Dark menatap wajah Fauna yang tertunduk setelah pertemuannya dengan orang yang Fauna sebut—Fernando Alonso. Keadaan kembali hening sebelum datangnya gadis iblis itu—Falencya Claubisia.
“Sayang, mari, kita bermain bersama mereka.”
Dark dan Fauna saling pandang dengan tatapan tajam. Tatapan Fauna yang biasanya lembut dan penuh dengan ketentraman kini berubah menjadi ancaman, Dark tidak tahu alasannya apa.
Sementara itu, Katu bersikap tenang seperti tak ada satupun yang mengancam mereka. Hanya Alme yang terlihat takut dan gugup dengan hal yang belum terjadi dan masih menjadi terkaannya.
“Tu, lo bisa teleportasi kagak?” tanya Alme dengan nada berbisik.
“Oh, teleportasi. Lo mau nelepon siapa emang?” tanya Katu dengan nada yang tinggi dan nyaring.
Alme refleks menginjak kaki Katu dengan keras hingga membuat laki-laki itu memekik kesakitan saat kaki ajaibnya diinjak. Katu melirik tajam ke arah Alme yang juga meliriknya dengan tajam.
“Apaan, sih, Me?!” pekik Katu.
“Ck, tikus itu sangat berisik, sayang!” seru Falencya yang tengah mengasah pisau, entah untuk apa.
Fernando mengangguk kecil kemudian menghampiri Alme dan Katu. “Jika kalian masih ingin bernapas untuk sesaat, maka diamlah.”
Alme meneguk air liurnya dengan susah payah, kali ini ancaman benar-benar menghampiri dirinya. Katu yang tadi terlihat santai, kini mulai menunjukkan wajah pucat pasinya.
Fernando tersenyum puas. “Fauna dan Dark, apakah kalian siap untuk mati sekarang?” tanya Fernando.
“Kenapa harus kita, lo duluan aja sono. Dosa lo kan bejibun, lebih baik lo mati duluan, ntar kita nyusul.” Dark tersenyum meremehkan.
Fernando menendang tulang kering Dark hingga membuat laki-laki itu mengerang kesakitan. “Cowok lemah kayak lo gak pantas buat dilembutin!” tekan Fernando.
Fauna yang berada di hadapan Falencya tersenyum penuh arti. “Aku udah tau kamu sejak awal, karena kamu adalah musuh terbesarku.”
Falencya menghentikan aksinya, dia melirik ke arah gadis lemah yang terikat kuat di hadapannya. Falencya duduk di bangku yang berhadapan langsung dengan Fauna.
“Oh, ya? Tau apa lo tentang gua?” tanya Falencya dengan senyuman smriknya.
“Kamu tau, Giontara Alvaro?” tanya Fauna.
Falencya terkesiap. “Jadi lo pembunuh Kakak gua, iya?!”
Fauna tertawa hambar, sedangkan yang lain hanya menyimak saja. “Pembunuhnya aku atau kamu?” tanya Fauna memiringkan wajahnya.
“Lo?!”
“Falencya Claubisia Akomoto, anak angkat dari pasangan Kim Akomoto dan Fisya Akomoto, saudari tiri dari Falencya Aurora Akomoto. Pembunuh sekaligus pelenyap Giontara Alvaro, Kakak kandung lo sendiri!” Fauna tersenyum, tapi air mata tak mampu dirinya bendung saat menyebutkan nama Giontara Alvaro.
“Lo yang udah bunuh Abang gua, lo pembunuh Fauna!” pekik Falencya.
“Pembunuh teriak pembunuh, waras lo?!” teriak Dark.
“Diem lo!”
Sret!
Dark menghela napasnya sebentar saat sebuah pisau menggores lengannya dengan kuat. Alme dan Katu yang melihatnya merasa ngeri sekaligus meringis melihat darah keluar dari lengan Dark.
Fauna melirik ke arah Falencya kemudian menendang perut gadis itu. “Kamu, tuh, mainannya pisau. Inget kata Bunda, jangan bermain dengan pedang, dia bisa menjadi kawan sekaligus lawan,” cerca Fauna.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK ALBINO
Short StoryDark Albino, seorang laki-laki yang keras dan anti lemah-lembut ternyata mempunyai masa lalu yang tak semua orang tau. Laki-laki tak mengenal kata simpati dan juga kasih sayang selain pada adiknya ini selalu tampak angkuh dan kejam. Fauna Dinata, wa...