1

1K 92 6
                                    

"Kenapa ini? Kenapa nilai mu semua nya ampas!"

Pria berambut pirang cerah itu tampak menatap putra nya tajam seakan-akan dengan tatapan nya ia bisa mengoyak seluruh tubuh putranya.

Yang ditatap hanya acuh menaikkan kedua kaki nya diatas meja sambil sesekali memetik senar gitarnya.

Cuek.

"Naruto! Ayah sedang bicara pada mu! Dimana sopan santun mu?" Kali ini suara seorang wanita yang terdengar menegurnya.

Kini pemuda dengan surai pirang itu menurun kan kaki nya dan merubah posisi duduk nya.

"Salah kan guru nya, kenapa soal-soal nya sulit sekali. Bahkan kalau kalian tau. Soal ini harusnya setara dengan ujian masuk perguruan tinggi. Wajar kan kalau aku tidak bisa mengerjakannya?" Sanggah nya sambil tetap bersikap santai, kadang-kadang dia cekikikan menatap layar handphone membaca balasan di sosial media dari kawan-kawan nya.

"Ibu tidak percaya, kenapa kau sekarang sebobrok ini?"

Ditatap nya wanita dengan surai merah itu, Naruto hanya memutar bola matanya bosan.

Ah ayolah ia lemah jika harus melihat tatapan khawatir ibu nya.

"Aku tidak tau bu, kemampuan berpikir orang kan ada batasnya." Bela nya lagi masih nampak tidak perduli dengan apa yang terjadi.

"Dulu saat ujian masuk kau bisa mengerjakannya. Padahal ujian masuk ke Konoha Gakuen itu kan tidak mudah! Jangan membohongi Ayah, Naruto!" Minato jelas kesal melihat tingkah anak nya yang kelewat batas itu,kali ini ia perlu menggebrak putra nya.

"Ya itu kan dulu, Yah. sekarang kan beda." Lagi-lagi Naruto terkesan meremehkannya.

"Tapi kan tidak sampai seanjlok ini! Hampir semua pelajaran hasil nya buruk sekali, bahkan kau dibawah nilai rata-rata! Sebenarnya apa saja yang kau lakukan disekolah?" Pria paruh baya itu nampak mengurut batang hidung nya sampai ke dahi mencoba menghilangkan sakit dikepalanya.

"Harusnya kau tau jika memang kemampuan berpikir mu menurun, jangan memperburuk imej mu dengan membolos sekolah, membuat onar dan menentang guru-guru yang menegur mu!"

Minato nampak menggebrak meja dengan geram. Istrinya-Kushina, kaget melihat suami nya semarah ini sedangkan bocah yang menjadi pusat kemarahan malah memasang wajah tak perduli.

Ya, Naruto sesantai ini menghadapi orang tua nya.

"Bisa-bisa kau akan di keluar kan dari sekolah!" Seru ayah nya lagi.

"Tak masalah, ini bukan kali pertama nya kan? Lagi pula masih banyak sekolah yang mau menerima ku. Siapa juga yang mau sekolah ditempat aneh seperti itu." Jawaban Naruto yang kelewat santai itu jelas membuat kedua nya semakin murka.

"Ayah tidak mau tau! Kalau ujian akhir ini nilai mu makin anjlok, Ayah akan memindahkanmu ke tempat terpencil! Awas saja kalau kau masih berperilaku semena-mena!" Ancam sang Ayah yang hanya dijawab dengan dengusan masa bodo.

"Ya ya ya terserah Ayah dan ibu saja, aku tak perduli. Pindah ke tempat terpencil kek, tempat terisolasi atau apapun itu aku akan tetap hidup kok, tenang saja." Jawab nya sambil bangkit dari posisi nya dan meraih tas serta gitar nya, melesak keluar rumah sambil setengah berlari.

"Astaga Naruto kau mau kemana?! Kau bahkan belum ganti baju!" Teriakan ibu nya itu membahana terdengar sampai keluar rumah membuat Naruto hanya menyeringai tipis.

.

.

.

OUR SECRET (Narusaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang