20. aku... denial?

817 112 45
                                    

quick note. aku update chapter 19 sama 20 yaa, siapa tau yang 19 kelewat ehehe

***

Bruk.

Aku menutup paksa buku kuliahku yang sangat tebal itu, menimbulkan suara serta hembusan angin yang lumayan. Buku-buku tebal itu tiba-tiba terasa begitu membosankan, rasanya ingin sekali kubuang buku-buku medik tersebut agar enyah saja dari mataku. Dahiku pun terasa begitu pening, padahal sepulang kuliah tadi aku sudah sempat tidur sekitar dua jam⁠—meskipun aku bolak-balik terbangun. 

Tidak bisa kupungkiri bahwa ucapan terakhir Jeanna sebelum kuliah tadi siang begitu menganggu pikiranku. Mungkin gadis itu benar, belakangan ini aku tidak fokus karena bayang-bayang Kak Seonghwa sering kali mampir di benakku. Namun, yang ada di pikiranku bukanlah momen-momen indahku bersama Kak Seonghwa, justru lebih banyak rasa jengkelku karena pria itu hobi sekali mengutas senyumnya pada perempuan-perempuan di luar sana. Ck, tidak tahu saja dia, berapa banyak perempuan yang meleleh karena senyum singkatnya.

Ya, termasuk aku, sih. Pokoknya Kak Seonghwa itu menyebalkan sekali!

Mungkinkah aku... cemburu? Namun, apa alasanku untuk cemburu? Toh selalu berpura-pura bahagia di rumah sakit memang merupakan salah satu bagian dari pekerjaannya⁠—tetapi haruskah ia juga tersenyum lebar ketika sedang mengajar di kampusku?!?!

"Jean, kalo yang kebayang itu hal-hal yang nyebelin, apa itu tandanya suka juga?" ketikku pada room chat antara aku dan Jeanna. 

Sebenarnya aku merasa konyol sekali karena harus menanyakan hal-hal bodoh seperti ini pada Jeanna. Padahal, aku sendiri merasa "pertanyaan"-nya begitu simpel, tetapi entah mengapa otakku seakan menguap apabila memikirkannya sendiri. 

"Haha, bisa jadi. Kayak yang udah aku bilang, bisa jadi kesel karena lagi cemburu," balas Jeanna. "Berhenti denial. Kalo suka, ya bilang suka."

Sial, aku kalah telak. Jeanna barangkali benar, aku sedang berada dalam fase cemburu. Terlepas dari apa alasan aku cemburu, biar kupikirkan itu nanti. Terkutuklah Jeanna dan firasatnya yang entah bagaimana sedang bagus sekali hari ini. 

Mood-ku campur aduk sekali malam ini. Di satu sisi, aku merasa begitu tolol karena sampai terlibat rasa "suka-menyukai" seperti ini. Di sisi lain, aku merasa... geli? Entahlah, rasanya seperti aku menelan ratusan kupu-kupu. Sudut bibirku pun seperti terangkat secara otomatis setiap wajah sempurna itu mampir di pikiranku.

Ah, ya, omong-omong tentang Kak Seonghwa, ada di mana ia sekara⁠ng?

Kulangkahkan kakiku keluar dari tempat persembunyian, hendak menikmati siaran malam di televisi ruang tengah. Namun, tampaknya ada sesosok tak biasa yang berjalan lalu lalang di area dapur. Bagian anehnya, sosok itu mengenakan piyama tidur. Dengan cepat, aku melemparkan pandangan pada jam dinding⁠—masih pukul tujuh malam. 

"Loh, Kak Seonghwa kok udah pulang?" tanyaku. 

"Eh?" 

Sosok itu memutar badannya ke arahku. Tangannya tampak memegang sepiring kentang goreng dan sekaleng minuman bersoda. Kak Seonghwa, dengan penampilan yang sangat-benar-benar-bukan-dirinya. 

"Iya, saya pulang lebih awal hari ini," jawab Kak Seonghwa. 

"Kapan pulangnya?" tanyaku lagi.

"Baru aja...?" balasnya. "Emang kamu gak dengar saya buka pintu?"

Aku menggelengkan kepala. Mungkin aku terlalu larut dalam pikiranku sendiri, sampai-sampai tidak mengetahui keajaiban dunia berupa sosok gila kerja di hadapanku ini pulang lebih awal. 

EMPTY SPACE ─ Seonghwa ATEEZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang