Bab 2: Lirikan

381 37 4
                                    

---

[Dunia: HighSchool DxD]
[Misi: Serap 10% dari kekuatan Ophis dengan mendapat persetujuan untuk memakan daging tubuhnya]
[Identitas: Siswa biasa Akademi Kuoh yang mandiri dengan orang tua yang selalu berpergian]

---

Rozen memasukkan roti kedalam mulutnya dengan tenang ketika dia membaca layar biru yang disebut "sistem" oleh Tuannya untuk mencari tahu misi apa yang harus dia laksanakan di alam semesta ini.

Tapi itu hanya beberapa menit ketenangan Rozen sebelum pecah. Dia tersedak setelah menyadari sesuatu yang aneh dari nama dunia alam semesta ini.

"H–HighSchool DxD!?" Rozen secara refleks berdiri dan sedikit terbatuk saat matanya terus menatap layar "sistem" yang mengambang di depannya. "B–Bukankah itu sebuah anime!?"

Rozen menyeka mulutnya yang kotor dengan tangan dan kembali duduk sambil mencoba menenangkan diri. Dia bergumam, "Apakah genre Fanfiction akan ditambahkan dalam cerita petualanganku dengan tiba-tiba seperti ini? Ini sangat aneh ketika aku tidak mengharapkannya ..."

Meskipun sebuah fiksi tiba-tiba memasuki kenyataan seperti ini, walaupun Rozen merasa aneh, dia tidak bingung. Itu karena dia adalah seorang NEET veteran dan sudah membaca banyak cerita tentang protagonis yang memasuki dunia anime. Jadi, ketika Rozen mengalami situasi yang sama seperti protagonis, dia tahu apa yang harus dilakukannya sekarang.

"Aku hanya harus menyelesaikan misi secepatnya," kata Rozen, dengan wajah penuh tekad. "Banyak yang mengatakan seri HighSchool DxD itu adalah bagus tapi aku tidak terlalu menyukainya, jadi aku ingin cepat-cepat menyelesaikan misi di dunia ini dan pergi ke dunia anime lain."

HighSchool DxD adalah anime yang penuh fanservice, dan Rozen tidak terlalu menyukai itu. Memang, dia harus mengakui bahwa HighSchool DxD itu memiliki cerita yang bagus, protagonis mesum yang menarik, tapi karena fanservice yang terlalu banyak, itu menghancurkan semuanya.

"Meskipun, aku yakin ini bukanlah tugas yang mudah," kata Rozen sambil melihat persyaratan untuk menyelesaikan misi, dan cemberut. "Menemukan Ophis saja sudah menjadi tugas yang sulit, bagaimana cara aku mendapat persetujuan untuk memakan daging tubuhnya? Apakah persyaratan untuk menjadi budak resmi Tuhan akan begitu sulit?"

Rozen menghela nafas. Dia melihat identitas yang disiapkan Tuhan untuknya dari panel sistem, lalu melihat jam dinding yang ada di atas.

Setelah itu, merasa tak berdaya, Rozen merapikan sampah yang ada di meja dan membuangnya ke tempat sampah, sebelum dia mengambil tas berisi buku-buku yang sudah ada di kursi meja makan entah sejak kapan, lalu berdiri.

"Meskipun sekolah bukanlah kesukaanku, selama aku bisa menyelesaikan misi dan pindah ke dunia anime lain, aku hanya bisa melakukan ini," gumam Rozen. "Di sana setidaknya aku bisa melihat sudah sejauh mana plot berjalan dan sembari mencoba sedikit mencampuri masalah para karakter utama, aku bisa menunggu Ophis muncul di depan mereka sebelum meminta persetujuannya untuk memakan daging dari bagian tubuhnya."

Rozen mengikat sepatunya dan berdiri, lalu membuka pintu rumah. Matahari pagi yang sudah mulai terbit menghangatkan jiwanya yang sudah lama tidak merasakan kehangatannya. Tidak ingin melewatkan kesempatan untuk menghirup udara pagi, dia menarik nafas dan membiarkan paru-parunya disegarkan. Dia lalu berkata, "Sisa masalah terakhirnya adalah ... aku tidak tahu jalan menuju Akademi Kuoh."

Meskipun di anime sudah ditampilkan bagaimana pemandangan Akademi Kuoh, di sana tidak menunjukkan peta untuk pergi ke Akademi Kuoh. Apalagi Rozen benar-benar tidak tahu dimana dia tinggal, jadi dia kurang lebih seperti tersesat sekarang.

"Yah, kupikir satu-satunya pilihan hanyalah menanyai orang-orang di jalan," kata Rozen. Dia kemudian melihat sekeliling untuk mencari orang-orang untuk ditanyai dan melangkahkan kakinya ke sana-sini, sebelum mendapatkan peta lengkap untuk ke Akademi Kuoh yang didapat dari Tante cantik yang baik hati yang tinggal di sebelah rumahnya sekarang.

Beberapa menit kemudian, Rozen akhirnya sampai di Akademi Kuoh dan kakinya berhenti sejenak. Namun, kakinya berhenti bukan karena terkesima oleh pemandangan Akademi Kuoh yang megah, melainkan berhenti karena ada yang membuatnya tertarik di depan gerbang sekolah.

Itu adalah sekelompok siswa dan siswi dengan seragam Akademi Kuoh, berhenti di depan gerbang akademi dengan ekspresi waspada, karena dihalangi oleh seorang pria muda berambut putih yang tampaknya santai-santai saja menghadapi mereka.

'Bukankah mereka sekelompok karakter utama dan si saingan protagonis utama?' Rozen tidak bisa menahan pikirannya. 'Aku tidak yakin apakah ini keberuntungan untuk bertemu mereka di awal ...'

Rozen facepalm. Setidaknya, hal ini berjalan sesuai dengan rencana awalnya dan dia bisa mengetahui sudah sejauh mana plot HighSchool DxD berjalan.

'Ini seharusnya ada di pertengahan season kedua jika aku tidak salah,' pikir Rozen. Dia kemudian menaikkan hoodienya dan berjalan memasuki sekolah. 'Lebih baik aku mengabaikan mereka untuk saat ini ...'

Rozen berjalan menuju gerbang sekolah diam-diam, dan mereka juga mengabaikan Rozen karena terlalu fokus dengan si pria muda berambut putih di depan mereka.

Hanya saja, saat Rozen tak bisa menahan lirikan matanya, pandangannya tidak sengaja bertemu pandangan dari seorang gadis berambut biru pendek yang ada di kelompok protagonis. Namun, itu hanya terjadi sesaat sebelum gadis berambut biru menarik matanya dan menatap kembali si pria muda berambut putih di depannya dengan waspada.

---

Gluttony in MultiverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang