•••
"Cium Kookie!" titah Jungkook pada panggilan teleponnya pada seseorang lawan bicaranya. Tidak ada respon dari seberang telepon. "Hyungie? Hyungie dengerin Kookie nggak, sih?"
"Ya, sayang...hyungie denger kok. Kenapa tiba-tiba Kookie minta cium hyungie?"
"V melamar nuna, tapi V mencium nuna. Hyungie melamar Kookie tapi hyungie nggak cium Kookie. Nuna bilang hyungie nggak romantis, V yang romantis."
Dari nada bicara yang Taehyung dengar, dia tahu bahkan Jungkook tengah mencebikkan bibirnya, cemberut dan kesal. Hening sesaat. Tidak ada suara apapun dari lawan bicara Jungkook. Jungkook sedikit kesal, dia hendak menutup teleponnya dan menjauhkan ponsel dari telinganya. Namun, suara Taehyung membuatnya kembali mendekatkan ponselnya.
"Kookie... udah tidur belum, sayang?"
"Kenapa? Hyungie 'kan nggak mau cium Kookie. Kookie tidur aja."
"Mwaaah! Mwwwaah! Mwwwah! Hyungie sayang banget sama Kookie. Tapi, kalau Kookie belum tidur, coba Kookie berdiri di dekat jendela. Lihat ke bawah ya, sayang..."
"Uu~ung? Apa Kookie tadi lupa kunci pagar rumah?"
"Lihat aja, Kookie sayang..."
Jungkook menuruti perkataan Taehyung, dia berjalan menuju sisi jendela kamarnya, lalu membuka tirai kamar berwarna putih dan menatap ke bawah. Tampak Taehyung berdiri di sana, bersandar pada salah satu sisi pintu mobilnya. Dia masih belum menurunkan ponselnya, tangan kirinya pun melambai ke atas, di mana Jungkook telah berdiri di balkon kamarnya. Seketika wajahnya tersenyum, Jungkook membalas lambaian tangan Taehyung.
"Kookie mau turun sebentar nggak? Hyungie mau kasih bonus cium. Biar kesayangan hyungie nggak kesal dan cemberut. Mau?"
"Uuung! Tunggu, hyungie. Kookie turun. Tunggu, ya. Jangan pergi. Tunggu..."
"Iya, sayang. Jangan lari, ya..." Taehyung mendengar Jungkook menuruni tangga dengan cepat, bahkan bunyi napas pun dia mendengarnya.
Tak lama Jungkook membuka pintu rumahnya, lalu berlari ke arah Taehyung. Dan kekasih tampannya itu membuka lebar kedua lengannya. Hingga akhirnya Jungkook pun menghambur dalam pelukan Taehyung. Taehyung memeluknya erat. Jungkook membenamkan wajahnya pada ceruk leher Taehyung. Bahkan Taehyung bisa merasakan napas Jungkook terengah.
"Kookie suka kejutan dari hyungie... kenapa nggak menelepon Kookie kalau mau kesini lagi? Gimana kalau Kookie nggak menelepon hyungie? Hyungie bakalan terus di luar kayak gini. Hyungie bisa sakit..." gumam Jungkook dengan suara membenam. "Kalau hyungie sakit, Kookie sedih..." Jungkook makin mengeratkan pelukannya.
"Karena hyungie tahu Kookie pasti akan menelepon. Hyungie udah hafal kebiasaan Kookie sebelum tidur. Itu juga udah lama kan kita lakuinnya? Saling nelepon, kalau nggak Kookie ya hyungie... Bener, 'kan?"
"Uung!" Jungkook mengangguk. "Hyungie kesini mau apa? Kan tadi udah ketemu, apa lupa sesuatu?"
"Iya, lupa cium kamu. Makanya kamu marah, 'kan? Terus Jungrae bikin kamu iri, tambah marah 'kan kamu?" Taehyung mengusap pelan pucuk kepala Jungkook.
"Iishh! Bohong!"
"Nggak. Yaudah...katanya mau dicium hyungie...mana pipinya? Mana pipi gembil Kookie..." Taehyung melonggarakan pelukannya. "Lihat hyungie, Kookie sayang..."
Jungkook menarik wajahnya. Menatap lamat Taehyung, tak lama, Taehyung menangkup wajah mungil Jungkook, lalu sejenak menekan kedua pipi Jungkook hingga bibirnya mengerucut. Taehyung tersenyum melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET ENEMY
Fanfiction[END] "Tidak bisa ya, sehari tanpa berdebat?" *** Apakah dua orang yang selalu bertengkar berselisih, berdebat, adu mulut adalah orang yang saling benci? Ataukah keduanya hanya ingin memperhatikan dan diperhatikan? *** ⚠️ #boyslove #toptae #bottko...