Tidak terjadi apa-apa ketika Rozen ada di sekolah. Ini membuat dia sedikit menyesal.
Dia memandangi matahari sore yang terbenam dan menghela nafas. Dia tidak mendapat kesempatan untuk mendekati para karakter utama.
Ternyata, jadwal kelas hari ini lumayan cukup ketat. Dan karena Rozen tidak berada di kelas yang sama dengan para karakter utama, dia susah untuk menemui mereka. Ketika dia mengunjungi kelas mereka, mereka tidak ada di sana.
Sebenarnya, Rozen bisa saja pergi ke gedung sekolah lama untuk langsung menemui mereka yang sedang menjalani aktivitas klub, tapi dia tidak melakukan itu.
"Itu sama saja melemparkan diri ke mulut harimau." (Rozen)
Rozen tidak naif. Meskipun dia sudah mendapat kekuatan Gluttony, kekuatan fisiknya seharusnya masih sama saja seperti yang dulu—sangat lemah. Jadi dia tidak berani untuk memasuki tempat berkumpulnya iblis, yang mungkin masih penuh misteri walaupun sudah ditampilkan di anime.
"Mungkin aku hanya bisa menunggu kesempatan lain. Misi pertamaku di alam semesta ini tampaknya juga tidak memiliki batas waktu, jadi aku mungkin bisa sedikit santai." (Rozen)
Dengan sinar matahari yang berwarna oranye, Rozen melangkahkan kakinya meninggalkan Akademi Kuoh. Karena dia memiliki ingatan bagus, dia tidak perlu lagi menggunakan peta pemberian tadi pagi untuk mencari jalan pulang.
Namun, pada saat Rozen akan melewati sebuah toko donat, dia berhenti di tengah jalan dan tertegun.
Karena dia melihat seorang gadis kecil, berdiri depan toko donat, menatap etalase dengan mata hitamnya yang kosong.
Tapi Rozen bukan terhenti karena dia tertarik dengan gadis kecil, melainkan identitas dari gadis kecil itu.
"Bukankah dia adalah ... Ophis?" (Rozen)
Rozen ragu ada yang salah dengan pengelihatannya sekarang. Salah satu dari Great Dragon terkuat di dunia—Ophis, kenapa bisa ada di depan toko donat biasa yang ada di bumi?
"Apakah aku tidak sengaja membuat riak tadi dan secara tidak langsung membuat Ophis entah bagaimana bisa ada di depanku? Tidak, itu tidak mungkin. Aku bahkan tidak pernah berhadapan langsung dengan para karakter utama kecuali berpapasan mata dengan Xenovia—yang seharusnya tidak bisa membuat riak besar." (Rozen)
Rozen bergumam dan berpikir. Tapi, sekeras apapun dia mencoba untuk menemukan riak apa yang telah dia buat sampai bisa membuat Ophis datang ke sini, dia masih tidak bisa menemukannya.
Akhirnya, Rozen menyerah dan pergi ke tebakan terakhir.
"Mungkin, di jalan cerita utama, Ophis memang sudah datang ke bumi sejak awal tanpa campur tangan dariku." (Rozen)
Rozen menggaruk rambutnya dan menghela nafas.
"Meskipun aku ragu kenapa keberuntungan bisa datang begitu cepat padaku, aku hanya bisa menerimanya. Jika aku tidak memanfaatkan kesempatan ini sekarang, aku mungkin tidak akan mendapatkannya lagi." (Rozen)
Kemudian, Rozen mengangkat kepalanya dan melangkahkan kaki, berjalan menuju Ophis yang masih berada di depan toko donat.
Dia mendekati Ophis dan berjongkok di depannya untuk menyamakan tinggi, lalu mencoba membuat senyum.
"Apakah kau ingin donat yang ini?" (Rozen)
"...." (Ophis)
Ophis tidak menjawab. Tapi, mata hitamnya yang nampak kosong menatap Rozen dan dia menganggukkan kepalanya.
"Baiklah, kalau begitu aku akan mengambilkannya untukmu. Tunggu di sini." (Rozen)
Setelah mengkonfirmasi, Rozen berdiri dan memasuki toko untuk menghadapi penjaga kasir—yang entah kenapa memiliki wajah aneh dan terlihat sedikit waspada.
Karena Rozen tidak tahu apa yang terjadi, dia menekan rasa penasarannya dan memesan.
"Mbak, aku ingin donat rasa cokelat yang dipajang di depan etalase itu, satu kotak. Apakah itu bisa?" (Rozen)
"Ya ... Tolong tunggu sebentar ..." (Mbak Kasir)
Wanita penjaga kasir itu kemudian pergi ke bagian belakang dengan cepat seolah kabur dari sesuatu.
Rozen memiringkan kepalanya dengan bingung, masih tidak tahu apa yang terjadi.
Setelah menunggu beberapa menit, wanita penjaga kasir kembali dengan sebungkus kotak di tangannya dan menaruhnya di depan Rozen.
"Kak, ini pesanannya. Silahkan dinikmati ..." (Mbak Kasir)
"Baiklah, terima kasih. Kalau begitu ini uangnya." (Rozen)
Rozen mengeluarkan beberapa tumpuk uang kertas yang dia temukan di tas tadi dan menaruhnya di meja kasir.
Setelah itu, dia mengambil kotak yang penuh dengan donat dari penjaga kasir dan pergi keluar toko dengan wajah penuh senyuman.
Rozen berjongkok dan menghadapi Ophis lagi. Dia membuka kotak dan menunjukkan isinya.
"Ini, aku sudah mengambilkannya untukmu, Ophis." (Rozen)
"...? ..." (Ophis)
Ophis memiringkan kepalanya dengan lucu. Dia tampaknya bereaksi kenapa Rozen bisa mengetahui namanya tanpa diberitahu. Tapi, dia memutuskan untuk mengesampingkan hal itu dulu sekarang dan fokus ke donat yang ada di depannya.
Ophis mengulurkan tangannya untuk mengambil donat yang ada di dalam kotak, tetapi sebelum tangannya bisa mendekat, kotak itu ditutup kembali oleh Rozen.
"....?" (Ophis)
"Jika kau menginginkannya, kenapa tidak mencobanya denganku di taman sana? Ada bangku duduk, jadi bisa lebih nyaman untuk menikmati, kan?" (Rozen)
Rozen berdiri dan mengulurkan tangannya ke Ophis.
"...." (Ophis)
Ophis masih tidak mengeluarkan kata-katanya tetapi mengangguk lagi dan mengambil tangan Rozen.
Rozen tersenyum dan mulai menuntun Ophis pergi ke taman.
Sejujurnya, meskipun dia memiliki tujuan untuk memakan daging Ophis, dia benar-benar tidak berniat untuk melakukan hal-hal mencurigakan kepada Ophis dengan mengundangnya ke taman. Dia benar-benar hanya mencari tempat duduk untuk makan.
Walaupun, Rozen tidak tahu, bahwa ada satu orang yang mencurigainya saat ini dan sekarang orang itu sedang membuka telepon di balik meja kasir, seperti sedang menelepon seseorang.
"P–Pak Polisi, tolong cepat datang ke sini! Aku sedang melihat orang yang mencoba menculik gadis kecil!" (Mbak Kasir)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gluttony in Multiverse
FanfictionSummary: Rozen, seorang remaja pecandu game gacha, tiba-tiba mati ketika sedang bermain game di kamarnya. Namun, bukannya dijemput oleh Malaikat Maut dan dibawa ke dunia bawah, jiwa Rozen malah diambil oleh seorang wanita yang menyebut dirinya sebag...