndalem kalau sudah berpenampilan seperti ini.
“Nggih, wonten nopo, Kang?” tanyaku pada Kang Abil.
(Iya, ada apa, Kang?)“Niku, Mbak, bade mundut laundryannya Gus Ahmad. Terose beliau, wonten laundryan sing pun dangu dereng dipundut.” Kang Abil menyampaikan maksudnya sembari memberikan nota pengambilan.
(Itu, Mbak, mau ngambil laundryannya Gus Ahmad. Kata beliau, ada laundryan yang sudah lama belum diambil.)
KAMU SEDANG MEMBACA
Biasa tapi Rumit ✓
Espiritual[Spiritual - Romance] TAMAT - PART TIDAK LENGKAP BIASA TAPI RUMIT a story by Nurul Maidah Biasa tapi Rumit. Tiga kata yang sedikit bisa menceritakan tentang alur hidup Zahra, seorang santri yang masih berkhidmah di pondok pesantren An-Nur di usiany...