Event berlangsung meriah, Michan terlihat biasa saja saat bertemu Gizan walaupun sebenarnya itu hanyalah topeng. Perasaannya masih sendu, hatinya masih hancur karena ditolak oleh orang yang dicintainya. Tapi bukan Michan sekali jika dirinya bergalau ria, di sekolahnya dulu dirinya terkenal sebagai macan galak PMS. Tidak mungkin bukan jika dirinya melankolis..
"Ramai yaa.." Araa membuka percakapan.
"Iyaa Raa.." Michan melihat lemari pendingin, "Liat Raa, stok dessert kita udah mau abis.."
"Stand kita laris berarti.."
"Liat sans voucher yang kita dapetin.." Michan membuka mesin kasir, terdapat berlembar-lembar sans voucher di dalamnya. Jika sans voucher-nya ditotal ada sembilan ratus ribu, stand ini akan mendapat doorprize dari sekolahan.
"Wawww.." Araa tidak menyangka jika sans voucher stand mereka sebanyak ini.
"Liat perjuangan Akarii, Arin, Daazan, sama Gii yang daritadi muter-muter promosiin stand kita.." Perhatian Michan masih tetaplah Gizan yang sangat akrab dengan cewek-cewek yang ditemuinya.
"Mereka jago marketing.."
"Bukan marketing, tapi mulut Daazan sama Gii itu buaya. Lemes banget buat ngait pelanggan cewek-cewek.." Cibir Michan merasa jika kedua cowok kembar itu memang buaya, sehingga cewek-cewek pasti akan baper.
"Bener tuh Michan, tampang-tampang playboy.." Araa setuju dengan Michan, "Buaya.."
"Hallo.." Teguh dan Evan mampir ke stand BruvGanG.
"Hallo juga bang Teguh, pak Press.." Michan dan Araa serempak balik menyapa Teguh dan Evan yang selalu rapi sehingga mendapat julukan pak Presiden Gaming -seperti gamertag-nya.
"Kalian jualan apa ini?"
"Kita jualan dessert pak Press, bang Teguh.." Michan mulai menggunakan jurus-jurus marketingnya, ia tidak ingin menyia-nyiakan pelanggan yang datang hanya karena tengah memperhatikan Gizan. "Strawberry sponge cake ini enak pak Press, manis lembut dan segar.."
"Yang ini macaron caramel bang Teguh, enak legit. Ada juga cheese cake yang lembut bangett.."
"Atau mau cookies-nya bang Teguh, pak Press.." Araa juga mencoba ikut menawarkan cookies-nya. "Satu sans voucher bisa dapat enam biji, cookies-nya gede-gede kan. Jadi nggak rugi.."
"Wadduhh bang, bisa-bisa abis sans voucher kita buat beli dessert yang kaya'nya enak ini.."
"Coba dulu pak Press, kalo enak auto borong.."
"Siapp.."
"Ini satu Michan, ini juga satu.."
"Siap pak Press.."
"Cookies-nya satu sans voucher itu dapetnya satu jenis apa bisa beda-beda?" Kali ini Teguh yang bertanya.
"Bisa pilih bang Teguh, yang penting satu sans voucher dapet enam biji.." Michan tengah melayani yang cakenya, jadi giliran Araa yang melayani untuk cookies-nya.
"Jualan apa nihh?" Adhit dan kawan-kawan Terkutuk-nya menyempil.
"Antri bang Adhit, sabar. Kita lagi melayani pelanggan yang memesan duluan.." Araa mencoba untuk menertibkan pengunjung standnya dengan halus.
"Tapi nanti dapet ara-araa nggak Raa?" Miu bertanya, "Katanya Daazan tadi kalo kita borong banyak bakalan dapet ara-ara dari kamu.."
"Daazan anak dadjal emang.." Serempak Michan dan Araa mengutuk Daazan.
"Nggak ada ara-ara, masa kalian beli borong cuma demi ara-ara. Nanti makanan yang kalian beli mau kalian apain terusan?" Michan mencibir dengan ngegas.
"Yaa tetep kita makan lahh.."
"Tapi kan tambah enak kalo dikasih ara-ara juga.." Ledib menyahut.
"Bener tuhh.."
"Nggak ah, nggak.."
"Ihh kok gitu Raa.."
Benar-benar para cowok Sans itu tampang buaya semua dan penggila loli, FBI pun sampai open up. Guru pun juga sama seperti mereka, memang amazing sekali SMA ini..
"Raa, ayok ke panggung. Kita harus persiapan buat perform club musik nihh.." Gizan datang terburu-buru memanggil Araa, bahkan cowok itu tidak sempat menoleh ke orang lain hanya pada Araa saja.
"Okeyy Gii.." Bahkan setelahnya pun Gizan langsung pergi.
"Kalian yang semangat yaa.."
"Semangat.."
"Semangat Araa, Gii.." Dan dada Michan terasa panas, ia cemburu dengan kedekatan keduanya. Tapi ia bisa apa?
"Makasihh semuanya.." Araa masih membalas sembari berjalan mundur, berbeda dengan Gizan yang seperti membukakan jalan untuk dirinya dan Araa.
"Sebenarnya siapa orang yang kamu suka Gii? Apa Araa?" Rasanya, dada Michan sakit memikirkan hal itu. "Gii sama Araa itu partnerannya udaa lama banget kah?"
"Udaa, udaa lama Michan. Kenapa?" Arin yang menjawab pertanyaan Michan karena yang lainnya baru melayani pelanggan.
"Keliatan deket banget, lebih deket gitu.."
"Emang gitu Gii, dia emang lebih deket sama Araa. Dia juga yang tau apartement Araa pertama kali di BruvGanG, katanya ngekorin pulang gara-gara udaa malem. Parah emang Gii.."
Deg.. Jantung Michan seperti berhenti berdetak sesaat setelah mendengarnya, "Gii orang pertama di BruvGanG yang tau apartment Araa?"
"Berarti.. berarti nggak mungkin kan mereka nggak ketemuan berdua aja di belakang anak-anak?"
"Tapi Michan balik lagi, balik lagi. Gii sama Araa itu udaa partnership-an dari lama, hal kaya' gitu mesti udaa biasa.."
"Michan kok malah ngalamun, kenapa?" Arin menatap Michan khawatir.
"Ehh, nggak kok Rin. Aku nggak papa.." Michan tersenyum, ia menatap ke arah panggung di mana Gizan dan teman-teman club musiknya tengah bernyanyi.
Interaksi Gizan, Araa, dan Rian di panggung memperlihatkan keakraban mereka yang sangat-sangat akrab sekali. "Tuh kan Michan, bener. Semua orang juga deket sama Araa sama Gizan, kalo keduanya juga deket itu juga wajar kan.."
"Jan lagi menduga-duga deh kamu Michan, nanti jadi suudzon kan malah nggak baik.." Batin Michan masih mencoba menyangkal-nyangkal apa yang ia lihat dan pikirkan tentang Gizan dan Araa.
=×=
××X- Jan lupa tinggalkan jejak kalian dengan klik kolom bintang (⭐) sampai warna oren dan comment (💬) yaa.. karena itu sangat berharga buat aku sama mas e (。♥‿♥。) -X××
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship Cycle [Short Fanfic]
FanfictionSPIN OFF 'Friendship Circle', HARAP MEMBACA YANG ITU DULU SEBELUM MEMBACA INI AGAR NYAMBUNG !! Michan Angel, bertemu kembali dengan Gizan sahabat kecilnya adalah anugerah terindah menurutnya. Bahkan tak terasa dirinya jauh cinta pada cowok...