13. lebih mengenal.

20 11 0
                                    

Alana menatap kertas putih yang masih ia pengang dengan lekat.

"apa aku beneran harus ikut?" tanya nya ragu. matanya terus menatap nama nya di kertas formulir itu.

sebenarnya ia benar benar tidak mau, jujur saja, diri nya masih takut. seharian ini mood nya sedikit memburuk. otak nya terus menerus memikirkan lomba yang lima hari lagi akan tiba. belum lagi masalah di toilet tadi.

"huftt.." Alana menghela nafas nya lelah. Pikiran kembali mengingat kejadian di ruangan pak yuta beberapa jam yang lalu.

"ada apa ya pa? kenapa kita di panggil lagi?" tanya nazwa saat diri nya sudah duduk menghadap sang guru.

"saya memanggil kalian karna masalah lomba itu." jawab pa yuta langsung ke intinya. "apa kalian benar benar tidak mau menjadi perwakilan untuk sekolah ini nanti nya di sana?" tanya beliau lagi.

jika Alana, nazwa, bahkan Lidia sadar, terselip sedikit nada bujukan di antara Kalimat yang pa yuta kata kan kepada mereka.

"maaf pak, keputusan kami sudah bulat." jawab lidia.

"hooh pak, lagian kan bapak udah dapat pengganti yang lebih bagus dari kami. jadi ngapain kami harus ikutan lomba lagi?" ujar nazwa yang masih sedikit merasa kesal karna kejadian di lapangan tadi.

"pengganti?" tanya pak yuta bingung. "maksud kamu siapa nazwa?" tanya beliau lagi.

"hedeh bapak... masa bapa lupa? itu si yeji sama dkk. kan bapa sendiri yang milih mereka di lapangan tadi, gimana sih." jawab nazwa sedikit ngegas.

"mereka bukan pengganti, mereka juga menjadi perwakilan untuk sekolah. sama seperti kalian." jawab pak yuta berusaha meralat perkataan sang murid barusan.

"padahal bapak sendiri loh yang bilang kemaren, kalau bapak cuman mau yang jadi perwakilan itu kita bertiga terus sama tuh tujuh anak baru."  ujar Lidia dengan nada nyinyir.

"saya tidak bilang seperti itu, saya bilang kalau saya dan guru yang lain ingin kalian menjadi perwakilan untuk di lomba nanti." jawab pak yuta.

'ni fanboy atu, gue sleding juga ni lama lama.' nazwa membatin. sungguh, jika pak yuta bukan guru nya. sudah di pastikan nazwa akan menendang pak yuta ke dimensi dunia lain.

passalnya sudah tau kalau yeji serta teman temannya yang menjadi perwakilan di lomba itu, terus kenapa pak yuta masih berusaha membahas masalah ini ke mereka? bahkan yang memberi tahu kan tadi beliau sendiri di lapangan.

"maaf pa, sudah ada yeji sama temen temen nya. saya rasa.... tanpa kami ikut pun mereka akan tetap mewakili sekolah di lomba nantinya." Jawab Alana setelah lama menyimak.

pak yuta menghela nafas nya pelan, seperti usahanya untuk membujuk tidak berhasil. "padahal saya dengan guru guru yang lain berharap kalian juga ikut menjadi perwakilan di lomba itu nanti." kata beliau sambil menatap satu persatu tiga murid nya itu.

"bahkan kami rela melakukan apa pun agar kalian mau ikut lomba ini." lanjut nya lagi.

"tunggu sebentar, bapak mau ngelakuin apa pun asal kami mau ikut lomba itu?" tanya nazwa sedikit terkejut dengan perkataan sang guru.

"iya, apa pun." jawab pak yuta lagi.

"kalau kita minta sesuatu, bapa mau ngabulin permintaan itu?" tanya Lidia lagi.

menegakkan kembali duduknya yang sempat menyandar di sandaran kursi, pak yuta kembali berujar. "tentu, selagi itu masih dalam hal wajar dan hal positif, saya dengan guru guru yang lain akan mengabulkan permintaan kalian." ujar nya.

01. [✓] ANTAR KOMPLEKS | ENHYPEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang