30. Minggat!

24.2K 2.9K 672
                                    

H-3 Pre Order Benua Atlana niiihhhh! Yuk siapin tabungannya buat meluk Atlan versi cetaaaak.

Absen jam berapa baca part ini?

Awalnya part ini pengen aku bagi dua. Tapi setelah aku pikir-pikir mending disambung aja karena memang porsinya udah pas segitu. Ini part pertama yang panjang lho. Semoga nggak bosan dan jangan di scroll doang ya. Mwhehehehe! 

Jika kemarin kita  make POV Ilana, sudah saatnya kamu baca dari POV Atlan. Aku minta komen sama vote, ya!! Ramaikaaaan, biar aku semangat lagi nge-up bab berikutnya. Boleeeeeh yaaa! 

 Boleeeeeh yaaa! 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**** 

Semerbak aroma kopi menyapa penciuman di sebuah coffeshop tempat di mana Atlan berada saat ini. Lelaki itu berdiri di counter dengan perasaan gelisah. Raganya di sana, namun pikirannya tertuju pada Ilana dan segenap beban pikiran yang menggerogotinya belakangan ini.

Im not okay, Ana! 

Ingin berkata seperti itu pada Ilana, lalu tertidur sejenak di pangkuannya agar beban yang ia hadapi sedikit berkurang. Nyatanya Atlan terlalu takut melakukan hal itu. Takut jika Ilana menangis karena mencemaskannya. Ya! Atlan tahu siapa Ilana-nya. Gadis itu pemikir, tidak bisa diberi berita yang berat-berat.

Semua bermula dari Saipul Darojat—teman SMA yang tiba-tiba datang ke meuble—dengan alasan ingin membeli pahatan untuk koleksi art galery-nya. Atlan yang bersemangat karena baru menjabat sebagai CEO itu antusias. Saipul memborong lima relief pahatan koleksi meuble, dengan catatan, pembayaran dilakukan setelah barang tiba di alamat.

"Gue minta dipoles dikit, deh. Di-cat ulang juga. Ntar gue bayar pas barang nyampe. Lo percaya, 'kan?" ucapan Saipul begitu membekas di benaknya.

"Tapi gue minta DP dulu gimana, Pul? Kasihan karyawan nungguin upah."

"Oke. Sepuluh juta dulu, ya?"

"Kok dikit banget? Minimal lima puluh jut—"

"Mau nggak barang lo diborong? Entar nama meuble lo gue masukin di art galery gue. Lumayan buat promo 'kan? Udahlah, terima aja. Lima lho gue pesan!"

Atlan akhirnya percaya-percaya saja lantaran kenal siapa costumer-nya. Ia lembur bersama beberapa karyawan—yang butuh biaya tambahan untuk istri mereka—tiga malam berturut-turut. Dan ternyata, seolah jatuh ditimpa tangga pula, Saipul kabur ke luar kota setelah barang dikirim ke alamatnya.

Lima ratus juta hilang begitu saja!

Dan uang yang tadinya akan ia pergunakan untuk mencicil DP rumah buat Ilana tinggal angan-angan belaka.

"Coba cek di art galery-nya. Alamatnya di jalan Soedirjo nomor 13!" ujar Atlan pada asistennya di kantor kemarin sore.

"Udah saya cek, Pak. Di maps itu kuburan ternyata," jawab Beggi, si asisten bertampang sangar namun memiliki hati hello kitty itu.

BENUA ATLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang