RAGA-10

983 74 8
                                    

Hallo! Ketemu lagi dicerita Raga setelah sekian lama!

Hallo! Ketemu lagi dicerita Raga setelah sekian lama!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

———

Raga dengan cekatan melucuti satu persatu kancing seragam sekolahnya. Luka diarea perut yang kini mulai mengering langsung terpampang. Pikiran Raga langsung teringat pada tawuran kemarin, setelah kejadian Vino dihabisi oleh Rian hingga masuk rumah sakit. Disaat Raga dan Satria menjemput anak-anak lain didekat kantor polisi, mereka menemukan Ibu Vino yang penuh amarah menangis didepan Jordi yang saat itu sudah keluar. Dan setelah semuanya dibebaskan, mereka bergerak menemui Vino di rumah sakit atas izin Ibunya.

Melihat bagaimana wanita paruh baya itu mengkhawatirkan Vino tanpa menyalahkan mereka, entah kenapa itu membuat pikiran Raga mau tak mau melayang pada kejadian yang sudah lalu. Ditengah kesadarannya, Raga masih ingat bagaimana Ibunya yang menangis didepan semua anak Achilles.

Laki-laki itu menghela nafas saat telinganya dengan samar mendengar suara orang berbincang diarea dapur. Seiring dengan Raga memakai kaosnya, suara notifikasi pesan muncul. Raga melihatnya, mengernyit melihat satu pesan dari Satria yang menarik perhatianya.

Satria
Gimana? Lo udah habisin orangnya?
Lo bilang lo kenal kan? Dia yang waktu itu berantem sama lo didepan sekolah.

Senyum samar terlihat dibibir Raga. Cowok itu bergerak membalas pesan Satria dengan cepat. Bagaimana dia tidak kenal? Orang anggota geng Rian yang membuat masalah sama dengan orang yang membuat masalah dihari pertama dia sekolah.

Devan.

Dan Raga kini memiliki umpan yang bagus untuk membalaskan dendam pada Devan. Cowok itu tersenyum miring kala telinganya lagi-lagi mendengar suara Aila berbincang dengan Ibunya.

****

Aila tak pernah tau bahwa membolos semenyenangkan ini. Dia tak perlu memikirkan rumus-rumus dipapan tulis. Dia tak perlu mendengarkan celotehan guru yang hanya memberikan penjelasan panjang tak bisa dia mengerti. Aila juga tidak perlu mendapat hukuman karena kelalaiannya dalam membawa jas Almameter. Dia bebas. Lebih bebas lagi karena mereka memiliki alasan yang tepat untuk digunakan membolos tanpa kecurigaan lebih lanjut lagi.

Yang terpenting, dia sama sekali tidak menyangka bahwa mengobrol dengan Ibu Raga semenyenangkan ini. Aila pikir wanita paruh baya itu akan marah besar melihat Raga Aila yang membolos. Mungkin akan memarahinya atau menatapnya sinis sepanjang waktu.

Tidak seperti sekarang, Aila tersenyum lebih lebar saat Ibu Raga mulai berucap kata demi kata. Perasaan hangat yang muncul ini mengingatkan Aila pada mendiang Ibunya.

"Aila minta maaf," ujar Aila tiba-tiba. Kegiatan mengoles mentega pada loyang memelan.

Ibu Raga menoleh, wanita itu tersenyum maklum. "Membolos itu salah loh," balasnya. "Apalagi sama Raga."

Aila menoleh dengan tatapan bingung.

"Waktu hari pertama sekolah Raga udah berantem kan? Lalu waktu kamu nolongin Raga yang ikut tawuran. Raga itu nakal." Widya menjelaskan pelan-pelan pada Aila.

RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang