06.A - Let Me Fixed It!

36.9K 4.6K 481
                                    

Part ini drama banget. Harap maklumi :(( 

Greget aku gregett nulis mereka!!!

Vote dan komennya jangan lupa ya guys!

Karena panjang, part ini aku bagi jadi dua bagian. Dan yang ini adalah part A. 

Btw, double up ga nih? Komen dong :(

Btw, double up ga nih? Komen dong :(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••••

Mobil Renault Clio RS keluaran terbaru tersebut melunjur membelah hujan. Atlan yang duduk di belakang kemudi, mengetuk-ngetukkan jemari telunjuknya gelisah. Saat ini ia dalam perjalanan menuju rumah Ilana. Wajahnya begitu kusut memikirkan Ilana dan segenap rasa bersalah karena mengabaikan gadis itu.

Ketika mobil tersebut memasuki komplek perumahan Budhe-nya Ilana, ponsel Atlan berdering. Tertera nama Carla di layar.

"Ya, kenapa Car?" tanya Atlan ketika panggilan tersebut terhubung.

"Lo di mana? Kenapa nggak sama Ilana, hah? Tau nggak apa yang Ilana alamin sekarang? Jahat banget lo, Lan!" omel Carla dengan suara yang ditinggikan.

Mendengar celotehan Carla, perut Atlan mulas, jantungnya berdetak kencang. "ILANA KENAPA?!"

Terdengar embusan napas pelan dari seberang sana. Carla berdecak kemudian berkata—"Ilana jalan sama Reino, ketua UKM Mapala itu. Gila banget, 'kan? Gue dikasih tau sama Reino. Dia ngechat gue, minta tolong sampaikan permintaan maaf ke Ilana karena udah kelepasan—"

"Ana?" Atlan memotong ucapan Carla karena melihat siluet Ilana dari kaca spion-nya. Langsung diputusnya sambungan telepon tersebut karena kini fokusnya teralihkan pada sang gadis yang mencuri tempat di benaknya sejak tadi.

Ilana berjalan hujan-hujanan di trotoar seorang diri. Sweater yang ia kenakan menempel di badan karena basah kuyup.

Atlan langsung keluar mobil tanpa memakai payung. Alhasil, tubuh atletis berkemeja flanel maroon itu diguyur hujan. Ketika jaraknya dengan Ilana semakin dekat, diraihnya tangan gadis itu hingga Ilana menoleh ke belakang.

"Masuk mobil!" titah Atlan menahan amarah dan rasa kecewanya.

Ilana menepis tangan Atlan sekuat tenaga. "Pergi! Biarin gue sendiri!"

"Tunggu, Ilana! Lo nggak lihat hari hujan? Nanti lo sakit—"

"Peduli emang? Gue sakit, hilang, atau mati sekali pun lo peduli?" suara Ilana beradu dengan rintik yang kian deras. Ditatapnya Atlan sembari mengedipkan mata untuk menghalau air hujan yang masuk ke pelupuknya.

"Bisa-bisanya lo ngomong kayak gitu setelah terima ajakan jalan Reino tanpa bilang ke gue. Lo tahu betapa khawatirnya gue dari tadi mikirin lo, hah? Kenapa lo lakuin ini?!"

Bibir Ilana bergetar menahan dingin. Ditikamnya mata lelaki itu dengan sorot tajam. Kini matanya memanas, lalu bulir bening keluar dair pelupuknya, membaur dengan hujan yang membuat wajah cantiknya basah.

BENUA ATLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang