1.kecelakaan [ Revisi ]

1.4K 117 3
                                    

Jam 20.00 malam,

Hujan deras mengguyur dengan petir yang saling menyambar. Terdengar histeris teriakan warga setempat. Baru saja terjadi kecelakaan yang menggegerkan. Dengan sigap, warga berbondong-bondong menyelamatkan korban kecelakaan tersebut, beberapa di antaranya berusaha membuka paksa pintu mobil yang terkunci.

Tiba-tiba, terdengar tangisan seorang anak kecil dari dalam mobil, yang membuat beberapa warga semakin panik. Hujan semakin deras, disertai angin kencang yang mampu merobohkan beberapa pohon di sepanjang jalan.

"Ma-ma..." tangis lelaki kecil itu pecah ketika melihat tubuh tak bernyawa ibunya, darah mengalir dari kepalanya.

Lelaki kecil itu dengan gigih mencoba membangunkan sang ibu, terus mengulangi panggilan "mama." Nama lelaki kecil tersebut adalah V. Rainer Victor Adbivandya.

Victor mengusap pipi halus sang ibu berulang kali, masih berharap ibunya akan membuka matanya.

Meskipun teriakan warga dan luka di pelipisnya akibat benturan, Victor tidak memedulikannya. Ia sekarang memandang ke arah ayahnya.

"PA-PA!" Victor berteriak sambil semakin menangis melihat kondisi ayahnya yang sama-sama tak bernyawa. Victor berusaha melepas sabuk pengaman di kursinya, tapi dengan susah payah ia melakukannya. "Susah... hiks."

Akhirnya, pintu mobil berhasil terbuka. Salah seorang warga berusaha membuka sabuk pengaman Victor, sementara yang lain berusaha mengevakuasi kedua orang tua Victor.

Tubuh Victor kini berpindah ke pangkuan seorang warga yang menggendongnya erat, mencoba menenangkan dirinya. Matanya masih mencari kedua orang tuanya, terus memanggil mereka ketika tubuh kecil Victor dibawa berlindung.

"V ingin mama papa..."

DERRR!

Tubuh Victor bergetar hebat, matanya terus mencari kedua orang tuanya. "Mana mama?!"

"MAMA!"

"PAPA!"

Warga tersebut mengusap air mata Victor yang mengalir di pipinya. "Ayo, adek diobati dulu ya?" ucapnya dengan lembut.

"Susul papa," jawab Victor dengan suara lirih dan terdengar ketakutan.

***

"V!" Teriak seorang wanita paruh baya yang diikuti oleh suami dan anak-anaknya yang berjalan di belakangnya.

Wanita tersebut semakin mempercepat langkahnya saat melihat tubuh Victor yang lemah dengan kantung mata yang menghitam dan perban di pelipisnya.

Wanita tersebut bernama Wulan. Wulan mengambil Victor dari pangkuannya dan memeluknya erat. Victor kembali menangis dan bergumam memanggil "mama" dan "papa."

"Nda, V kenapa?" Tanya anak Wulan yang digendong oleh suaminya, Dery, yang bernama Alden.

"V sakit," bukan Wulan yang menjawab, melainkan Derry.

Wulan dan Alden telah mengetahui apa yang terjadi pada keluarga kecil sahabat mereka.

Wulan sebenarnya sedang menghadiri acara reuni dengan teman-teman sekolahnya yang seharusnya dihadiri juga oleh Victor dan keluarganya. Namun, setelah menerima telepon dari salah satu suster di rumah sakit, Wulan segera pamit dan meminta maaf atas kepulangannya yang mendadak.

Wulan sangat khawatir dengan kondisi sahabatnya.

"V ingin mama," ucap Victor lagi dan lagi. Wulan merapikan rambut Victor ke belakang dan mencium lembut kepalanya.

"Diam, nanti ketemu mama ya. V tidak boleh menangis, nanti mama ikut sedih."

Wulan terlihat gelisah. Ia takut kejadian ini mengganggu kesehatan mental anak sahabatnya ini. Victor masih terlalu kecil untuk menerima kenyataan seberat ini. Selanjutnya, Victor juga tidak menangis seperti anak kecil pada umumnya. Ia hanya menangis dalam diam dan menatap hampa.

Tangan Alden yang sebelumnya memeluk leher ayahnya, kini bergerak untuk mengusap air mata di pipi Victor. "V, jangan nanis! JELEKK!!!!"

"Victor, temani ya?" Alden menganggukkan kepala beberapa kali, patuh pada perkataan Derry.

***

Setelah kejadian itu, Wulan dan Derry memutuskan untuk merawat Victor dan membawanya pulang.

Bagaimana? Apakah lanjutannya?

Pluviophobia [ Hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang