Pertemuan Terbaik

96 55 95
                                    

Jika rindu berharap tau.
Maka temu adalah obat di segala pilu.
Jika rindu membuat sendu.
Pertemuan akan membuat hati merasa bahagia selalu.

Aku dan kamu belum tentu akan bersatu.
Aku dan kamu belum tau waktu.
Tentang rasa yang selalu ingin terbalaskan.
Kasih dan sayang.

Author Kaisya

"Udah seratus hari aja, Ayah, Ibu, dan kedua adikku pergi dan tak kembali lagi. Kaisya kangen kalian. Please meskipun hanya dalam mimpi datanglah. Kaisya sungguh rindu."
Pintaku sambil menatap langit yang sore ini mendung.

Brak...
"Aduh maaf, saya tidak sengaja mas. Permisi saya lagi buru-buru" Kataku kepada seseorang yang telah aku tabrak, entah siapa akupun tak menatapnya. Aku sibuk dengan buku-buku ku yang berceceran.

Hari ini adalah hari pertama aku masuk kuliah. Tidak lagi di jurusan Hukum, melainkan di jurusan Kedokteran Universitas Swasta di Kota. Meskipun nilai ku terendah nomer tiga dari bawah. Namun bersyukurnya nilai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ku lumayan tinggi. Sehingga pihak kampus mau mempertahankan aku dan mau menerimaku kuliah di Fakultas Kedokteran.

Entah apakah pilihan ku ini adalah pilihan yang tepat. Tapi setelah kecelakaan orang tua dan adik-adikku aku ingin sekali menyelamatkan dan menyembuhkan orang-orang yang memerlukan pertolongan. Aku sangat tidak ingin orang lain merasakan apa yang aku rasakan. Ditinggalkan oleh orang yang paling disayang.

Beberapa langkah aku berjalan, seseorang itu memanggilku pelan.
"Icha?"

Icha? Bukankah selain keluargaku cuma satu orang yang memanggilku dengan sebutan Icha. Siapa dia? Apakah Bagas. Akupun menengok ke belakang.

"Kenapa anda tau nama panggilan saya saat kecil?"
"Benar kamu? Apa kamu lupa denganku?."
"Maaf saya tidak mengenal anda."
"Mungkin kata-kata ini akan mengingatkan kamu bahwa kita pernah bertemu dan berjuang bersama."
"Kata-kata apa?"
"Aku dan kamu berjanji tidak akan pacaran sampai kapanpun, dan hanya mencintai satu orang saja, yaitu kamu."
"Bagas? Ini beneran kamu?."
"Iya, ini aku Icha."

Takdir terbaik, datang di waktu yang tepat. Di saat aku benar-benar merasa hancur karena ditinggalkan. Aku tidak tau bagaimana jalan ceritaku selanjutnya. Namun melihat Bagas ada dihadapan ku saat ini, aku sangat bahagia. Orang yang selama ini aku tunggu, kini datang tanpa disengaja. Bukan di sengaja, namun ini adalah jalan cerita dari Tuhan untukku. Aku yakin pertemuan ini adalah takdir terbaik yang Tuhan berikan kepadaku.

"Boleh aku cerita."
"Tentu, aku rindu tentang semua ceritamu."

Setelah sekian lama tidak bertemu, aku hanya ingin bercerita kepada Bagas, bahwa aku telah kehilangan kedua orang tua dan adik-adikku. Ku ceritakan semuanya, tentang aku yang tidak lulus di Fakultas Hukum, tentang aku yang marah kepada takdir Allah, tentang aku yang merasa sendiri setelah keluarga kecilku pergi untuk selamanya saat kecelakaan itu. Tentang aku yang memberontak menjadi wanita brandalan. Tentang aku yang hancur sehancur-hancurnya.

"Menangis lah Icha. Keluarkan semua sesak di dada mu. Semua ini memang berat untukmu. Tapi aku yakin, kamu adalah wanita pilihan yang dipilih Allah untuk ujian ini. Aku yakin semua ini pasti akan terlewati. Aku tidak menyalakan mu tentang kamu yang marah kepada Allah, tentang semua ini. Tapi aku mohon Kaisya, ingat semua pengorbanan dan harapan kedua orang tuamu, Kakek dan Nenekmu saat mereka masih ada. Aku harap, harapan-harapan itu tidak akan pernah berhenti dan semoga bisa terwujud suatu saat nanti."

***
Benar kata Bagas, harapan-harapan itu seharusnya tidak berhenti begitu saja selepas mereka pergi untuk selamanya. Aku ingat kala itu Ayah menggendongku ketika pertama kali aku terjatuh, saat berlatih berjalan. Saat itu, Ayah dengan semua kasih sayangnya berbisik kepadaku.

Hijab dan Masa Laluku (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang