Enambelas: epilog; a glimpse to the future

308 30 3
                                    

Jihoon menggulirkan layar ipadnya perlahan, dengan seksama membaca daftar aturan yang harus dia ikuti: apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh, penanganan pada situasi tertentu, hingga tindakan drastis pada keadaan darurat. Sesekali dia menggulirkan layar kembali keatas untuk menemukan sebuah poin dan mencocokkannya dengan poin yang barusaja dia baca.

Hari ini adalah hari pertamanya bekerja. Dia tidak ingin melakukan kesalahan karena bisa-bisa nyawanya melayang.

Jihoon lagi-lagi membaca ulang sebuah poin untuk memastikan dia benar-benar memahaminya, namun pintu ruangan tempat dia duduk yang dibuka dari luar memecah fokusnya; seorang laki-laki berjas hitam dengan earpiece tersemat pada salah satu telinganya berjalan tegap memposisikan diri di dekat jendela di belakang Jihoon sementara dua orang berpenampilan sama berjaga di depan pintu. Tidak lama setelah itu seorang laki-laki paruh baya berjalan masuk. Melihat kedatangannya Jihoon segera bangkit lalu membungkuk.

"Salam, Yang Mulia Raja Yoongi," sapanya lalu menegakkan tubuh.

"Salam," balas Yoongi sambil mendudukkan diri. "Jadi namamu Park Jihoon, benar?"

"Benar, Yang Mulia."

"Sudah membaca file yang dikirim?" tanya sang raja.

"Sudah, Yang Mulia." Jihoon menjawab dengan patuh.

"Itu artinya kau tinggal bertemu dengan putraku. Sebentar lagi dia datang," kata Yoongi sambil melihat jam tangannya. "Ah, itu dia," imbuhnya ketika seorang pemuda dengan rambut berwarna hijau memasuki ruangan. Warna yang sangat mencolok di dalam ruangan yang diisi oleh orang-orang berpenampilan serba hitam terbukti dari komentar yang dilontarkan oleh Yoongi.

"Kau tidak sempat ganti warna rambut?"

"Maaf, ayah. Tapi setelah ini aku masih ada jadwal."

"Baiklah. Kalau begitu kita buat ini singkat saja," kata Yoongi lalu memberi isyarat pada Jihoon melalui sudut matanya. Yang ditatap segera membungkuk.

"Salam, Yang Mulia Pangeran Hyunsuk. Nama saya Park Jihoon. Saya adalah pengawal pribadi anda."

Jihoon, masih membungkuk 90 derajat, mengintip melalui celah bulu mata dan poninya, pada wajah sang pangeran yang nampak tidak asing baginya.

_._._

250+ kata. singkat aja soalnya ares lagi belajar buat nulis lagi. kalo berantakan maapkan, ares nulis langsung publish.

udah, gitu aja

A Crown for Us (hoonsuk)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang