RAGA-6

2.3K 278 31
                                    

Update!

Jam berapa kalian baca ini?

RAGA-6

RAGA-6

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

"Aku mau jujur," ujar Aila. Gadis itu mengubah posisi duduknya menghadap kearah Devan.

Devan yang awalnya fokus ke ponsel melirik Aila sekilas. "Apa?" tanya Devan dengan nada pelan.

Aila menghela nafas. Melihat Devan yang mencuekinya tentang semalam. "Kenapa kemarin aku ke apotek? Aku lagi nolongin orang," ujar Aila jujur.

"Jadi tolong maafin aku nggak nelfon kamu malem itu," rengek Aila. Memegangi tangan Devan, gadis itu menampilkan wajah melas. Saat ini dia berada di kelas Devan, banyak orang yang mengabaikan mereka karena terbiasa dengan pemandangan ini.

"Oh ya? Siapa Ai?" tanya Devan mulai luluh. Cowok itu menaruh ponsel diatas meja. Satu tanganya berganti mengelus rambut Aila sayang.

"Nggak tau namanya, kemarin jatuh dari motor. Udah aku tawarin ke rumah sakit nggak mau, jadi ke apotek aja. Oh ya, aku juga nganterin dia pulang karena motornya rusak, jadi langsung ditaruh di bengkel."

Mana mungkin Aila menjawab bersama Raga. Dapat dipastikan mereka duel lagi seperti kemarin.

Aila menghela nafas, membatin dalam hati. Dia mulai berbohong kecil dengan Devan hanya gara-gara Raga. 

"Kamu kok lihat aku? Kamu nggak papa kan?" tanya Aila mengingat Devan melihatnya saat di apotek kemarin. Diam sebentar, Aila langsung menatap Devan secara intens.

"INI APA?!" teriak Aila keras menunjuk bagian bibir Devan yang sedikit membiru. Hanya sedikit hingga Aila tak menyadarinya sedari tadi.

"KAMU BERANTEM YA?!" Aila menatap Devan kesal. Cowok itu hanya meringis.

"Sedikit, kemarin." Devan mengaku pada Aila, membuat gadis itu menghela nafas panjang.

"Kamu masih gabung sama brandalan brandalan itu ya? Apa sih manfaatnya?"

Devan mendengus mendengar perkataan yang keluar dari mulut Aila. "Itu kan temen Ai. Biasa kalau cowok, satu berantem, berantem semua. Gak ada yang salah sama itu, yang salah pemikiran kamu."

Mendengar perkataan Devan, Aila hanya tersenyum tipis. Dia bahkan masih ingat saat Devan dirawat dirumah sakit berhari-hari karena tawuran, atau berseteru dengan keluarganya saat mendapat surat peringatan dari sekolah karena terlalu banyak melanggar aturan, dan lebih sering pulang malam dengan kondisi mabuk. Hal yang Aila tau dari pembantu dirumah Devan.

"Iya, maaf," ujar Aila memilih memendam argumennya sendiri.

"Kalau aku kenapa-napa juga pasti langsung sembuh. Kan ada kamu," ujar Devan menggoda. Aila hanya tersenyum membalas hal itu.

****


"Ga!"

Raga yang awalnya sedang berjalan santai, menoleh. Mendapati Jina yang melambaikan tangan kearahnya heboh. Ya dia lupa jika Jina juga bersekolah di SMA Gardapati. Sekarang, selain mendapat gangguan dirumah pasti Jina akan sering muncul dihadapanya. Cowok itu mencoba tak peduli dengan Jina, melanjutkan langkahnya untuk pergi ke kamar mandi.

RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang