Part 028-Permintaan maaf

11 4 1
                                    

Satu bulan berlalu, kini Fauna sudah berada di rumahnya dan kembali ke kampus lamanya. Tentang Falencya, gadis itu menghilang tanpa jejak yang tertinggal.

Sekarang, Fauna tengah berada di rumah Erlan, tepatnya kediaman keluarga Albino. Kabarnya Erlan dan Fauna semakin dekat karena setiap harinya Fauna main ke rumah Erlan.

Seperti hari ini, Erlan dan Fauna tengah berbincang bersama Alme dan Katu di ruang tengah. Banyak hal yang mereka bicarakan, tentang aib intinya.

“Kalian tau, tadi Erlan abis cium aspal gara-gara gak sengaja nginjak pisang.”

Erlan mendengkus kesal. “Kenapa harus itu, sih, Na?!” gerutu Erlan.

Alme tertawa paling keras dari yang lain. “Katu tadi abis cium pantat sapi, ngakak aku!” pekiknya menahan tawa hingga wajahnya memerah.

Sekarang Katu yang mendengkus kesal dengan kelakuan istrinya. “Ini, tuh, gara-gara lo bawa motor kagak inget nyawa!” cercanya.

“Eh, lo aja yang enggak pake sabuk pengaman. Kan, jatuh jadinya,” ungkap Alme.

Katu menjitak kening Alme hingga membuat gadis itu memekik memanggil namanya. Serta, jangan lupakan tendangan maut gadis tujuh belas tahun itu.

“Kak Fau, mending Kakak jadi istri aku aja. Soalnya aku bisa babak belur kalo istrinya modelan Alme, Kak.” Katu langsung nyosor memeluk tubuh Fauna.

Bruk!

“Enak aja, gak usah ngarep, deh, lo. Fauna is mine!” pekik Erlan memeluk tubuh Fauna dengan posesif.

Fauna merasakan jantungnya berdebar kencang dan perutnya seperti ada kupu-kupu yang terbang di sana. Rasanya pipinya bersemu merah. Bahkan, dia hanya menundukkan kepalanya malu.

“Dasar friendzone!” cerca Katu mengelus pantatnya.

Puk!

“Diem, deh, lo suami mantan!” cerca Alme setelah menendang pantat aesthetic Katu.

“Ekhem!”

Fauna, Katu, Alme dan Erlan membalikkan badannya kemudian menemukan sosok Dark yang berdiri di belakang mereka. Dia membawa berbagai cemilan dan minuman, serta seblak kesukaan Alme.

“Wih, ada gerangan apa, nih, Bang? Tumben amat lo baik,” ungkap Erlan langsung mencomot jajanan yang Dark bawa.

Dark menepisnya. “Duduk dulu!” tekannya dengan tatapan tajam.

Erlan mengelus tangannya yang sedikit pedih, abangnya memang tidak berubah soal kedinginan sikap. Erlan, Fauna, Alme dan Katu duduk melingkar bersama dengan Dark.

Dark meletakkan semuanya di hadapan mereka. Dia sedikit mengembangkan senyuman kemudian kembali menghela napas dengan panjang.

“Jadi—”

“Ini buat Alme semua, ‘kan?!” pekik Alme bertanya.

Katu menggeplak kepala Alme. “Gak usah ge’er, dah, lo. Ini semua pasti buat gua, gak usah ngarep!” cerca Katu.

Alme menggeplak kepala Katu. “Lo juga ge’er, ya!” pekik Alme.

Dark berdeham. “Mau dengerin penjelasan gua apa enggak, nih?” tanya Dark sinis.

Alme dan Katu seketika menciut dan menutup mulut keduanya. Dark menatap Fauna sebentar sebelum Fauna memutuskan kontak mata dengannya.

“Jadi, besok gua bak—”

“Bang, cepetan, Al udah laper, nih!” pekik Alme menepuk perutnya yang rata.

Katu membungkam mulut Alme. “Lanjutin aja, Bang.”

DARK ALBINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang