19 - Hujan, Bruno Major, Dan Warung Kopi

253 36 4
                                    

Kelas musik sudah bubar sejak beberapa menit yang lalu, namun sebagian mahasiswanya masih tetap tinggal sebab hujan turun tanpa henti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelas musik sudah bubar sejak beberapa menit yang lalu, namun sebagian mahasiswanya masih tetap tinggal sebab hujan turun tanpa henti. Sore itu langit tertutup awan kelabu, angin pun berembus kencang dengan genangan air setinggi mata kaki dihalaman.

Theresa tengah asik mengulurkan tangannya menangkap air hujan di koridor kampus. Hingga tanpa ia sadari seseorang sudah lebih dari lima menit berdiri disampingnya sambil tersenyum kecil memperhatikan wajah Theresa dari samping.

"Mau gue ajak ke paris gak?"

Theresa menoleh. Gadis itu reflek menurunkan tangannya sedikit terkejut mendapati seseorang disampingnya.

"Hujan di paris lebih indah daripada hujan disini." Katanya lagi.

Theresa perlahan tersenyum. "Lo belum tahu aja enaknya diem di warkop makan gorengan sambil nunggu hujan reda."

"Warkop?" Pria itu tampak asing dengan nama tempat yang Theresa ucapkan.

"Produk global mana tahu warkop apaan!" Cibir Theresa kemudian kembali memperhatikan hujan yang makin lama mulai mengecil.

Si produk global yang tak lain adalah Mika Nirmolo itu melipat kedua tangannya di depan dada. "Yaudah ajak gue ke Warkop biar gue tau."

"Gak ah, Mahal." Tolak Theresa.

"Gue bayarin, emang semahal apa sih?" Sahut Mika angkuh, seolah mengatakan "Kayak gak tahu duit gue seberapa banyak aja!"

Diam-diam Theresa tersenyum geli, apalagi setelah melihat Mika yang kini membuka ponselnya dan mencari makna Warkop di Safari.

"What The Heck! Tempat kumuh begini harga makanannya mahal-mahal?" Mika tak habis pikir setelah tahu Warkop itu tempat seperti apa. Sedangkan Theresa sudah cekikikan puas karena berhasil mengerjai pria itu.

"Are you Joking?" Tanya Mika dengan suara khas nya yang bagi Theresa terdengar lebay, sehingga gadis itu meniru gaya bicara Mika.

"Are you Joking?"

"Your mocking me." Ucap Mika memutar bola matanya kesal.

"Lagian lo polos banget sih Mik." Timpal Theresa. "Gampang banget di tipu."

"Don't say it."

"Jadi mau gak gue ajak ke tempat kumuh?" Tanya Theresa menekankan kata terakhir di kalimatnya itu.

"Another Place gimana?"

"Mik denger ya, kenyamanan tuh gak diukur dari seberapa mewahnya tempat itu. Tapi..."

"Yea. I know." Potong Mika tak membiarkan Theresa melanjutkan perkataannya yang menurutnya seperti ceramah.

"Lagian di warung kopi walaupun tempat kecil begitu gorengannya enak-enak. Beda sama bakwan goreng yang di jual di hotel mewah, harga seratus lima puluh ribu belum termasuk pajak. Lah ini murah, mau lo makan banyak sekalipun tipis di dompet. Bikin kenyang dan terjamin perut lo."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BENAYA (What Falling In Love Feels Like?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang