Aila tau, bahwa seharusnya dia waspada terhadap Raga setelah laki-laki itu membual bahwa dia ingin menciumnya didepan guru dihari pertama mereka berkenalan. Aila seharusnya tau, bahwa dia harus menjauhi Raga setelah menemukan laki-laki itu menjebakn...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
****
RAGA-9
"PAK SATPAAMM!!"
Aila memegangi lututnya, gadis itu merangkul bahu Raga yang menunduk. Mereka berdua berlarian dari kelas ke pintu gerbang dengan cepat dan cekatan.
"Loh loh loh, upacara mau dimulai. Kalian kenapa kesini? Bawa tas segala lagi," ujar Satpam dengan wajah garang.
Aila menampilkan wajah melas. Gadis itu mempererat rangkulanya di bahu Raga, menepuk bahu cowok itu lembut. "Pak, saya baru saja di telfon kalau ayah Raga meninggal," ujar Aila langsung.
Alasan itu diperkuat kala Raga tampak lesu dipapah oleh Aila. Satpam yang mendengar itu tampak kaget.
"Seriusan?" tanya Satpam.
"Duh gimana? Udah izin ke guru piket?"
"INI TUH GENTING BAPAK! TEMAN SAYA UDAH IZININ KE GURU!!"
Satpam yang percaya mengangguk dengan cepat. "Kamu kenapa ikut pulang?" tanya Satpam sambil memegangi tangan Aila.
"SAYA SEPUPUNYA!" teriak Aila keras. Gadis itu berusaha jalan dengan cepat saat Raga masih menyender di bahunya. Dengan postur tubuh Raga, tentu sangat memberatkan bagi Aila.
"OKE OKE! Yang sabar ya, Ragaa," ujar Pak Satpam ikut prihatin.
Raga melengos. Suara pintu gerbang yang ditutup hingga Aila dan dirinya yang sudah agak jauh dari area satpam membuat Raga langsung menormalkan cara jalanya.
"Mantap," ujar Raga sambil melakukan tos bersama Aila.
Aila terkekeh. Oke, pengalaman pertama Aila membolos, cukup menyenangkan. Apalagi melihat wajah panik satpam tadi.
"Maaf ya Ga, bawa-bawa Ayah lo. Semoga Ayah lo selalu dalam lindungan dan panjang umur," ujar Aila meminta maaf. Gadis itu memegangi tas sekolah Raga.