12. Kepada Hari

910 220 50
                                    

Semoga masih ada yang nungguin cerita ini 😁 Aku tanpa kalian bagai taman tak berbunga gengs 💔 maaf ya ternyata flashback masih bertebaran entah sampai kapan.

Komen NEXT dulu di sini buat yang mau absen 😂⚡⚡

Kalau ditanya apa yang Kenanga suka dari guru les privat pilihan Mama, maka ia akan menjawab: semuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau ditanya apa yang Kenanga suka dari guru les privat pilihan Mama, maka ia akan menjawab: semuanya. Cakra yang mengenakan kaus hitam dipadu almamater, Cakra yang superserius menjelaskan rumus, Cakra yang mengenakan koko sepulang beribadah.

Semuanya Cakra.

"Kenapa, sih, Kakak selalu gandeng aku tiap turun tangga?" Kenanga menerima uluran Cakra dengan sukacita.

"Takut kamu jatuh—"

"Kan, aku udah jatuh ke pelukan Kakak."

Cakra tetap memandu jalan tanpa bersuara. Laki-laki itu jarang menanggapi gurauan yang melibatkan urusan hati. Biarpun begitu, Kenanga mengerti kalau hal itu hanyalah sekadar perbedaan kecil. Cakra jarang mengumbar kalimat manis, karena laki-laki itu tipikal yang lebih sering menunjukkan dibanding sekadar berkata-kata.

"Ya udah, jangan jatuh ke lain tempat."

Kenanga mengulum senyum. "Kok, tumben, sih, ditanggapi?"

"Ditanggapi salah, nggak ditanggapi makin salah. Kenanga maunya apa?"

"Kenanga maunya disayang aja, kok, Uda."

Lamunan Kenanga runtuh ketika merasakan seseorang menyenggol sikunya. Semua orang di meja rapat menatapnya dengan kening berkerut.

***

"Tunggu sebentar." Cakra mengeluarkan almamater dari ransel, lalu menyampirkannya di bahu Kenanga. "Maaf, ya ... cuma ada almamater, soalnya masih UAS."

Entah Ibu Dian Cokroatmojo sudah mengendus jejak hubungan mereka yang lebih dari perkara les privat atau belum. Namun, belakangan ini beliau sering menyuruhnya menjemput Kenanga. Padahal Ibu Dian pasti tahu, Cakra akan membuat anak gadisnya masuk angin karena naik motor.

"Kak Cakra."

Panggilan gadis itu menghentikan kegiatannya memasukkan ransel Kenanga ke dalam ranselnya karena berukuran lebih kecil.

"Kenapa?" tanya Cakra.

"Ikan hiu terbang melayang, I love you, Sayang."

Ingatan tersebut lenyap bersamaan menggelapnya layar ponsel Cakra. Ia berhenti memandangi wallpaper ikan hiu yang tak pernah diganti sampai ladang jagung jadi Koko Krunch. Sebenarnya ia masih menyimpan beberapa foto lawas Kenanga. Namun, memajang ikan hiu peliharaan mereka pada masa lalu masih terasa jauh lebih waras dibanding foto gadis itu atau mereka berdua.

Berdasarkan informasi yang diberikan Pak Rinto, florist bernama When The Flowers Talk adalah milik Kenanga. Seorang gadis penjaga florist baru saja membalik papan bertuliskan closed ke open.

"Mbak Bunga itu yang punya florist di jalan Sudirman, Mas. Kalau merasa cocok jangan lama-lama nanti diambil orang," kata Pak Rinto di ujung telepon sewaktu ia bertanya tentang Kenanga.

Cakra tak mengerti kenapa dunia bisa selucu ini. Ia bertemu gadis itu lagi di sebuah acara pesta ulang pernikahan. Dulu, Kenanga pun menghilang tak lama setelah laki-laki itu gagal terbang ke London untuk merayakan hari ulang tahunnya. Akan tetapi, ada yang lebih lucu lagi, ia tak mengerti kenapa masih berdiri di sini padahal lima belas menit lagi apel pagi dimulai.

"Tokonya sudah buka, Mas. Ada yang bisa dibantu?"

Gadis penjaga florist tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya, memandang penuh curiga. Terserah dunia mau mentertawakannya atau bagaimana. Cakra sulit melupakan fakta kalau Kenanga berada sedekat ini.

"Bunga Kenanga ada?" tanya Cakra tanpa basa-basi.

Gadis itu langsung mengernyit. Namun, mengulas senyum setelahnya. "Maaf, kami belum menyediakan bunga kenanga di sini, Mas. Tapi kami punya tulip, mawar, dan lili terbaik."

Cakra menggaruk sebelah alis yang tak gatal. "Maksud saya, Bunga Kenanga Cokroatmojo."

"Oh, Mbak Kenanga! Kalau hari Senin sampai Jumat saya yang jaga, Mas. Mbak Kenanga hari Sabtu dan Minggu saja. Ada yang mau disampaikan ke Mbak Kenanga?"

Baiklah, ternyata Cakra memang harus membereskan perkara yang menumpuk terlebih dulu. Entah kenapa hasrat mengadili terdakwa jadi menggebu-gebu hanya karena hari Sabtu dan Minggu.

"Nggak ada, Mbak. Terima kasih banyak."

Btw, mau curhat dikit ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Btw, mau curhat dikit ya. Aku patah hati habis gagal lolos seleksi salah satu penerbit indie nih. Nyesek sih, soalnya tema eventnya bagus dan niat ikut. Cuma yodalahya. Mungkin emang dua tahun lalu pernah berbuat dosa besar, terus mungkin emang harus fokus aja di sini sama Cakra-Kenanga dan Anggara-Anyelir.

Oke, skip. Makasih banget karena masih ada di sini nemenin Cakra dan Kenanga, terutama buat penumpang kapal wenyeol dan readers lama. Tanpa kalian semua aku bukan apa-apa. Maaf banget nih kalau alur mereka rada ngebosenin ya. Soalnya emang cuma ini yang mau kutulis untuk perjalanan Cakra dan Kenanga :)

Have a nice dream ❤️

When The Flowers Talk ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang