"Kalau begitu Ophis, sebelum taman hiburan ini tutup, mari kita menaiki wahana terakhir sebelum kita keluar dari sini." (Rozen)
"...?" (Ophis)
Ophis memiringkan kepalanya ketika Rozen menarik tangannya ke arah lain, tapi dia tidak melawan dan mengikutinya. Sekarang, wajah Ophis kembali seperti biasa. Dia tidak memiliki ekspresi lain selain tanpa ekspresi dengan mata hitam kosong yang membuat orang lain susah menebak apa yang dia pikirkan.
Ophis kemudian merasakan tarikan dari Rozen telah berhenti dan ketika dia mengangkat wajahnya untuk melihat pemandangan di depannya, dia melihat sebuah wahana yang sangat besar dan tinggi dengan bentuk seperti kincir raksasa yang berputar dengan pelan.
Ophis tidak tahu nama dari wahana ini, jadi dia menoleh ke Rozen untuk meminta penjelasan.
"....?" (Ophis)
"Ini adalah bianglala, wahana yang akan kita naikin sekarang. Kita berdua akan memasuki salah satu kotak itu dan dibawa berputar ke atas dan ke bawah. Ini akan menjadi menyenangkan walaupun tampak pelan, jadi jangan khawatir." (Rozen)
Rozen tersenyum dan dengan santai menjelaskan. Meskipun dia belum memakan daging Ophis dan menyelesaikan misi utama, setidaknya Ophis telah menyetujuinya untuk memakan dagingnya dan itu bisa dilakukan nanti.
Jadi, untuk saat ini misi utama di dunia pertama ini bisa dianggap sudah selesai dan Rozen merasa beban berat untuk menyelesaikan misi yang tampak susah ini hilang.
Rozen kemudian membeli tiket dengan wajah yang terus tersenyum dan menaiki bianglala bersama Ophis dibarengi pandangan aneh dari semua petugas taman hiburan yang menatapnya.
Setelah memasuki bianglala dan melihat pintu kotak ditutup sepenuhnya, Rozen akhirnya bisa duduk dan menghembuskan nafas dengan lega. Walaupun entah kenapa fisiknya tidak merasa lelah sama sekali ketika seharian menjelajahi taman hiburan setelah sekian lama tidak keluar rumah, jujur saja dia secara mental masih lelah untuk memandu seorang anak ke taman hiburan dan mengeluarkan seluruh tenaga untuk menyenangkannya. Ditambah, setelah berjam-jam mendengar omelan yang datang dari polisi yang memarahinya untuk tidak menendang orang sembarangan, otaknya terasa bisa meledak kapan saja.
Jadi, ketika mendapat kesempatan untuk duduk di ruangan kosong dan menatap pemandangan dari atas seperti ini, Rozen merasa mentalnya terasa sedikit disembuhkan.
"...." (Ophis)
Ophis menangkap pemandangan Rozen yang kelelahan ini di matanya yang berwarna hitam kosong. Dan itu, entah kenapa membuat dirinya merasakan emosi tidak nyaman yang dinamakan kekhawatiran di dalam dirinya. Tetapi, sebelum dia bisa mengerti kenapa dia bisa merasakan emosi kekhawatiran seperti yang dirasakan Rozen padanya tadi, tubuhnya sudah bergerak lebih dulu.
Ophis mengulurkan kedua tangannya ke Rozen dan berkata.
"... Makanlah dagingku sekarang, Rozen. Itu pasti setidaknya bisa memulihkan energimu." (Ophis)
"... Ophis?" (Rozen)
Rozen mengangkat kepalanya dan menatap Ophis dengan bingung. Apakah salah satu naga terkuat yang tampaknya tidak memiliki emosi ini mengkhawatirkan manusia biasa seperti dirinya?
"Ini ... beneran?" (Rozen)
"...." (Ophis)
Ophis tidak menjawab dan menggunakan anggukan untuk penegasan sebagai gantinya. Ekspresinya masih tidak memiliki fluktuasi.
Rozen menelan ludah dan melihat sekeliling, untuk menemukan bahwa keduanya sudah berada di atas. Dia kemudian mengalihkan pandangannya lagi ke kedua tangan Ophis yang diulurkan padanya dan tiba-tiba perutnya bergejolak dengan sebuah rasa lapar yang entah dari mana datangnya.
Rozen merasakan nafsu untuk memakan kedua tangan putih halus yang diulurkan padanya itu.
Tapi, sebelum nafsu itu mulai melonjak, Rozen menahan itu dengan menutup mulutnya dan menggelengkan kepalanya dengan keras. Dia lalu menatap Ophis.
Ini baru saja terlintas dalam pikiran Rozen, tetapi ... bukankah Ophis hanyalah gadis kecil? Karena selalu terhalang dengan pikiran untuk mendapatkan persetujuan dari salah satu naga terkuat di dunia HighSchool DxD ini, Rozen tidak pernah memikirkan ini. Namun, jika memang misi utamanya adalah memakan daging dari tubuh Naga Ouroboros ini, apakah itu berarti dia harus mengoyak daging dari tubuh gadis kecil yang terlihat lembut ini menggunakan mulutnya?
Rozen hampir tidak bisa menahan muntah ketika membayangkan itu. Memikirkan bahwa tadi dia bahkan memiliki keinginan untuk memakan daging Ophis tanpa ragu, itu membuatnya ingin memukul dirinya sendiri.
Kepala Rozen mulai terasa pusing. Tubuhnya berkeringat dan nafasnya menjadi tak beraturan. Dia kemudian juga mulai merasakan tubuhnya sedikit gemetar.
Sekarang ... Rozen benar-benar mengerti, bahwa kesulitan misi yang sebenarnya baru saja dimulai sekarang.
"...?" (Ophis)
Ophis bingung ketika melihat tingkah Rozen tiba-tiba menjadi aneh. Itu membuat emosi khawatir muncul dalam dirinya lagi.
Karena tidak tahu apa yang harus dilakukan, Ophis hanya bisa berdiri dan mendekati Rozen untuk mengecek keadaannya.
Ophis lalu memegang kedua tangan Rozen yang gemetar.
"... Rozen?" (Ophis)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gluttony in Multiverse
FanfictionSummary: Rozen, seorang remaja pecandu game gacha, tiba-tiba mati ketika sedang bermain game di kamarnya. Namun, bukannya dijemput oleh Malaikat Maut dan dibawa ke dunia bawah, jiwa Rozen malah diambil oleh seorang wanita yang menyebut dirinya sebag...