Dark melihat pantulan dirinya dari cermin. Senyuman tipis timbul begitu saja saat melihat wajahnya dari pantulan cermin.
“Gua emang ganteng dari lahir, anak keluarga Albino yang paling ganteng,” monolognya.
Dark berjalan menuju nakas kemudian membuka laci meja tersebut. Dia mengambil sebuah kotak berwarna merah, dia juga membukanya sesaat.
“Semoga aja lo suka,” monolog laki-laki itu kembali.
Dia menutup kembali kotak merah merona tersebut dan menyimpannya di saku jaket yang dirinya gunakan. Hari ini adalah hari di mana Dark akan menemui seseorang.
Seseorang itu adalah seorang gadis yang dia tunggu kedatangannya kembali. Sebelum semuanya terlambat, lebih baik Dark bergerak cepat karena bukan hanya dia yang jatuh cinta pada sang gadis.
Dark mengambil kunci motor lalu bergegas turun dari kamar apartemennya. Dark tidak pulang ke rumah kediaman keluarga Albino, tapi di apartemennya.
Dark berhenti sesaat kemudian melihat sekeliling apartemennya yang kosong. “Nantinya apartemen ini bakalan diisi sama canda tawa kita dan anak-anak kita,” gumam Dark sebelum menutup pintu apartemennya.
Laki-laki itu berlarian menuju halaman parkir kemudian menaiki motornya dan pergi meninggalkan tempat tersebut. Sepanjang perjalanan, tidak henti Dark terus tersenyum membayangkan momen yang akan dia cetak.
“Fauna!” teriak Dark saat sampai di rumah Fauna.
Sudah beberapa kali Dark mengetuk pintu dan berteriak, tapi tidak ada jawaban yang dia terima. Hanya ada keheningan, hanya ada kesunyian dan hanya ada sepi.
“Fauna tadi pergi sama cowok ke taman dekat dengan SMA Angkasa!” teriak seorang ibu-ibu.
Dark menoleh, detik itu juga dia berlari tanpa mengucapkan kata terimakasih kepada ibu-ibu tadi. Otaknya hanya memikirkan kejadian sehari sebelum Fauna pulang ke Indonesia.
***
“Gua suka sama Fauna.”
Erlan memandang tajam ke arah Dark dengan tatapan permusuhan yang sangat kental. Dia yang tadi hendak pergi ke kamarnya terhenti dan duduk di samping Dark.
“Setelah apa yang lo lakuin ke dia? Gua yakin dia gak akan nerima lo,” sahut Erlan dengan nada mengejek.
Dark bersedekap dada. “Gua yakin, dia masih cinta sama gua,” sahut Dark lagi.
Erlan berdecak kesal. “Setelah apa yang lo lakuin? Ucapan lo? Lo pikir itu gak nyakitin Fauna? Gak tau diri banget lo, Bang!” tekan Erlan.
Dark tersenyum sinis. “Kalo gitu, mari kita bersaing untuk mendapatkan gadis lugu itu?” tawar Dark dengan kekehan sinisnya.
Erlan tertawa, lebih tepatnya menertawakan tawaran bodoh abangnya yang sudah jelas dirinyalah pemenangnya. Dia menoleh kemudian menatap lekat wajah Dark.
“Dulu gua jagain Fauna secara diam-diam, tapi sekarang gua bakalan tunjukkin ke lo bahwa gua gak akan nyerah ataupun ngalah,” sahut Erlan.
Laki-laki itu bangkit dan pergi dari hadapan Dark yang kini terdiam mencerna semua ucapan dari adiknya. Dia memandang punggung Erlan yang menjauh dan menghilang.
“Gua bisa, ‘kan?”
***
“Iya, aku ... mau.”
Dark menatap kedua insan yang tengah berdiri di hadapan danau hijau dan hamparan bunga-bunga yang mengelilingi keduanya. Dia terhenti sebelum benar-benar mendekati kedua insan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK ALBINO
Short StoryDark Albino, seorang laki-laki yang keras dan anti lemah-lembut ternyata mempunyai masa lalu yang tak semua orang tau. Laki-laki tak mengenal kata simpati dan juga kasih sayang selain pada adiknya ini selalu tampak angkuh dan kejam. Fauna Dinata, wa...