26. Kita Butuh Waktu

19.8K 2.5K 322
                                    

Im Back!!!! 

Long time no see kita guys wkwkwkwkw. Maap yaaa aku gantung mulu kayak jemuran.
Tapi mulai ke depannya aku bakal rajin up kok suerr!😭😭😭😭

Komen dong, tau cerita ini dari mana? 🥰🥰🥰

Part drama banget ini, mah. Harap maklum kalau agak lebay dikit. Tapi kalau datar-datar aja nggak seru rasanya. Namanya idup wajar kan ada masalahnya? 

Tolong dong, yang baca di vote dan dikomenin agak sebiji aja udah bikin aku senang. Buat part kemarin aku benar-benar terharu kalian komen serame itu. Sumpah aku nangis (Maaf kalau berlebihan). Karena memang sepenting itu buat aku respon atas cerita ini. Makasih banyak ya, buat yang udah dukung baik vote dan komen. Kalian luar biasa ....

 Kalian luar biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**** 

"Lepas, Mil! Jaga sikap—Mila!"

Atlan menjerit saat gadis tinggi semampai bernama Urmila Cornelia—mantannya itu, mempererat pelukan. Perempuan itu menangis terisak sambil terus menyerukan namanya. Melihat gelagat Urmila, tentu Atlan menyeringitkan dahi kebingungan. Setelah menikah, kenapa gadis ini datang lagi ke hidupnya? Dan saat matanya turun ke bawah, melihat koper besar yang tadinya dijinjing gadis itu, Atlan semakin shock.

Apa ... Urmila kabur dari rumah?

"Mila udah tinggalin semuanya, Bang. Mila udah siap ...." lirih gadis itu di sela isakannya.

"Udah siap maksudnya?!"

"Abang nikahin!"

Atlan mengerjap beberapa kali mendengar ucapan Urmila. Menikah apanya? Atlan tidak membuka lowongan istri kedua saat ini. Satu saja sudah membuat kepala mau pecah.

"Ni—nikah?!"

"Abang bilang mau nikahin Mila waktu itu, 'kan? Mau ngurus Ben bersama. Iya, Mila udah siap. Mila milih abang dan ninggalin karir Mila. Termasuk Mommy dan Daddy. Ini semua Mila lakuin demi abang. Please ... kita balikan, ya?" Tangis Urmila semakin pecah.

"Jangan ngaco, Mil! Aku—Astaga, Mila!"

Atlan berusaha mendorong bahu Urmila. Namun, gadis itu malah terhuyung hingga nyaris jatuh, dan Atlan reflek memeluk pinggangnya karena kaget.

"Mila nggak bisa hidup tanpa Abang ... Mila hancur, Bang. Tolong lihat Mila sedikit aja. Please ... Mila sakit beberapa minggu ini ...."

Dari dinding pembatas ruang tengah, tanpa mereka sadari, Ilana sedari tadi memerhatikan keduanya. Bola mata gadis itu memanas. Dalam hitungan detik saja, kabut di netranya berubah jadi genangan. Apalagi, dari tempatnya berdiri Atlan terlihat memagut tubuh Urmila begitu mesra. Betapa sakitnya hati Ilana mendapati jemari lentik gadis itu melingkari punggung suaminya.

"Mila, nggak bisa! Keadaannya udah beda," jelas Atlan. "Kita nggak bisa balik karena ..."

"Karena apa, Bang?! Kasih tahu Mila kurang Mila apa! Mila cantik, tinggi, putih, kaya, semuanya Mila punya. Mila mengagumi abang udah lama. Kenapa, sih, sedikit aja nggak pernah Mila ada di hati Abang?!"

BENUA ATLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang