"Liat tuh, siapa yang udah ditungguin," bisik teman kuliahku, Jeanna namanya.
Aku mengubah pandanganku mengikuti arah sinar mata gadis itu. Tentu saja, seorang pria dewasa berdiri di depan mobilnya, melambaikan tangan sembari tersenyum ceria ke arahku. Siapa lagi kalau bukan Kak Seonghwa?
"Ck, itu kakakku," jawabku. Yah, kakakku, tetapi kakak bohongan.
"Oh ya?" kedua mata Jeanna membulat, "udah punya pacar belom??"
"Udah," jawabku cepat. "Aku duluan, ya?"
Aku melangkah cepat menghampiri Kak Seonghwa. Pria itu akhirnya berhenti melambai-lambaikan tangannya setelah melihatku berjalan menghampirinya. Canggung sekali rasanya, ketika orang yang menjemputmu bertingkah penuh semangat seakan telah berpisah denganmu belasan tahun lamanya.
"Racheeel!" sapa Kak Seonghwa dengan senyum lebarnya. "Ayo berangkat."
Tanpa kata-kata, aku masuk terlebih dahulu ke dalam mobil. Seisi kampus mendadak gempar melihatku diantar "seorang pria tampan". Dari temanku, temannya temanku, sampai orang asing, semuanya membicarakan Kak Seonghwa, membuatku merasa kesal dan muak.
Ck, Kak Seonghwa mungkin tidak pernah terlihat bersamaku sebelumnya, tetapi bukan berarti orang-orang bebas membual tentangnya, kan? Toh kebanyakan mereka hanya mengagumi paras rupawan pria itu, tidak jauh berbeda dengan tipikal orang yang aku temui di rumah sakit. Seluruh pasang mata seakan terpusat padanya, sebuah tatapan mata buaya.
"Tadi itu temen kamu? Temen deket?" tanya Kak Seonghwa. Pria itu telah menjalankan mobilnya keluar dari lingkungan kampus.
"Iya," jawabku singkat. Mood-ku hancur sepanjang hari ini, entah mengapa. Rasanya mendadak malas sekali berurusan dengan Kak Seonghwa.
"Kamu kenapa?" Kak Seonghwa melirik ke arahku sekilas, "Matkulnya susah, atau dosennya galak? Perasaan pas berangkat tadi kamu biasa aja?"
Kubalas rentetan pertanyaan dari Kak Seonghwa dengan seutas senyuman. Mungkin aku butuh segelas boba untuk menyegarkan hari ini. Namun, tampaknya pria itu tidak puas dengan respon yang aku berikan.
"Apa saya bikin salah?" tanyanya lagi.
"Enggak," jawabku. "Gak tau, lagi bad mood."
"Hmm," Pria itu berdeham.
Aku memalingkan kepalaku menghadap jendela, memperhatikan jalan dalam diam. Sebuah sentuhan tiba-tiba terasa di puncak kepalaku, membelai rambutku dengan lembut. Aku palingkan lagi kepalaku menghadap Kak Seonghwa, pria itu tersenyum.
"Saya gak tau kenapa kamu bad mood, tapi semoga habis ini kamu gak bad mood lagi," ucap pria itu, kemudian menarik tangannya dari puncak kepalaku, kembali memegang kemudi.
Ck, suasana hatiku yang terasa aneh ini tiba-tiba terasa semakin aneh ketika pria itu menempelkan tangannya di kepalaku. Ingin ku-sleding saja pria di sebelahku ini, tetapi aku tidak bisa mengemudi, jika Kak Seonghwa menghilang.
Mobil kami berbelok menuju sebuah mall yang cukup besar. Kepribadian introverku bagai terpicu melihat betapa banyaknya manusia lalu-lalang di sekitar mall. Pun halnya dengan di parkiran, mungkin ada satu lusin mobil mengantre keluar dari parkiran.
Nasib baik, kami menemukan lahan parkir kosong yang terletak tepat di depan pintu masuk. Setidaknya kami tidak perlu berpikir sampai botak saking repotnya mencari posisi parkir mobil kami.
Sebuah lorong penuh makanan ringan menyambut langkah kami di dalam mall. Ah, menggiurkan sekali, rasanya ingin kubeli semua makanan yang dijual. Es krim, boba, gulali, menyenangkan!
KAMU SEDANG MEMBACA
EMPTY SPACE ─ Seonghwa ATEEZ
Fanfic[ ON HOLD ] Dokter Seonghwa itu terlalu kaku, aku tidak akan heran jika ia akan "sendirian" sepanjang hidupnya. - side story 'Rewrite the Stars'. Originally written by Penguanlin, 2020.