Tiga: A Sweet, Red Night

1.2K 195 5
                                    

Mulai dari sini bakal terjun bebas, siapsiap yaa~

_._._

Hyunsuk mengetuk pintu didepannya sebelum melongokkan kepala kedalam.

"Bunda? Ayah?" panggilnya pelan pada penghuni kamar, khawatir jika ternyata kedua orangtuanya telah tidur.

"Sukkie? Masuklah," jawab suara Chaerin. Hyunsuk lalu masuk menghampiri tempat tidur di sisi lain ruangan yang sepenuhnya tertutup selubung. Tanpa kata Hyunsuk langsung menyusup diantara ayah dan ibunya.

"Hei, ada apa ini?" protes Seunghyun melihat Hyunsuk memeluk Chaerin erat dan memunggunginya. "Bunda milik ayah malam ini."

"Ayah memiliki bunda setiap malam. Sekarang giliran Sukkie," kata Hyunsuk menyembunyikan wajahnya pada dada ibunya. Suaranya sedikit teredam.

"Tidak bisa. Bunda milik ayah," kata Seunghyun tidak terima lalu mulai menggelitiki Hyunsuk membuat putranya itu menggeliat dan tertawa.

"Ja-jangan.. haha.. Ayah, berhenti.. haha.. Bunda ba.. haha.. bantu Sukkie," kata Hyunsuk putus-putus.

"Seunghyun," kata Chaerin seketika membuat suaminya itu berhenti.

"Baiklah, kau menang. Kau boleh tidur disini malam ini. Tapi besok dan seterusnya kau tidak boleh mengganggu bunda dan ayah," kata Seunghyun membuat Hyunsuk cemberut.

"Tapi aku selalu ingin tidur dipeluk bunda," protesnya.

"Nu-uh. Bunda milik ayah. Hanya ayah yang boleh memeluk bunda saat tidur," kata Seunghyun menggeleng sambil menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri. Bibir Hyunsuk semakin maju.

"Ish, kalian ini berisik sekali. Sekarang kalian berdua tidur atau tidak ada yang boleh memelukku sama sekali," kata Chaerin mengakhiri perdebatan antara ayah dan anak itu. Hyunsuk lalu segera memperbaiki posisinya memeluk sang ibu, Chaerin balas memeluknya. Melihat itu Seunghyun lalu melingkarkan tangannya hingga mencapai punggung Chaerin, memeluk kedua bidadarinya dalam satu dekapan hangat.

.

.

.

Tengah malam Hyunsuk terbangun ketika desakan untuk menggunakan toilet mengganggunya. Dengan hati-hati dia melepaskan lilitan lengan dan kaki Seunghyun dan Chaerin dari tubuhnya. Setelah terbebas Hyunsuk segera berjalan mengendap-endap keluar kamar menuju toilet di ujung lorong agar suara yang akan dia buat nanti tidak membangunkan ayah dan ibunya.

Selesai dengan urusannya Hyunsuk lalu kembali ke kamar orangtuanya. Namun ketika baru beberapa langkah terdengar jeritan Chaerin disusul pekik tertahan dari Seunghyun. Merasa ada sesuatu yang tidak beres Hyunsuk segera berlari menuju sumber suara.

"Penjaga!" teriaknya sambil berlari namun anehnya tidak ada seorangpun yang menanggapi panggilannya. Bahkan, Hyunsuk baru menyadari, prajurit yang biasanya berjaga di depan kamarpun tidak ada.

Ketika akhirnya Hyunsuk sampai pemandangan yang menyapanya tidak ada dalam skenario yang dia bayangkan sebelumnya; selubung yang menutupi tempat tidur terkoyak seolah ditarik paksa dan terdapat percikan berwarna merah pekat yang mirip darah, terlalu mirip sampai Hyunsuk ingin muntah memikirkan bahwa itu adalah darah orang yang beberapa menit lalu terlelap di tempat tidur itu. Sementara tempat tidur itu sendiri berantakan dan percikan darah yang lebih banyak tercecer di sprei berwarna putih itu.

Mulut Hyunsuk terbuka dalam keterkejutan. Perlahan dia berjalan menuju sisi ranjang yang belum dia lihat. Namun begitu sampai Hyunsuk menyesal sebab apa yang dilihatnya dia yakin akan tetap terbawa dalam mimpinya hingga bertahun-tahun kemudian; ayah dan ibunya berpelukan, tetapi bukan hanya lengan yang menyatukan mereka tapi juga pedang yang masuk melalui punggung Chaerin dan keluar menembus punggung Seunghyun.

Hening. Hyunsuk hanya memandangi kedua orang tuanya dengan mata yang mulai kabur oleh airmata. Mulut Hyunsuk terkatup rapat takut mengeluarkan suara yang mampu mengusik gurat damai pada wajah Seunghyun dan Chaerin meski itu tidak mungkin.

Hyunsuk lalu menyadari pergerakan seseorang di belakangnya. Dia menghitung dalam hati langkah orang asing tersebut yang semakin mendekat. Ketika dirasa telah cukup dekat Hyunsuk berbalik sambil melayangkan tinju namunorang tersebut berhasil menghindar. Tidak habis akal Hyunsuk lalu menghantamkan lututnya diantara kaki orang tersebut membuat lawannya, yang ternyata adalah seorang laki-laki, terkapar di lantai dan mengerang kesakitan.

Hyunsuk berniat meraih topeng si orang asing namun orang tersebut justru menarik tangan terulurnya membuat Hyunsuk jatuh diatasnya dan langsung berguling merubah posisi sehingga kini Hyunsuklah yang berada dibawah. Hyunsuk menarik belati yang tersimpan di bawah nakas tidak jauh darinya, berniat menyayat leher orang tersebut namun lawannya berhasil menghindar sehingga belatinya hanya menorehkan sayatan di pipi orang tersebut. Hyunsuk lalu menendang perut lawannya membuatnya jatuh mundur tersungkur menghantam tembok.

Hyunsuk bangkit lalu menyerang orang tersebut. Masih dalam posisinya bersandar dinding lawannya menyapukan kaki bermaksud menjegal Hyunsuk yang gagal dilakukan karena Hyunsuk melompat menghindar. Orang tersebut segera berdiri dan menerjang Hyunsuk sehingga keduanya jatuh ke lantai dengan bunyi debam yang keras. Hyunsuk menggulingkan tubuh mereka berdua sehingga kini dia berada diatas. Hyunsuk berusaha menyerang kembali namun orang tersebut mengunci pergerakannya dan dengan cepat memukul kepala bagian belakangnya membuat Hyunsuk seketika tidak sadarkan diri.

_._._

A Crown for Us (hoonsuk)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang