Isekai Tensei Harem (18+)

1. Memprediksi Perang

"Aku bertemu dengan Tetua Elf...!?"

"Itu benar, itu terlalu manusiawi untuk dihentikan. Maksudku, bukankah kita sedang mengobrol dengan baik?

Archer dan Veronica sama-sama meneriakiku, lalu menatapku dengan wajah tercengang.

Setelah pertempuran dengan Olga dan menghabiskan malam di hutan, Lil dan aku kembali ke markas di pagi hari untuk melaporkan semuanya.

Namun, saya berbohong tentang apa yang saya berhubungan seks dengan Lil.

Ketelanjangan putih Lil melintasi kepalanya di hutan, dan perut bagian bawahnya berdenyut-denyut.

Dadaku berdebar secara alami ketika aku berpikir ada gadis nakal di sebelah kemarin.

... tidak, tidak, jangan pikirkan itu di tempat ini.

"Aku yakin itu sihirmu, tapi ...."

Mr Archer menatapku dengan senyum pahit.

Saya mengembalikan kesadaran saya ke mode kerja.

"Lil bersamaku, dan aku punya tongkat."

"Yah, Lil melakukan yang terbaik. Mustahil bagi pria seperti ini untuk mencapai kemenangan atas elf. Pria macam apa dia, ya?"

Veronica mendengus padaku untuk menjelaskan.

Aku masih membenci laki-laki.

Veronica, yang sedang dalam perjalanan ke Kerajaan Lungaria untuk mendapatkan bahan untuk Armor Ajaib (Artefak), kembali ke rumah kemarin.

Rambut cokelat, mata bermata tiga, dan kacamata.

Saya tidak merasa ingin merias wajah sama sekali, tetapi saya masih bisa melihat bahwa itu terlihat cukup bagus.

Bentuk tubuhnya sangat berdaging dan terasa enak dengan cara yang baik.

Terutama di bagian dada, itu adalah level yang bisa saya gambarkan sebagai susu yang meledak-ledak.

Patung yang mempesona, yang akan lebih besar dari siapa pun di pasukan ketiga, tidak bisa tidak menarik perhatian.

"Dan tongkatku sangat kuat."

"Ya, baiklah...."

"Maksudku, jangan gunakan tongkatku sendiri. Itu dibuat untuk gadis-gadis manis dan Pemanah dari Korps ke-3. Ini bukan untuk digunakan pria. Tidak pernah."

Veronica semakin dekat.

Dengan mata tajam saya di atas kacamata saya, saya tergelincir kembali secara tak terduga.

"Kembalikan. Sekarang."

Mereka menyuruh saya untuk mengeluarkannya dari saku saya dan memberikannya kepada saya.

Sejujurnya, saya tidak bisa tidak menunjukkan ini kepada Veronica.

"... apa ini?"

Seperti yang diharapkan, Veronica mengerutkan kening tipis.

"Saya minta maaf."