Malam itu panas, entah kenapa AC di kamar Benaya terasa tak terlalu membantu. Atau mungkin AC-nya yang rusak. Beberapakali Benaya terbangun, mengutak-atik remote AC, menurunkan temperatur, atau usaha apapun untuk memperbaiki tidurnya yang gelisah gara-gara kepanasan. Tapi, tak berhasil banyak. Hingga sampai ke puncak kegelisahannya, Benaya bermimpi, panjang, meletihkan, lalu terbangun lagi. Dan ketika bangun kaosnya sudah basah oleh keringat. Benaya kembali mengecek temperatur AC, dan akhirnya memutuskan bahwa benda itu tak berfungsi, rusak. Sedikit kesal ia mematikannya, melemparkan remote ke tempat tidurnya, lalu menoleh ke arah jam dinding. Ternyata masih pukul 21.10 wib, belum terlalu malam. Dan Benaya ingat bahwa dirinya tidur sebelum maghrib tadi.
Dengan sebagian nyawa yang rasanya masih tertinggal di alam mimpi, Benaya bangkit dari tempat tidur. Ia keluar dari kamar lalu berjalan menuju dapur untuk mencari minuman atau bahkan cemilan karena tiba-tiba ia ingin makan sesuatu.
Namun sayang, ketika ia membuka lemari es tidak ada apa-apa disana. Hanya ada beberapa botol mineral yang sudah lama ia beli dan selalu ada disana tak habis-habis.
Benaya menutup kembali kulkas tersebut, jika sudah begini ia harus mengerahkan jurus terakhirnya. Keluar dari apartement dan membeli makanan apapun yang ia lihat di luar sana.
Hanya memekali switter dan ponsel, Benaya pun kini sudah berada dibawah. Ia tidak berniat membawa mobil karena kini pikirannya tertuju pada indomaret 24 jam yang berada di sebrang gedung apartement nya, sehingga menurutnya berjalan kaki dengan beralasan sendal capit pun sudah cukup.
Setelah menyebrangi jalan Benaya masuk ke dalam Indomaret, salah satu kasir menyambutnya dengan ramah seperti biasa. Kakinya melangkah menuju beberapa cemilan, dan bahan makanan. Memilih-milih yang menurutnya enak. Dan dirasa cukup Benaya pun kembali menuju kasir.
Saat kasir mulai menghitung belanjaaanya, Benaya melihat sosis berukuran besar yang berada pada showcase warmer. Ia pun tertarik untuk membeli.
"Mbak, sama sosisnya juga ya. Saya beli dua."
"Maaf Kak, sosisnya udah di pesan."
"Semuanya?" Tanya Benaya heran, melihat masih ada enam sosis yang tersisa disana.
"Iya Kak, orangnya lagi ke atm dulu." Jawab kasir tersebut menunjuk mesin atm yang berada di dalam indomaret.
Saat Benaya menengok ke arah mesin atm ia semakin keheranan sekaligus terkejut melihat bahwa orang yang dimaksud kasir adalah seseorang yang cukup ia kenali.
"Kak Bena." Gadis itu menyapa dengan wajah ceria setelah menyadari keberadaan Benaya.
Benaya langsung mengalihkan kembali wajahnya ke arah kasir yang masih menghitung belanjaan miliknya, tanpa berniat membalas sapaan dari gadis bernama Theresa itu.
Dan kini Theresa sudah berada disampingnya, sorot matanya terus mengarah pada keberadaan Benaya.
Benaya merutuk dalam hati, kenapa ia terus dipertemukan dengan gadis itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
BENAYA (What Falling In Love Feels Like?)
Teen Fiction"Kalau bisa aku pengen deh jadi ikan dory, yang cuma punya ingatan gak lebih dari 3 detik, biar gak nanggung penderitaan karena mikirin kamu."