“Ngapain, sih, lo bawa kita semua ke sini?! Ini ‘kan tempat pembuangan sampah!”
“Kayak gak ada tempat lain aja lo!”
“Cepetanlah! Ada apa?!”
“Abis dari sini kayaknya gua kudu beli parfum sekebon biar kecium nih bangkai!”
“Ck, cepetan, Dark Albino!”
Dark duduk di kursi lusuh dan tak terawat dengan tenang membiarkan abang-abangnya dan adiknya mengoceh tiada henti. Tentu saja itu membuat mereka jengkel, kalo bukan saudara sudah mereka timbun di antara sampah-sampah ini.
“Cepetan, Bang Dark! Bau tau?!” pekik Alme sudah jengah dengan tingkah abangnya ini.
Dark terkekeh. “Gua ngumpulin lo semua di sini buat rencanain ulang tahun ...,” ucap Dark menggantung kata-katanya membuat semuanya tampak penasaran. “Fauna Dinata.” Dark tersenyum tipis sembari bersedekap dada.
Semua orang seakan terkejut menjatuhkan rahang mereka mendengar penuturan Dark. Sejak kapan Dark peduli dengan ulang tahun seseorang?! Bahkan, ulang tahun Alme saja Dark harus memasang alarm terlebih dahulu.
“Gila lo!” sungut Alvenso.
“Gak ada tempat lain gitu selain tempat pembuangan sampah?!” pekik Ika frustasi dengan calon Adik iparnya.
Alvenso membawa Ika dalam dekapannya. “Sabar, sayang. Nanti kita pukulin dia sama-sama, ya?” ucap Alvenso tersenyum manis.
Dark membuang wajahnya jengah dengan abangnya itu, terlalu bucin. Dark bangkit dari kursinya kemudian berjalan menuju meja persegi panjang yang telah di siapkan.
Dark duduk di bangku paling ujung, sementara Abang dan adiknya ikut duduk di sana. Mereka menunggu instruksi dari Dark untuk melakukan sesuatu.
Dark memainkan jari-jemarinya, memejamkan mata seakan tengah berpikir. Dark sebenarnya tidak berniat hanya saja dia ingin bermain sebentar saja.
“Alme, sini duduk sama Abang,” ucap Dark tanpa menatap lawan bicaranya.
“Tapi Ba—”
Dark melirik adiknya yang masih berdiri. “Abang gak suka ditolak, Alme.”
Alme melirik ke arah Katu yang tengah duduk anteng sembari menatapnya. Katu memejamkan matanya sembari mengangguk kecil seakan memberikan tahukan bahwa ‘ikuti aja’.
Alme berjalan perlahan dan duduk dipangkuan Dark. Dark tersenyum, tangannya membelai pelan surai hitam adiknya.
“Gua ngumpulin kalian semua di sini buat bantu gua. Gua mau Ika sama Gracia siapin makanan termasuk kue, Bang Al sama Bang Bumi siapin tempat termasuk dekorasinya. Katu, Celcius dan Erlan jadi bagian keamanan, sedangkan Alme bakalan ... bawa Fauna sekalian dandanin dia biar gak kayak gembel,” jelas Dark yang diangguki oleh semua orang.
“Abang, kenapa harus ada keamanan?” tanya Alme.
Dark memandang adiknya itu sembari tersenyum. “Ada orang iri, dengki soalnya, Dek.”
Alme mengangguk mengerti dengan apa yang dikatakan oleh abangnya. Semua orang pun mengerti dan mulai membincangkan apa yang perlu mereka lakukan.
***
Fauna, dia tengah bersiap-siap untuk mengunjungi makam kedua orang tuanya sebelum berangkat ke kampus. Dia sudah menyiapkan berbagai macam bunga dan air mawar, hari ini adalah di mana orang tuanya pergi.
Fauna bercermin, melihat pantulan dirinya di cermin kemudian tersenyum tipis. “Maaf, Yah, Bu, Fauna masuk ke agama lain dan mengabaikan peringatan yang kalian berikan, maaf,” ucap Fauna membereskan penampilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK ALBINO
Short StoryDark Albino, seorang laki-laki yang keras dan anti lemah-lembut ternyata mempunyai masa lalu yang tak semua orang tau. Laki-laki tak mengenal kata simpati dan juga kasih sayang selain pada adiknya ini selalu tampak angkuh dan kejam. Fauna Dinata, wa...