Bab 6: Kesenangan

235 30 3
                                    

Ketika Rozen menyelesaikan sarapannya dan mandi, dia mulai mencari pakaian baru yang ada di lemari. Dia mencari yang menurutnya cocok untuknya dan memakainya.

"Aku sudah membawa dompet yang bisa membeli banyak hal, dan tampaknya sudah cukup. Tuan benar-benar menyiapkan segalanya untuk diriku. Kupikir aku hanya bisa berterima kasih kepadanya." (Rozen)

Kemudian, pada saat dia ingin memeriksa dirinya lagi, Rozen mendengar suara ketukan pintu dari luar.

"Apakah Ophis sudah datang?" (Rozen)

Rozen dengan cepat keluar dari kamar dan menuruni tangga, kemudian pergi ke bawah untuk membuka pintu.

Ketika pintu dibuka, sinar matahari pagi memasuki rumahnya dan saat Rozen menoleh ke bawah, dia menemukan Ophis—gadis kecil berambut hitam panjang dengan mata hitam kosong, menatapnya dari bawah.

"...." (Ophis)

"Apa kau sudah siap?" (Rozen)

Rozen tanpa sadar tersenyum melihat gadis kecil cantik di depannya ini, masih lucu dan tenang seperti biasa—sama seperti ketika dia menemukannya kemarin.

Ophis menggunakan anggukan untuk jawaban. Dia lalu mengangkat tangan kanannya kepada Rozen.

Rozen mengangkat alis, dan langsung mengerti maksudnya. Senyumnya berubah menjadi semakin lembut dan dia mulai memegang tangan Ophis.

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita berangkat sekarang? Aku yakin, perjalanan ini akan memuaskanmu." (Rozen)

"... Baiklah." (Ophis)

Ophis menjawab, dan membiarkan Rozen yang mulai berjalan di depannya menuntunnya.

---

"Dan ini lah tujuan kita—taman hiburan Kota Kuoh yang baru saja direnovasi! Meskipun aku belum pernah ke sini sebelumnya, setidaknya aku sudah membaca apa saja yang di sini tadi malam melalui internet. Jadi, jangan khawatir akan tersesat karena aku akan membimbingmu, Ophis." (Rozen)

Rozen kemudian menatap Ophis yang di samping untuk melihat bagaimana ekspresinya, namun itu tetap sama dan tanpa ekspresi. Hanya saja, Rozen tidak kecewa dengan ini, karena ketika dia melihat di dalam mata hitam kosong milik Ophis, dia bisa merasakan rasa penasaran yang perlahan bangkit.

Rozen tersenyum.

"Baiklah, ayo kita masuk. Aku belum mendapatkan tiketnya jadi mari kita mengantri di sana." (Rozen)

Ophis mengangguk dan mengikuti Rozen untuk mengantri bersama.

Itu tak berlangsung dengan lama, karena hari ini bukanlah hari libur, jadi pengunjung di sini tidak banyak dan keduanya bisa memasuki taman hiburan dengan cepat.

"...." (Ophis)

Ophis melihat keramaian di depannya setelah dia memasuki taman hiburan bersama Rozen. Sejauh matanya memandang, dia melihat toko-toko yang tertata rapi, menjual berbagai hal yang bahkan bisa menarik rasa penasarannya.

Kemudian, mata Ophis tertarik pada satu toko. Itu adalah toko dengan gambar kue cokelat yang terpajang di atas, dan di etalasenya, ada banyak kue dengan berbagai warna yang tertata rapi, hingga bisa menggoda nafsu makan siapapun yang bisa melihatnya.

Ophis juga tergoda. Meskipun dia tidak tahu apa nama kue itu, dia sering melihatnya ketika berjalan-jalan di bumi dan tertarik dengan baunya yang manis. Sayangnya, dia tidak memiliki kesempatan untuk memakan itu dan satu-satunya kue yang bisa dia coba hanyalah kue jenis donat kemarin saat ditraktir Rozen.

Jadi, tanpa ragu Ophis menarik tangan Rozen dan menunjuk ke toko kue itu.

"Aku ingin itu." (Ophis)

"Toko kue? Ah, kuingat kau memiliki kesukaan terhadap hal-hal yang manis. Oke, untuk pembuka mari kita makan kue bersama di sana. Lagipula, aku juga tidak makan banyak saat sarapan tadi. Ayo, Ophis." (Rozen)

Keduanya lalu pergi ke toko kue itu dan sarapan di sana, sebelum akhirnya mereka bersenang-senang di taman hiburan ini.

Rozen mengajak Ophis untuk mencoba berbagai hal di taman hiburan ini, dan Ophis juga menarik Rozen untuk mencoba berbagai hal ketika dia menemukan sesuatu yang menarik minatnya.

Sayangnya, mereka berdua tidak bisa mencoba banyak wahana di sana, karena dihalangi oleh batas minimal tinggi sebelum masuk. Ophis masih kecil dan tidak memenuhi syarat batas minimal tinggi, jadi dia tidak diperbolehkan masuk.

Namun, mereka masih bisa untuk tetap bersenang-senang. Rozen sudah membuat rencana lengkap untuk apa yang harus dilakukan di taman hiburan ini, jadi dia juga sudah mengantisipasi itu, dan menggantinya dengan wahana lain yang mungkin cocok untuk Ophis.

Seperti—wahana mangkok putar sederhana yang bisa dinikmati oleh siapapun. Tapi, ketika Rozen menaiki itu bersama Ophis, dia tidak sengaja sengaja memutar setir terlalu cepat hingga akhirnya dia sendiri pusing dan hampir tidak bisa menahan rasa ingin muntah.

Sambil tertatih-tatih menahan agar tubuhnya tidak jatuh duluan, Rozen mengantar Ophis ke bangku terdekat dan berkata.

"Ophis, maafkan aku jika tidak bertanggung jawab seperti ini, tapi ... bisakah kau tunggu di sini dulu? Aku ingin ... pergi ke kamar mandi untuk—" (Rozen)

Wajah Rozen membiru. Dia menutupi mulutnya dengan kedua tangan dan langsung bergegas ke kamar mandi tanpa menyelesaikan kata-katanya, meninggalkan Ophis yang sendirian duduk di bangku.

"...." (Ophis)

Ophis terdiam. Tapi, dia menuruti perkataan Rozen dan duduk di bangku dengan anteng. Mengeluarkan cokelat bungkusan yang baru saja dibelikan oleh Rosen dari saku, dia mengunyah itu dan matanya mulai memperhatikan orang-orang yang lalu-lalang di depannya.

Jujur saja, Ophis sebenarnya cukup bersenang-senang di taman hiburan ini. Dia menemukan banyak hal menyenangkan yang belum dia ketahui dan mempelajarinya, lalu menikmatinya.

Itu semua karena berkat Rozen yang membimbingnya. Jika bukan karena Ophis masih memiliki tujuan untuk mengalahkan Great Red, dia mungkin tidak keberatan untuk membiarkan Rozen memakan dagingnya dan menyerap 10% dari kekuatannya sekarang.

"Tapi, itu masih belum cukup." (Ophis)

Ophis menghabiskan cokelat yang dia pegang dan meremas bungkus cokelat, sebelum membuangnya ke tempat sampah.

Ini juga sebuah ajaran yang dia dapatkan dari Rozen. Ophis di ajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya, agar bumi tempat yang manusia anggap rumah tidak cepat rusak. Karena dia tahu betapa berharganya sebuah rumah, dia juga menerima ajaran Rozen ini dengan mudah dan mengikutinya.

Kemudian, Ophis ingin mengambil cokelat lagi dari sakunya. Tetapi, sebelum dia melakukan itu, dia merasakan ada satu manusia yang mendekatinya, dan berbicara padanya dengan tiba-tiba.

Ophis mendongak dan menatap manusia itu.

"...." (Ophis)

"Hei adik kecil, mau permen warna-warni ini?" (???)

---

Author Note: "Tampaknya demam tidak bisa menghalangi hasratku untuk menulis. Tanganku selalu gatal ketika aku tidak menulis satu bab pun pada satu hari. Jadi, begini lah. Juga, maaf jika bab hari ini kurang memuaskan, karena Author sendiri sudah lama tidak pergi ke taman hiburan dan cukup susah untuk menulisnya."

Gluttony in MultiverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang