Empatbelas: Seni Berpikir

1.1K 186 26
                                    

Ares ngga tau kenapa part ini dinamain 'seni berpikir', mungkin pas bikin authornya pusing sendiri sama konfliknya.

saran dari Ares, bacanya pelan-pelan aja, 2500+ ahead. jangan mabok ya

jangan lupa tinggalkan jejak

_._._

"Tidak ada masalah yang tidak bisa aku selesaikan sejauh ini. Sejak Hyunsuk datang dan berbicara dengan para pemberontak, orang-orang di Jinju tidak berulah dan lebih terkendali."

Jihoon tengah melakukan pertemuan dengan perwakilan dari setiap negara bawahan Jasujeong, termasuk Hoseki dan Seolgyu. Yedam sebagai pemimpin dari Jinju barusaja selesai memberikan laporan.

Mendengar itu Jihoon mengangguk sebelum mengalihkan pandangan pada dua pewaris yang duduk di sebelah kirinya. "Bagaimana dengan kalian?"

Yoshi bertukar pandang dengan Junkyu sebelum menjawab, "Hoseki baik-baik saja, begitupun dengan Seolgyu. Hyunsuk hyung berpesan kepada kami untuk menyampaikan pada orang-orang kami agar mereka tidak melakukan apapun yang membahayakan keselamatan rakyat kami. Rakyat Hoseki dan Seolgyu masih dapat kami atasi."

"Dalam hal lain baik-baik saja seperti biasa," imbuh Junkyu. "Para pedagang mulai mencoba memperlebar jangkauan hingga melewati perbatasan Gamlam. Beberapa bagian dari tembok pemisah dari Ameji juga mulai dirobohkan atau dialih fungsikan menjadi ruang penyimpanan. Hyunsuk hyung menginginkan orang-orang Hoseki dan Seolgyu untuk mulai berbaur dengan rakyat dari negara lain demi mengikis ketegangan antar penduduk, termasuk dengan membiarkan anak-anak dari kerajaan yang berbeda untuk bersekolah di tempat yang sama."

"Dengan kata lain Hyunsuk masih memegang kendali atas Jinju, Hoseki, dan Seolgyu," Jihoon menyimpulkan. "Jika, katakanlah bahwa Pangeran Hyunsuk memerintahkan kalian untuk menyerang Jasujeong, kalian akan tetap melakukannya?"

"Hyunsuk hyung tidak akan melakukan itu. Namun jika dia meminta, dengan senang hati kami akan memenuhinya," jawab Junkyu.

"Jangan lakukan apapun padanya," kata Yoshi ketika Jihoon tidak memberi tanggapan berarti.

"Kau mengancamku?" tanya Jihoon, menaikkan sebelah alisnya.

"Terserah bagaimana kau menerimanya," timpal Yoshi. "Kalau bukan karena Hyunsuk hyung, saat ini kita bukan bertemu di meja pertemuan melainkan medan perang."

"Pangeran Yoshinori." Jeongwoo yang sedari tadi diam menyimak, angkat bicara setelah mendengar ucapan pewaris Hoseki itu. "Apakah kau menyadari, jika perang benar-benar kembali terjadi, kali ini bukan tiga lawan tiga tetapi dua lawan empat?"

"Kau pikir kami takut? Perlu kalian tahu bahwa kami telah siap kembali melawan kalian, dan kami selalu siap melawan kalian kapanpun. Hyunsuk hyung adalah alasan yang membuat kami menahan diri. Jadi sebaiknya kau memperlakukannya dengan baik."

"Hyung, sudahlah," Junkyu mengingatkan, "Hyunsuk hyung tidak akan senang jika kita bertengkar di pertemuan resmi seperti ini."

"Hyunsuk baik-baik saja, kalian tidak perlu mengkhawatirkan itu," kata Asahi.

Saat itu kemudian masuklah seorang prajurit yang datang untuk melapor pada Jihoon. Dia mengenalinya sebagai salah satu pengawal Hyunsuk.

"Yang Mulia Raja Jihoon," kata si pengawal, berlutut di tengah-tengah ruang pertemuan. Dia tahu untuk tidak mengatakan apapun jika ada orang lain yang mendengarkan. Jihoon memberi isyarat pada para penghuni ruangan untuk keluar termasuk para pewaris dan para prajurit penjaga sehingga hanya menyisakan dirinya dan si pengawal.

"Ada apa?"

"Pangeran Hyunsuk belakangan ini mengalami mimpi buruk. Dia kehilangan nafsu makan dan akan muntah apabila menelan makanan apapun."

A Crown for Us (hoonsuk)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang