RAGA-5

2.4K 297 37
                                    


Jam berapa kalian baca Raga?

RAGA-5

*****

"Bapak tunggu saya ya," ujar Aila pelan. Gadis itu turun dari taksi, menatap rumah sederhana didepanya. Tak sebesar rumahnya, tapi sangat bersih dan rapi membuat rumah ini enak dipandang.

Gadis itu bergeser pelan dari pintu mobil saat Raga yang ingin keluar mendorongnya. "Udah ya Ga, gue pulang," ujar Aila dengan wajah melasnya.

Raga tersenyum miring mengeluarkan ponsel, terdapat sebuah nomor yang belum Raga simpan. "Bantu gue, sekali ini aja."

Aila menatap bajunya yang terkena darah Raga, menghembuskan nafas berat menatap cowok itu tajam. Belum sempat mereka menginjakkan kaki ke halaman, suara teriakan nyaring sudah terdengar.

"RAGA KAMU IKUT TAWURAN SAMA JORDI?!"

"RAGA YA AMPUN, MUKA KAMU KENAPA HANCURR?!"

Wanita paruh baya dengan pakaian rumahan berlari menghampiri Raga. Langsung menatap cowok itu tajam.

"Nggak tau kamu mau alasan apa, ibu lebih yakin kalau kamu tawuran sama Jordi. Sekarang Jordi sama Vito masih ditahan di kantor polisiii Ragaaa!" Widya sudah kelewat gregetan dengan anak laki-laki satu ini.

"Nggak Bu," jawab Raga berusaha kalem.

"Eh enggak kok Bu, Raga nyelamatin saya dari preman tadi."

Widya langsung menoleh kesampingnya. Bahkan dia tak sadar jika ada anak gadis disini. Wanita itu menatap Aila dengan tanda tanya.

"Nyelamatin kamu dari preman?"

Aila meneguk ludahnya kasar melihat ekspresi Raga berbeda jauh dari tadi, menatap tajam kepadanya dengan gestur tegas. "I-iyaaa!"

"Tadi saya dipalak preman, pas ketemu sama Raga. Jadi dia bantuin saya. Bukan ikut tawuran kayaknya," ujar Aila sambil tersenyum manis.

"Kamu nggak papa?"

Raga langsung memutar bola mata malas melihat ibunya yang malah bertanya seperti itu pada Aila.

"Lo udah tau Raga luka parah dan malah bawa pulang? Kalau lo punya otak pasti udah bawa dia ke rumah sakit."

Atensi mereka teralihkan kala seseorang yang berbicara. Jina. Gadis itu bersedekap menatap tajam Aila.

Aila menggigit bibir bawahnya bingung dengan ini. Gadis itu menatap Raga yang tampak tenang, mengangkat satu alisnya mengejek.

"Alah gak papa. Biarin aja. Bocah kaya gini emang harus dikasih pelajaran. Setiap pulang sekolah selalu bawa luka terus. Mau jadi apa besok," komentar Widya pada Jina membuat Aila tersenyum manis.

"Ga lo gak papa?" tanya Jina mendekat kearah Raga. Gadis itu menatap tangan Raga yang diperban. Hendak menyentuhnya sebelum Raga menyingkir.

"Gak papa."

"Aila kamu pulang sama siapa?" tanya Widya perhatian.

"Ah itu kok Bu, ada taksi. Nanti anterin saya pulang."

Jina menatap tajam Aila membuat gadis itu risih. Heran dengan, dimana letak kesalahanya? Bahkan sangat baiknya Aila sampai menuruti semua perintah Raga. Itu juga kalau tidak diancam.

"Sip, hati-hati ya Aila."

Gadis itu mengangguk, merasa senang dengan sifat Ibu Raga yang sangat lembut dan membelanya. Tatapan Aila menatap punggung Ibu Raga yang berjalan masuk ke rumah bersama Jina. Rautnya menjadi datar saat menatap Raga yang tampak santai.

RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang