08. B - Hak Asuh Ben

35.2K 4.3K 105
                                    


Part ini panjang bestie. Karena kalau aku singkatin, nggak nyambung nantinya.

Maaf ya kalau banyak typo, dan cerita ini masih belum bisa bikin kamu terhibur. Aku cuma penulis yang pengeeeen dibaca dan disayang sama kamuuu (Aseeek).

WARNING: JOKES MENGARAH PADA ZONA 18+, JADI KALAU MAU BULLY AUTHOR, STOP IT! AKU SUDAH MEMPERINGATKAN DARI AWAL.

Tinggalin komen dan vote karena itu sangaaaat berarti buat aku.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Seminggu usai Meira mengalami kecelakaan, Atlan menjadi ayah dadakan untuk Ben. Banyak jatah kuliah yang ia pakai lantaran keteteran menjaga Ben sekaligus Meira di rumah sakit. Untung saja Ilana mau direpotkan. Gadis itu tinggal di apartemen Atlan selama seminggu belakangan-karena budhe-nya masih belum pulang dari luar kota.

Beberapa menit lalu-tepatnya usai menidurkan Ben di kamar Meira, mereka berdebat perkara Ilana yang suka taruh barang sembarangan. Bayangkan saja, kolor dan bra Ilana bertebaran di atas kasur bahkan sampai ke bawah kolong tempat tidur. Tentu saja Atlan murka. Ditatapnya Ilana kesal sembari melipat tangan di bawah dada.

"Nggak sempak, nggak beha. Semuanya aja lo campak di kamar gue. Lo pikir kamar gue gudang pakaian dalam?" gerutu Atlan.

"Kan nggak sengaja, Keaaaan!" jawab Ilana tidak ikhlas diomeli. Bibirnya menipis, pipinya mengurung banyak udara hingga terlihat kembung.

"Nggak sengaja mata lo!" protes Atlan. "Udah gue bilang, kalau mau mandi, buka bajunya di kamar mandi. Kenapa di kamar gue? Untung aja gue tidurnya di kamar Kak Mei. Kalau tiba-tiba gue lihat lo naked, gimana?"

"Lho, katanya nggak nafsu-"

"YA TETAP AJA LO SALAH!" Atlan mengacak rambut bagian depannya frustrasi. Seminggu belakangan, kamarnya yang biasa rapi kini dihinggapi oleh pakaian-pakaian Ilana. Ingin sekali Atlan meneriaki Ilana lebih keras agar gadis itu paham. Tapi hal itu ia tahan lantaran Ilana tipikal gadis baper yang jika dibentak kasar langsung ngambek.

Ilana yang diomeli hanya bisa diam sembari meremas kedua tangannya. Ya, ia akui memang ulahnya tersebut adalah kesengajaan, untuk menguji Atlan 'yang katanya tidak nafsu' terhadapnya beberapa hari lalu. Ilana ingin mengetes pertahanan Atlan. Konyol.

"Lain kali, tolong banget ... beha berenda ukuran kecil kayak miniset lo itu, taruh di keranjang pakaian kotor biar bisa langsung di laundry. Paham, nggak?"

Bukannya menjawab, Ilana justru menundukkan kepala, melihat bagian depan tubuhnya. 'Apa ... segitu teposnya gue di mata lo?' batinnya sedih. 'Berarti benar, lo nggak pernah anggap gue cewek. Lo cuma anggap gue bocah, bukan wanita dewasa."

"Bocaaah!" teriak Atlan. "Nah, 'kan. Ngambek, deh, lo." Berdecak lidah, Atlan mengacak puncak kepala Ilana gemas.

"Aku bukan bocah, Mas!" Ilana menepis tangan Atlan seraya meniru logat bicara kartun 'Shiva'.

BENUA ATLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang