"Rachel?"
Pintu ruangan tiba-tiba terbuka dan muncul Kak Seonghwa dari sana. Pria itu menatap lekat padakuㅡlebih tepatnya pada pigura foto Kak Yeeun yang ada di tanganku. Segera saja kukembalikan pigura tersebut ke posisi asalnya.
"Ngapain kamu ke sini? Kok gak ngabarin saya dulu?" tanya Kak Seonghwa.
"Aku bawain makan siang," mataku mengerling pada kotak bekal di atas meja, "seratus persen sehat."
Dahi pria itu berkerut, lantas terkekeh, "Astaga, iya, iya," Kak Seonghwa berjalan mendekati mejanya dan mengintip isi kotak bekal tersebut, "pasti Natasha yang bilang kalau jam makan saya akhir-akhir ini agak berantakan."
"Ah, enggak," aku menggelengkan kepala, "aku yang inisiatif bawain bekal buat Kakak, kan kemaren udah dibeliin pizza, hehe."
"Saya jadi curiga, sama di Earl Coast kamu suka diem-diem nyelundupin makanan," celetuk Kak Seonghwa.
"Ih, enggak, ya!" balasku.
Pria itu berjalan menuju sisi kursinya dan duduk di sana, sedangkan aku menepi ke sofa. Kak Seonghwa membuka kotak bekalnya, mulai meraih beberapa suap dari sana.
"Setelah ini gak ada kelas?" tanya Kak Seonghwa di sela-sela makannya.
Aku menggelengkan kepala, "Enggak, makanya aku main ke sini."
"Hmm," kepala Kak Seonghwa terangguk-angguk.
Dari sofa, aku melihat betapa lahapnya Kak Seonghwa menyantap makanannya. Eum, entahlah, aku tidak yakin masakanku akan terasa lezat. Barangkali memang Kak Seonghwa yang kelaparan atau mungkin pria itu tidak ingin aku kecewa karena telah repot-repot memasak untuknya.
Hahaha, apa sih yang kau pikirkan, Rachel? Sok merasa seperti juru masak saja.
"Kak Seonghwa," panggilku.
"Ya?"
"Tadi pas ke sini, aku ngelewatin kakak-kakak koass. Mereka ngomongin Kakak, katanya pengen stase berikutnya di-handle sama Kakak," laporku.
Kak Seonghwa mendadak tersedak makannya. Tangannya mengepal, sesekali menepuk-nepuk dadanya.
"Kak???" ucapku panik.
"Uhuk, gimana, gimana," ucap Kak Seonghwa terbatuk.
"Ya... gitu? Jangan galak-galak, Kak, siapa tau ada yang nyantol satu," celetukku.
Sesaat, pria itu tertegun menatapku, kemudian tertawa kecil. "Haha, enggak lah, mereka harus tetap profesional. Lagi pula mereka berharap apa, sih? Kebanyakan dokter yang handle koass itu dokter senior, emang mereka mau lovey dovey sama dokter-dokter senior?"
Kini giliranku yang tertawa. Astaga, benar juga, mungkin saja bayangan mereka akan terjadi adegan dramatis dengan dokter-dokter muda seperti Kak Seonghwa, tetapi di kenyataan, hanya ada dokter-dokter senior di sana. Ck, jangankan lovey dovey, mungkin mereka akan terlebih dahulu dijejali dengan puluhan blanko laporan.
"Siapa tau kan, Kak," ucapku lagi. "Jodoh gak ke mana."
Kak Seonghwa mengangkat bahu. "Nyari gelar dokter aja segitu sibuknya, belum tentu ingat makan, ingat tidur," balasnya.
Pria itu kembali menyendok makanannya. Tanpa sengaja, aku menangkap sorot mata Kak Seonghwa yang melirik ke arah bingkai foto. Entah memang ia mengerling ke sana, atau mungkin arahnya kebetulan bersinggungan dengan bingkai itu.
Sungguh, yang aku ketahui tentang Kak Yeeun hanya sebatas nama dan mukanya saja, itu pun hanya dari beberapa foto yang memang Kak Seonghwa pajang di rumah. Rasa ingin tahuku bagai menyentuh ubun-ubun, tetapi aku tidak berani bertanya lebih lanjut pada pria itu.
Ah, persetan, aku juga ingin tahu!
"Kak, aku gak pernah ketemu Kak Yeeun. Apa Kak Yeeun dokter juga, terus ditugasin jauh banget?" tanyaku.
"Bisa jadi begitu," jawab Kak Seonghwa. "Panjang banget kalau mau nyeritain tentang Yeeun, kapan-kapan saja saya ceritain."
Baiklah, aku hanya menganggukkan kepalaku. Tahan rasa ingin tahumu, Rachel, mungkin di masa depan nanti Kak Seonghwa akan bercerita, sekaligus mempertemukanku dengan Kak Yeeun barangkali.
"Kak Yeeun cantik banget, kadang aku suka ngeliatin fotonya yang ada di rumah," ucapku.
"Ada-ada aja kamu," Kak Seonghwa kembali terkekeh. "Ngomong-ngomong, Rachel, saya boleh minta tolong?"
"Boleeeh," jawabku. "Mau ngapain, Kak?"
"Tolong ambilin laundry-an saya, dong, kayaknya sampai malam saya masih harus ngurus pasien, gak ada waktu buat ke laundry," ucap Kak Seonghwa.
"Ah, santai, Kak, aturan dari kemaren-kemaren aja bilangnya," candaku.
"Ya saya mana inget, dari kemarin bolak-balik keliling rumah sakit," balas Kak Seonghwa. "Sebenarnya saya juga bisa minta tolong Natasha nyari orang buat dimintain tolong ambil laundry-an, tapi kenapa saya gak kepikiran, ya?"
Aku mengangkat bahu, "Mana aku tau, aku kan bukan Kakak."
KAMU SEDANG MEMBACA
EMPTY SPACE ─ Seonghwa ATEEZ
Fanfiction[ ON HOLD ] Dokter Seonghwa itu terlalu kaku, aku tidak akan heran jika ia akan "sendirian" sepanjang hidupnya. - side story 'Rewrite the Stars'. Originally written by Penguanlin, 2020.