Satu Minggu lalu, tepatnya Fauna keluar dari rumah sakit yang membelenggu dirinya. Saat ini dirinya tengah duduk bertiga bersama dengan Dark dan Erlan, menatap sungai yang tenang tanpa gangguan.
Fauna duduk diantara Erlan dan Dark tanpa merasakan keanehan sedikitpun tentang kedua laki-laki itu. Dia lebih menikmati suasana alam ketimbang suasana hati kedua laki-laki itu yang entah sedang merasakan apa.
“Fau!”
Fauna menoleh ke dua arah secara bergantian. “Iya. Kenapa?” sahut Fauna.
“Lo ngapain ke sini?” tanya Dark.
“Lo lagi ada masalah? Tumben ke sungai.”
Fauna menatap kedua laki-laki itu secara bergantian kemudian kembali menatap sungai yang tenang. Kabar tentang Falencya tak lagi terdengar oleh telinga Fauna, mungkin saja gadis itu telah berubah.
Fauna mengeluarkan sebuah surat dan dia berikan kepada Dark, serta Erlan. “Aku mau pamit.”
Dark dan Erlan saling menatap satu sama lain, seakan masih mencerna ucapan gadis di samping mereka tersebut. Keduanya perlahan membuka surat yang diberikan oleh Fauna, surat undangan untuk kuliah di Korea.
“Lo?” Dark menatap wajah Fauna.
Erlan terdiam sesaat. “Lo, kok, gak bilang kalo lo mau ke korea, Fau?” tanya Erlan masih menatap kosong ke arah surat pemberian Fauna.
Fauna menghela napasnya sesaat. “Tadi, ‘kan, aku udah bilang. Aku pamit mau ke—”
Erlan menutup mulut Fauna dengan semua jarinya, lebih tepatnya menggunakan telapak tangannya. Erlan menatap dalam manik mata Fauna dengan jarak yang begitu dekat. Bahkan, Fauna bisa merasakan deruan napas laki-laki itu.
“Lo baru sembuh, Fau, terus sekarang lo mau pergi lagi?” tanya Erlan seakan tak ingin gadis itu pergi jauh darinya.
Fauna terdiam dan menatap manik mata Erlan. “For my dream? Aku gak bisa nolak itu, Lan.”
Erlan menjauhkan tubuhnya dari Fauna, dia meremas kuat kertas tersebut hingga menjadi bola kecil. Fauna merasa tidak enak, tapi apa dayanya. Ini semua terjadi begitu cepat, memang sekolah di sana adalah impian Fauna, tapi dia tidak begitu senang entah karena apa.
“Gak perlu lo pikirin, lo belajar aja di sana. Erlan pasti perlahan bakalan ngertiin lo,” bisik Dark tepat ditelinga Fauna.
Fauna menoleh ke belakang. “Lo jangan ngejalang di sana, tuman.” Dark tersenyum tipis di belakang sana.
“Enggak, kok, paling nikah sama Jaemin aja,” balas Fauna tersenyum.
Dark menggelengkan kepalanya pelan melihat Erlan yang langsung menyembunyikan kepala Fauna diketiaknya. Satu pertanyaan dalam hati Dark, apakah Fauna bisa bernapas?
Fauna memukuli tubuh Dark dengan lembut membuat laki-laki SMA itu terkekeh pelan sembari melepaskan jeratannya. Fauna merapikan rambutnya yang seperti singa itu karena ulah Erlan.
“Lo balik lagi kapan?” tanya Erlan.
“Lima tahun.”
“Cuma lima tahun, doang. Nggak pa—” Mata Erlan melotot bersamaan dengan wajah datar Dark. “What the fuck! Lama banget!”
***
“Assalamualaikum,” ucap Erlan duduk di sofa dengan wajah yang ditekuk.
Dark menggelengkan kepalanya kemudian duduk di samping Erlan. Semua atensi mengarah pada wajah Dark yang lesu seperti tidak ada tenaga. Biasanya lelaki itu paling heboh dan jangan lupakan teriakan mautnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK ALBINO
Short StoryDark Albino, seorang laki-laki yang keras dan anti lemah-lembut ternyata mempunyai masa lalu yang tak semua orang tau. Laki-laki tak mengenal kata simpati dan juga kasih sayang selain pada adiknya ini selalu tampak angkuh dan kejam. Fauna Dinata, wa...