RAGA-1

4.5K 443 51
                                    

HALLO!!

Jam berapa kalian baca cerita Raga?

Jangan lupa vote dulu ya!

RAGA 1

RAGA 1

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****


Perkenalkan. Dia Raga Alferano Wijaya. Mungkin seluruh anak SMA Nusa 1 tau siapa Raga. Cowok pindahan dari sekolah lain, usianya di sekolah ini baru sekitar 5 bulan.

Dengan sikap urakan serta wajah tampanya, Raga dengan cepat dikenal siswa-siswi disini. Tapi sikap jutek serta emosionalnya membuat hanya sedikit orang yang berani mendekati Raga dengan alasan 'pertemanan'. Kecuali Vito, seseorang yang menjadi sahabat Raga sekarang.

5 bulan dilalui dengan puluhan kali masuk ruang BK, mendapat beberapa surat peringatan dan menjadi langganan.

Raga itu suka cari masalah, apalagi jika ada seseorang yang menantangnya lebih dahulu. Bertengkar itu menjadi kebiasaanya. Tak heran jika dia memiliki banyak musuh yang merasa 'tersaingi' disini.

Dia juga tak akan pernah kapok duduk berhadapan dengan guru yang menyidangnya. Tapi mungkin saja ini menjadi hari terakhir Raga diruang BK.

Keheningan makin menjadi. Hanya ada suara gesekan kertas juga pulpen yang diketukan ke meja. Mata tajam Raga mengamati guru laki-laki yang juga menatapnya tajam.

"Berantem, memalak, membully," guru itu menghela nafas.

"Mau jadi jagoan kamu hah?!"

Raga hanya memutar bola mata malas.

"Puluhan kali kamu ditegur, dihukum, bahkan sampai diberi surat peringatan. Mau kamu apa Raga?"

"Sekolah bahkan tak segan untuk ngeluarin kamu dari sini!!"

Raga hanya mengangguk pelan menanggapi. Biar bagaimanapun dia juga tau kalau dia salah. Tapi memang kadang bukan Raga yang membuat masalah terlebih dahulu. Seolah-olah mereka memang ingin memancing Raga.

"Saya gak bikin masalah kalau mereka nggak cari masalah," sinis Raga.

BRAKK

Raga kaget saat penggaris kayu itu menepuk meja dengan keras.

"NGACA!"

"Kamu yang selalu cari masalah! Nggak punya kaca kamu hah?!"

"Saya tau saya ganteng," ceplos Raga.

Guru laki-laki itu menghela nafas, memilih tak menanggapi Raga lagi. "Akan ada rapat guru setelah ini, dan salah satunya akan bahas masalah kamu. Jika sekolah benar-benar tak bisa mererima kamu lagi, saya minta maaf Raga."

Raga hanya mengangguk menanggapi, cowok itu menoleh kala pintu terbuka. Tersenyum sinis melihat Xander berjalan sedikit membungkuk memegangi perutnya.

"MANA YANG MUKUL ANAK SAYA HAH?!"

RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang