Part 19-Bersama Erlan lagi

8 2 2
                                    

Fauna mencium tangan Erlan dan Erlan pun tersenyum karena telah berhasil menjadi imam bagi Fauna. Meskipun hanya imam solat saja.

Fauna membuka mukenanya dan membereskan sajadahnya begitu pula dengan Erlan yang melepaskan kopiah dan melipat sajadahnya. Erlan duduk di sofa di ruang tengah sembari menunggu Fauna turun ke bawah.

Dia meneliti setiap rumah Fauna dengan seksama. Banyak boneka-boneka lucu yang terpajang dan beberapa bingkai foto. Diantaranya foto Fauna dan Gion yang masih SMP, indah dan harmonis. Gion itu ganteng dan manis, tatapannya pun bersahabat tanpa raa benci.

Tanpa sadar, Fauna sudah kembali dan duduk di samping Erlan. “Kamu ngapain jam segini ke rumah aku?” tanya Fauna lagi.

Erlan menoleh. “Kangen sama lo,” ucap Erlan.

Fauna menatap Erlan dengan seksama, mencari di mana letak kebohongan pemuda itu. “Kamu, tuh, becanda mulu!”

Erlan menggeleng. ‘Kebanyakkan dibecandain. Sampai gak bisa bedain mana becanda dan mana yang serius. Fauna, Fauna, lo lucu, sih, kan gua jadi suka,’ batin Erlan.

“Tumben kamu udah rapi, mana baru jam empat udah sampai lagi,” ungkap Fauna lagi.

Erlan mendekat. “Pengen aja.”

Fauna menggelengkan kepalanya. Dia memandang area sekitar kemudian kembali menatap dalam wajah Erlan hingga membuat orang yang ditatap salah tingkah.

Erlan tersenyum. “Fau, lo gak make kalung pemberian gua?”

Fauna mengeluarkan benda yang bersembunyi di balik kerah bajunya. “Ini,” ucapnya.

Erlan tersenyum lagi kala kalung kupu-kupu yang dirinya berikan dikenakan oleh Fauna. Tampak indah dan elegan, cocok untuk Fauna yang kini mengenakan dress simple.

“Masak, yuk!” ajak Erlan.

“Masak apa?” tanya Fauna.

“Lo bisa masak gak?” tanya Erlan.

Fauna mengangguk pelan. Dia mengambil beberapa alat dapur dan bumbu-bumbu dapur dibantu oleh Erlan. Erlan memegangi tangan Fauna yang mau mengambil bawang putih.

“K–kenapa, Lan?”

“Gua mau masak buat lo, boleh?”

***

“Al—”

“Mau ngapain lagi?” tanya Alme menatap jengah Dark yang terus memanggil namanya sendari tadi.

“Maaf—”

Alme menatap penuh rasa penasaran pada Dark yang berada di hadapannya saat ini. Falencya, perempuan itu juga tidak pernah absen meninggalkan Dark seorang diri.

“Siapa cewek ini?” tanya Alme menunjuk ke arah Falencya.

Falencya terperangah saat jari Alme menunjuk ke arahnya. Dark langsung menyembunyikan tubuh gadis itu di belakang tubuhnya.

“D–dia Falencya, Al. Kamu inget, ‘kan? Dia pacar Abang,” ungkap Dark.

“Falencya? Pacar Abang? Abang lupa ingatan, ya? Kak Falen udah meninggal dan Alme lihat sendiri penguburannya,” sahut Alme menyunggingkan senyumannya.

“Enggak. Kamu jangan becanda sama Abang. Dia Falencya, pacar Abang!”

Alme kembali melanjutkan langkah. “Terserah, gua juga udah gak peduli sama lo.”

“Alme!”

Alme seakan tuli dengan seruan sang Abang, dia tetap melanjutkan langkahnya menuju kamarnya meninggalkan Dark dan Falencya. Falencya menggenggam telapak tangan Dark dengan erat seakan menguatkan laki-laki itu.

DARK ALBINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang