Michan berada di rooftop, tempat yang tadi ia gunakan untuk menembak Gizan dan tempat di mana cintanya dipatahkan. Hanya perlu menunggu beberapa saat lagi untuk pergantian tahun dan dirinya malah memilih untuk menikmatinya dalam kesendirian, ia tidak bergabung dengan anak-anak yang lainnya di halaman sekolah karena masih sesak saja dadanya tiap melihat Gizan dan Araa berinteraksi.
"Michan, kamu kenapa sendirian di sini?"
Michan menoleh kearah sumber suara, "Brine? Kamu kenapa di sini?"
Brine langsung duduk begitu saja di samping Michan, "Aku capek.."
"Nggak ada otak emang Biken karim sama Nikidi, nggak dikasih duduk anjir. Mana pakai sepatu hak tinggi lagi.."
Michan terkekeh melihat Brine yang wajahnya butek, "Dan banyak yang minta foto sama kamu sama Kitten juga, dikira kalian emang maid.."
"Ho'ohh.." Brine mengacak-acak rambutnya karena kesal sekali, andai dirinya tidak menerima tawaran itu.
"Well, congrats yaa Brine. Kamu udaa berjuang yang terbaik kan buat stand kamu, aku liat stand kamu rame banget tadi. Itu berkat kamu sama Kitten.."
"Thanks, congrats juga buat stand kamu sama BruvGanG.."
Michan mengangguk-angguk, "Kamu emang mau menyendiri kah Brine, ke rooftop sendirian.."
"Enggak sihh.." Brine menatap Michan, "Kamu kenapa juga malah di rooftop nggak di depan sama anak-anak BruvGanG?"
"Mau menyendiri aja, liat kembang api sendirian tanpa hiruk-pikuk orang-orang.."
"Owhh.." Brine ber-owh ria.
"Kalo kamu nggak mau menyendiri, terus kenapa Brine? Kaya'nya dari tadi pertanyaan ku nggak terjawab lengkap dehh.."
Brine menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ternyata Michan peka juga sejak tadi ia jawab setengah-setengah tentang pertanyaan itu. "Aku liat kamu jalan sendirian ke arah rooftop, padal yang lainnya jalan ke depan. Yaa aku ngikutin kamu terusan.."
"Kamu keliatan lagi suram, apa lagi ada masalah kamu sama anak BruvGanG Michan?"
Michan terkejut, ia tidak menyangka Brine merasakan auranya yang berkabut karena patah hati. "Enggak, nggak ada masalah aku sama mereka. Aku cuma pengen menyendiri aja beneran.."
"Kamu dicariin mereka tadi, tapi aku jawab nggak tau.." Brine menghela napas, selain karena ia merasakan Michan tidak ingin bersama mereka dan tadi jawaban Michan kurang lebih membenarkan. Brine juga ingin menikmati waktunya dengan Michan, berdua saja..
"Khehe.." Michan hanya nyengir canggung.
Brine dan Michan kembali mengobrol membahas segala topik yang tercipta sembari menunggu jam 00.00 yang hanya sebentar lagi. Keduanya juga tertawa bersama karena lelucon garing Brine, jokes bapak-bapak yang diajarkan oleh Febri Wortel Lemes.
"Ikut ngitung Michan.."
"Iyaa ini juga ikut ngitung dalem hati.."
"Lima.. empat.. tiga.. dua.. satu.." Keramaian di bawah terdengar sampai ke rooftop tempat Michan dan Brine duduk.
Shuutttt.. Duarr.. Suara ledakan pertama dari kembang api terdengar disusul suara yang lainnya, "Happy new year Michan.."
"Happy new year too Brine.."
Brine tersenyum lebar melihat Michan yang tengah tersenyum dengan binar indah saat melihat kembang api, membuatnya terpesona. Sekali lagi, dirinya tak dapat menolak jika Michan memang memiliki magnet yang kuat untuknya. "Kesan dan pesan untuk diri sendiri di tahun kemaren apa Michan?"
"Aku bahagia, bisa pulang ke Indonesia dan bertemu sahabat kecil aku.." Michan tersenyum bahagia walaupun ada sedikit kesedihan di intonasi suaranya. "Bisa ketemu temen-temen baru kaya' kamu, dan masih banyak lagi yang membahagiakan buat aku.."
"Pesan aku buat diri aku sendiri, jangan nyerah buat terus berjuang untuk apapun itu. Jangan mudah patah oleh keadaan jika masih ada kesempatan, dan tentu aja selalu bersyukur untuk hal sekecil apapun itu.."
"Untuk resolusi di tahun ini?"
"Tentu aja aku mau jadi lebih dewasa dan menjadi pribadi yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.."
Brine bertepuk tangan mengapresiasi kesan, pesan, dan resolusi Michan. "Mantabb.."
"Kalo kamu Brine?"
"I think, kesan pesan aku kurang lebih sama kaya' kamu Michan. Tahun ini yang spesial cuma pas kamu dateng doank, soalnya club makin rame. Bahasa Jepang kita juga terasah lagi berkat ngobrol sama kamu pakai bahasa Jepang.."
"Itu sangat membahagiakan buat aku, aku nggak perlu pakai subtitle bahasa Inggris atau Indonesia lagi buat ngerti anime yang lagi aku tonton.."
"Astagaa Brine.." Michan tertawa sembari mendorong kecil lengan Brine, ia tadi sudah terkejut karena Brine berkata yang spesial hanya waktu dirinya datang. Hampir ke-GR-an dirinya..
"Lha emang mau gimana?" Brine melihat Michan, ia berharap Michan mengerti maksud ucapannya. Tapi sepertinya tidak..
"Yaa nggak gimana-gimana.." Michan menghentikan tawanya, ia menoleh pada Brine.
Dan keheningan langsung menyerang saat mata keduanya saling bertemu tatap, ada perasaan aneh yang dirasakan Michan saat ini.. seperti kembang api yang masih berletupan di langit. Rasanya ada hal yang tak dapat ia jabarkan tengah dirasa..
"Hey Michan, aku mau ngomong sesuatu sama kamu.."
"Y-yaa, ngomong aja.." Entah bagaimana juga Michan merasa dirinya gugup hanya karena mendengar Brine memanggilnya.
"Aku suka sama kamu.." To the point, tanpa basa basi yang rumit dan panjang.
Michan langsung membelakkan matanya, ia terkejut hebat. Setelah sore tadi dirinya menyatakan perasaan kepada Gizan seperti ini —langsung to the point. Sekarang dirinya juga mendapat pernyataan yang sama dan sama-sama to the point. "B-Brine.."
"Kamu mau nggak, jadi pacar aku?"
Michan tiba-tiba bangkit, ia merasa ini sebuah kesalahan. "M-maaf Brine, aku minta maaf. Aku nggak bisa.."
"A-aku juga baru aja ditolak, maaf.." Tanpa tahu rasa apa yang tengah ia rasakan sekarang, tanpa mengerti apa yang nantinya akan terjadi untuk hatinya.. Michan langsung berlalu meninggalkan Brine sendirian di rooftop. "Maaf Brine.."
Melihat Michan yang sudah tidak ada di rooftop lagi, Brine menghela napas lelah sembari melihat sepatunya. "Dan pesan aku untuk tahun kemarin, jangan mudah jatuh cinta. Jangan mudah jatuh pada pesona seseorang.."
"Karena dia emang cantik dan kamu harus sadar diri kalo kamu bukan beast yang bisa jadi pangeran untuk si cantik.."
"Untuk resolusi di tahun ini, menjadi orang yang tidak berubah walaupun pernah ditolak cintanya. Tetap menjadi teman seperti sedia kala.."
"Yaa, temen aja.."
Brine bangkit, menatap tempatnya dan Michan tadi saat tertawa bersama untuk menghabiskan waktu. Suara keduanya masih berputar jelas di kepalanya, tak berlangsung lama karena suara itu perlahan menghilang. Menyisakan kehampaan dan kesepian di tempat ini..
Sebelum dirinya berubah menjadi orang yang melankolis.. Brine langsung berbalik dan berjalan meninggalkan tempat ini, berusaha menepis rasa patah hatinya yang terasa menyesakkan di dada. Sangat menyakitkan..
Satu malam, di tanggal yang berbeda satu hari, di bulan yang baru dan tahun yang baru beberapa menit berganti.. rooftop adalah saksi bisu dan tempat yang mematahkan dua hati yang belum saling mengerti perasaan yang dirasakan sebenarnya.
=×=
××X- Jan lupa tinggalkan jejak kalian dengan klik kolom bintang (⭐) sampai warna oren dan comment (💬) yaa.. karena itu sangat berharga buat aku sama mas e (。♥‿♥。) -X××
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship Cycle [Short Fanfic]
FanfictionSPIN OFF 'Friendship Circle', HARAP MEMBACA YANG ITU DULU SEBELUM MEMBACA INI AGAR NYAMBUNG !! Michan Angel, bertemu kembali dengan Gizan sahabat kecilnya adalah anugerah terindah menurutnya. Bahkan tak terasa dirinya jauh cinta pada cowok...