24. Sang penguat

514 88 8
                                    

ㅡTypo Tandain!🌙

Suasana hening menyelimuti penjuru ruangan dirumah berlantai 2 ini. Hanya suara hujan yang menemani mereka dengan keterdiaman mereka.

Caca yang memperhatikan sohib kecilnya menatap khawatir kakak kelas dihadapan mereka yang masih melamun sembari menghangatkan badan dengan menggenggam satu gelas teh hangat buatan Caca tadi.

Caca tersenyum kecil sembari menghampiri Giselle yang tak bergerak sedikitpun ditempatnya.
"kak, mandi dulu aja ya? takutnya nanti demam"

Giselle menatap Caca sebentar dan Jay bergantian lalu mengangguk.

"kalian disini dulu ya, gue mau ke atas sebentar" kata Giselle yang diangguki kompak oleh Caca dan Jay.

Sepeninggalan Giselle yang menyisakan dua sahabat kecil di sana menjadi kembali hening.

Caca menghembuskan nafasnya lega. Ternyata Giselle bukan tipe orang yang akan terlalu larut dengan masalah yg sedang dia hadapi, dia bisa mengendalikan dirinya.

"dia kuat, gue yakin dia bakal bisa bangkit walaupun rasa sakit hatinya masih ada" Caca menepuk pundak Jay menatap kepergian Giselle.

"sorry lo jadi ikutan repot ikut gue kesini" Jay mengambil tangan Caca dengan raut muka lesu.

"gausah sok gaenakan ya lo, biasanya juga gatau diri" dengan gerakan tiba tiba Caca mendorong bahu Jay hingga tersungkur disofa.

"emang gabisa diajak romantis ni bocah satu" Umpat Jay melirik perempuan disampingnya.

"tapi kenapa bang Harsa nggak kesini aja Jay?" tanya Caca penasaran.

"dia terlalu malu buat ketemu kak Giselle buat sementara ini, setelah temen temennya malah menyalahkan kak Giselle dia juga ikutan marah tapi dia nggak bisa apa2 setelah kak Giselle bilang kalau mereka udah selesai" kata Jay

Walaupun Caca dan Jay tak terlalu tau apa yang terjadi disana tapi mereka paham betul sesakit apa hati Giselle sekarang setelah mendengar Giselle dan 4 sekawan selesai.

"ajak kak Giselle liburan sana, itung2 buat bikin dia senyum dari masalahnya walaupun cuma sebentar" kata Caca membuat Jay termenung sejenak.

"gue coba nanti" kata Jay mengangguk kaku setelah melihat Giselle kembali dengan membawa nampan dengan tiga mangkok mie kuah telur dan sosis.

"astaga kak lo belom mandi? malah buat emi" Caca membulatkan mulutnya sembari meneguk ludahnya kasar.

"aduhhhhh kakk, repot bgtt kenapa sih. tau aja mie telor setengah mateng kesukaan gue" Caca langsung mengambil mangkuknya saat Giselle mengodorkan kedepannya.

"tiba tiba pengen aja makan mie waktu ujan2" Giselle meringis canggung.

Jay hanya menggelengkan kepalanya menyadari tingkah absurd kakak kelas didepannya itu.

"kak, ntar malem gabut nggak?" tanya Jay yang disambut tatapan bertanya dari sang lawan bicara.

"em mungkin, paling gue meratapi nasib lagi sendirian dirumah" jawab Giselle melanjutkan makan.

"mau...jalan?" tanya Jay menurunkan volumenya agar perempuan dberkuncir pony tail di sampingnya tak mendengar.

Giselle mengangguk dan menoleh.
"boleh, mumpung besok minggu" kata Giselle.

Setelah menyegarkan diri dengan tidur 2 jam setelah pulangnya dua adik kelasnya tadi. Kini Giselle memulai ritual sorenya untuk mengubur rasa pening dikepala setelah apa yang dia lalui hari ini.

Giselle memilih untuk membersihkan rumah dan kembali kekamar untuk menonton satu episode drama yang sedang ia tonton sebelum menyiapkan diri untuk jalan bersama Jay nanti.

Teenager | Giselle Aespa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang